Di ruang makan, Raja, Hannan, dan Nafian masih asyik menikmati hidangan yang tersaji di meja. Tawa mereka sesekali menggema, menciptakan suasana hangat yang akrab. Namun, di tengah canda tawa itu, Raja tiba-tiba terdiam. Tatapannya tertuju pada kursi kosong di sampingnya, tempat Jean duduk sebelumnya. Sudah cukup lama Jean pamit ke kamar mandi, dan dia belum juga kembali.
"Eh, kok Jean lama banget di kamar mandi, ya?" gumam Raja, nada khawatirnya terselip meski dia berusaha terdengar santai.
Hannan yang tadinya sibuk mengunyah ikut menoleh ke arah kursi kosong itu. "Iya, gue pikir juga tadi Jean ke kamar mandinya cuma sebentar," ujarnya. "Tapi ini udah cukup lama kok dia masih belum balik-balik, sih? Gue jadi khawatir sama dia."
Nafian, yang sejak tadi fokus dengan makanan di depannya, mulai merasakan kegelisahan yang sama. Dia mengangkat kepalanya dan mengerutkan dahi. "Mungkin dia butuh waktu lebih di kamar mandi," katanya, mencoba meredakan kecemasan yang mulai muncul. Namun, di dalam hatinya, Nafian tak bisa menyingkirkan perasaan tak enaknya.
Mereka bertiga saling pandang, dan tanpa perlu diucapkan, mereka tahu ada sesuatu yang tidak beres. Jean biasanya tidak pernah pergi lama hanya untuk ke kamar mandi, apalagi di saat mereka sedang berkumpul dan menghabiskan waktu bersama seperti sekarang ini. Untuk itu, Nafian pun merasa bahwa dia harus memastikan kondisi Jean.
"Gue coba cek aja, ya," kata Nafian, akhirnya bangkit dari kursinya. "Lo berdua lanjut makan aja."
Hannan dan Raja mengangguk, meski wajah mereka jelas menyiratkan kekhawatiran. "Oke, tapi kalau ada apa-apa, lo langsung kasih tahu kita, ya," ujar Hannan dengan nada serius.
"Oke, gue pasti bakal langsung kasih tahu," balas Nafian, mencoba tersenyum meyakinkan. Namun, hatinya tetap cemas.
Langkah Nafian cepat menyusuri lorong menuju kamar mandi. Suasana rumah yang biasanya terasa nyaman kini berubah sedikit tegang. Kepalanya dipenuhi berbagai pikiran, namun ia terus mencoba menenangkan diri sambil berharap semuanya baik-baik saja. Tapi instingnya mengatakan sebaliknya.
Sesampainya di depan pintu kamar mandi, Nafian berhenti sejenak, mendengarkan sesuatu dari dalam kamar mandi. Namun, tidak ada suara. Dengan ragu-ragu, Nafian mengetuk pintu. "Jean, lo masih di dalem?" tanyanya dengan nada penuh perhatian. Namun, tak ada jawaban.
Kegelisahan Nafian semakin membesar. Dia mengetuk pintu lagi, kali ini lebih keras. "Jean, lo baik-baik aja kan di dalem? Lo denger suara gue, kan? Ini gue, Nafian."
Nafian berdiri di depan pintu kamar mandi yang tertutup rapat, perasaan cemas semakin menguasai dirinya. Setelah beberapa kali mengetuk dan memanggil Jean tanpa mendapatkan respon, Nafian merasa ada yang tidak beres. Dia mencoba memutar gagang pintu dengan harapan pintunya bisa terbuka, namun ternyata pintunya dikunci dari dalam. Nafian semakin panik.
"Jean! Lo baik-baik aja, kan? Buka pintunya, Je!" Nafian berteriak, suaranya penuh kekhawatiran. Dia menekan telinganya ke pintu, berharap bisa mendengar sesuatu dari dalam, tapi tak ada suara apapun. Nafian mencoba tetap tenang, namun hatinya semakin gelisah. "Jean, lo denger gue, kan? Buka pintunya, Je! Lo jangan bikin gue khawatir, dong!"
Waktu seolah berjalan lambat saat Nafian terus memanggil nama Jean, tapi tetap tak ada jawaban. Nafian merasa kepanikannya semakin membesar, pikiran-pikiran buruk mulai memenuhi kepalanya. "Jean, buka pintunya! Gue cuma mau pastiin lo baik-baik aja. Kalau emang lo belum mau keluar sekarang, seenggaknya kasih gue jawaban biar gue nggak makin khawatir!"
Setelah beberapa saat kemudian, dengan penuh kecemasan, Nafian mendengar suara kunci pintu diputar dari dalam. Nafian berdiri tegang, jantungnya berdegup kencang. Pintu kamar mandi terbuka perlahan, memperlihatkan Jean yang berdiri di ambang pintu dengan wajah pucat pasi. Napas Jean tersengal-sengal, dadanya naik turun dengan cepat seperti orang yang baru saja menyelesaikan lari maraton. Nafian merasa jantungnya mencelos melihat kondisi sahabat dekatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Emas || TRIPLE J [JOY × JENO × JAKE] Versi BARU
Novela JuvenilDILARANG PLAGIAT!!! ❌ Gue Jean. Banyak yang bilang, jadi anak tengah itu sering kali nggak diperhatiin. Fokus orang tua biasanya cuma ke anak sulung yang diharapkan bisa jadi contoh, atau si bungsu yang butuh banyak perhatian. Tapi, di keluarga gue...