(13) Demam🤒✨

2.4K 214 28
                                    

Pukul sepuluh malam, dokter keluarga yang biasa menangani Jean tiba di rumah, mengenakan jas putihnya. Namanya dokter Adrian, seorang dokter umum yang berkompeten, terutama dalam menangani kasus-kasus asma seperti yang sering dialami oleh Jean. Dokter Adrian telah menjadi dokter keluarga bagi keluarga Dewa dan Tisya selama bertahun-tahun, sehingga ia sangat memahami riwayat kesehatan setiap anggota keluarga.

Setibanya di kamar Jean, dokter Adrian mendapati suasana yang tegang namun hening. Jean masih tertidur di tempat tidur, wajahnya pucat dengan napas yang terdengar berat. Dewa, Tisya, serta kedua anak mereka, Joy dan Joshua, berdiri di sekitar tempat tidur, memberikan ruang bagi dokter untuk memulai pemeriksaannya.

Dokter Adrian pertama-tama menyiapkan alat-alatnya dengan tenang. Dia mengeluarkan stetoskop dan thermometer digital dari tasnya, serta sebuah pulse oximeter, yaitu alat kecil yang dipasangkan di ujung jari untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah. Dengan lembut, ia menempelkan pulse oximeter pada jari Jean, mengamati angka yang muncul di layar kecil alat tersebut.

Jean masih belum terbangun, napasnya terdengar sedikit berat, dan sesekali terdengar batuk kecil. Setelah memastikan saturasi oksigen Jean stabil meski sedikit menurun, dokter Adrian kemudian mengambil thermometer digital dan mengarahkannya ke dahi Jean untuk mengukur suhu tubuhnya. Angka yang muncul menunjukkan bahwa Jean masih mengalami demam tinggi, sekitar 39 derajat Celsius.

"Demamnya masih tinggi," kata dokter Adrian dengan nada serius namun tenang kepada Dewa dan Tisya.

Dewa mengangguk, merasa cemas namun mempercayakan Jean sepenuhnya pada dokter Adrian.

Dokter Adrian kemudian mengambil stetoskopnya dan meminta izin untuk mengangkat sedikit kaos Jean agar bisa memeriksa kondisi paru-parunya. Dengan lembut, ia menaikkan kaos Jean dan menempelkan stetoskop yang dingin ke dada Jean, mendengarkan dengan saksama suara napas yang terdengar dari dalam. Saat itu, Jean yang tadinya tertidur pulas mulai menggeliat pelan, merasakan dinginnya stetoskop yang menempel di kulitnya. Ia perlahan membuka matanya, tapi belum sepenuhnya sadar akan situasinya.

Saat dokter Adrian memindahkan stetoskop ke punggung Jean untuk mendengarkan suara napas dari sisi belakang, Jean tiba-tiba terbatuk-batuk kecil, suara batuknya terdengar kering dan menggema di ruangan yang sunyi. Tisya, yang berdiri di sampingnya, segera memegang tangan Jean untuk menenangkannya.

"Jean, tenang saja. Dokter Adrian lagi periksa kamu sekarang," bisik Tisya dengan lembut, berharap putranya tidak terlalu terkejut.

Jean yang kini lebih terjaga, mengangguk lemah sambil terus berusaha mengatur napasnya yang terasa berat. Meski masih dalam kondisi setengah sadar, dia merasakan sensasi dingin stetoskop di kulitnya, yang menyadarkannya bahwa dia sedang diperiksa. Matanya yang masih sedikit tertutup melihat bayangan dokter Adrian di sampingnya.

Dokter Adrian melanjutkan pemeriksaannya dengan tenang, kemudian melepaskan stetoskop dari telinganya setelah merasa puas dengan hasilnya. "Kondisi paru-parunya masih agak terhambat, tapi ini masih dalam batas yang bisa ditangani di rumah. Demamnya yang tinggi ini bisa jadi karena infeksi atau peradangan yang sedang terjadi, terutama karena Jean juga tampaknya sedang mengalami gejala flu. Saya akan berikan obat untuk menurunkan demam dan meredakan batuknya," kata dokter Adrian. "Namun, mengingat riwayat kesehatan Jean dan kekebalan tubuhnya yang lemah, jika kondisinya tidak membaik atau jika gejala baru muncul, sangat penting untuk segera membawa Jean ke rumah sakit dan berkonsultasi dengan dokter spesialis paru. Dokter spesialis akan dapat memberikan penanganan lebih mendalam dan sesuai untuk kondisi asma dan infeksi yang mungkin mengganggu kesehatannya."

Anak Emas || TRIPLE J [JOY × JENO × JAKE] Versi BARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang