Sore itu, matahari mulai meredup di ufuk barat, meninggalkan jejak-jejak jingga dan ungu di langit yang terbentang luas. Di dalam mobil yang melaju pelan di jalanan kota yang mulai lengang, suasana terasa tenang dan hening. Tisya duduk di sebelah Jean, matanya sesekali melirik ke arah putranya yang masih terlihat lemah. Jean menyandarkan kepalanya ke kursi mobil, pandangannya kosong menatap jendela, sementara Tisya dengan lembut mengusap rambutnya.
Tisya menyisir helai-helai rambut Jean dengan penuh kasih sayang, merasakan setiap lekuk di kepalanya yang kini bersandar pada kursi. Ada kelegaan yang perlahan merayap di hatinya, namun kekhawatiran masih menggantung tipis di udara. Udara sore terasa sejuk, dengan sinar matahari yang mulai meredup, meninggalkan langit yang berwarna oranye lembut. Cahaya lampu jalan yang mulai menyala, memantulkan bayangan lembut di wajah Jean yang masih tampak sedikit pucat.
Dalam keheningan itu, Tisya sesekali mendekatkan wajahnya ke pipi Jean, memberikan ciuman hangat yang sarat akan rasa sayang dan perlindungan. "Kamu udah mendingan sekarang, kan, sayang?" bisiknya, meskipun tak mengharapkan jawaban.
Jean tidak merespon, hanya mengangguk kecil sebagai tanda bahwa dirinya baik-baik saja. Napasnya terdengar lebih stabil sekarang, meski tubuhnya masih lemah.
Di luar, suara mesin mobil terdengar stabil, menenangkan seperti pengantar tidur. Sementara sinar matahari yang semakin memudar perlahan menghilang di balik gedung-gedung tinggi, menciptakan suasana yang semakin redup dan hening. Jalanan yang dilalui tampak kering dan bersih, memantulkan cahaya lampu kota yang berpendar lembut. Mobil-mobil lain melintas dengan tenang, seolah ikut menjaga ketenangan sore itu.
Tisya terus mengusap kepala Jean dengan sayang, tak henti-hentinya berdoa dalam hati agar putranya benar-benar segera pulih. Meskipun kini Jean sudah terlihat lebih baik, naluri seorang ibu membuatnya tetap siaga, memperhatikan setiap detail dari keadaan Jean. Sepanjang perjalanan, keheningan terus menyelimuti mereka, namun sesekali Tisya masih menyisipkan ciuman lembut di pipi putranya, berharap itu bisa memberikan ketenangan lebih bagi Jean.
Perjalanan itu terasa begitu panjang bagi Tisya, meskipun hanya beberapa kilometer dari rumah Nafian ke rumah mereka sendiri. Rasanya seperti menempuh jarak yang tak berujung, namun dia tahu, selama dia ada di samping Jean, semuanya akan baik-baik saja.
✨✨✨✨
Saat mobil mereka tiba di depan gerbang halaman rumah, matahari sore hampir terbenam, menyisakan semburat oranye di langit. Security dengan sigap membuka gerbang, membiarkan mobil meluncur masuk ke halaman rumah yang luas. Sopir memarkir mobil di depan pintu utama, dan suasana tenang sore itu semakin menonjolkan kelelahan yang dirasakan Jean.
Begitu mobil berhenti, sopir segera keluar untuk membuka pintu belakang. Tisya cepat meraih Jean, membantu putranya yang masih lemas untuk turun dari mobil. Wajah Jean tampak pucat, dan napasnya terdengar pelan saat ia bersandar pada Tisya untuk mendapatkan dukungan.
Dari dalam rumah, Joy dan Joshua segera keluar dengan langkah cepat, wajah mereka tampak cemas. Joy menghampiri Tisya dan Jean terlebih dahulu, sementara Joshua mengikuti dari belakang. “Gimana keadaan Jean, Ma?” tanya Joy dengan penuh kekhawatiran.
Tisya mencoba memberikan ketenangan, meskipun dia sendiri masih merasa khawatir. “Jean udah agak baikan, kok. Cuma masih lemes sedikit. Jangan khawatir, semuanya udah ditangani,” jawab Tisya, berusaha meyakinkan Joy dan Joshua agar mereka merasa lebih tenang.
Jean hanya diam, tetap bersandar pada Tisya dengan tubuhnya yang masih tampak lemas. Melihat keadaan ini, Tisya segera mengalihkan perhatian mereka dengan memberikan instruksi. “Adek, tolong bawain tas ranselnya abang, ya. Nanti kasihin ke Bude Nani aja ranselnya. Di dalem masih ada baju kotornya abang yang basah tadi karena habis dipakai berenang. Nanti biar bisa langsung dikeluarin buat dicuci. Dan kakak, tolong bawain tas mama. Semuanya masih di mobil. Kakak bawa tasnya mama hati-hati ya, di dalem ada nebulizernya Jean soalnya,” pinta Tisya, dengan nada lembut namun tegas.
![](https://img.wattpad.com/cover/349268378-288-k762477.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Emas || TRIPLE J [JOY × JENO × JAKE] Versi BARU
Ficção AdolescenteDILARANG PLAGIAT!!! ❌ Gue Jean. Banyak yang bilang, jadi anak tengah itu sering kali nggak diperhatiin. Fokus orang tua biasanya cuma ke anak sulung yang diharapkan bisa jadi contoh, atau si bungsu yang butuh banyak perhatian. Tapi, di keluarga gue...