Asih terbangun sebelum matahari menampakan diri pada dunia, mimpinya terhenti seketika mendengar suara suaminya Furqon yang melantunkan Adzan subuh di masjid dekat rumahnya. Lantas ia bangkit dan mengambil wudhu sebagai salah satu syarat untuk menunaikan Shalat.
Mendengar Asih terbangun Zoe pun ikut terbangun, meski belum ada kewajiban baginya untuk menunaikan shalat subuh dikarenakan masih dalam masa nifas. Zoe kaget mendengar tangisan bayinya ketika dia berada di kamar kecil. Bergegas dia menyelesaikan hajatnya dan pergi ke kamar untuk menenangkan Zahra.
Nampaknya Zahra sudah tenang, pemikiran itu muncul karena suara tangisan bayinya terhenti sebelum Zoe sampai ke kamarnya. Rupanya ada Asih yang sedang menggendong Zahra sambil melantunkan ayat suci Al-Quran. Suara Asih sangat merdu dan menenangkan sehingga bayi yang menangis bisa tertidur pulas hanya dengan suaranya saja. Zoe melihat mereka sambil tersenyum dengan ketenangan yang dia rasakan. Asih yang menyadari kedatangan Zoe menghentikan lantunannya.
“Eh lo udah balik, sorry gua masuk tanpa izin.” Ucap Asih pada Zoe dengan gaya yang berbanding terbalik saat dia mengaji.
“Ah, lo ngerusak suasana aja.. Gua lagi dengerin lo ngaji.”
“Emangnya kenapa?”
“Gua seneng aja ama suara lo, waktu kita di kota gua ga pernah liat lo ngaji. Gak sangka sekarang berubah dari Kinan anak kota menjadi Asih yang solehah.”
“Ah lo jangan godain gua!”
“Hahaha Udah, lo terusin ngajinya sambil niduran anak gua, biar gua yang ngurusin sarapan.”
Pembicaraan antara sahabat di pagi buta itu menunjukkan kedekatan mereka meski menggunakan kata yang sedikit kasar. Mereka sangat perhatian satu sama lain, Asih selalu sigap mengurus Zahra ketika Zoe tidak bisa memegangnya, bahkan cukup mahir bagi wanita yang belum mempunyai Anak. Sedangkan Zoe yang pandai mengurus rumah tangga, dia melakukan semua pekerjaan rumah. Hubungan mereka sangat harmonis meski mereka memiliki suami yang sama.
Furqon pulang dari masjid setelah matahari terbit, sepertinya dia melanjutkan pelajaran baca Al-Quran yang sedang dia ajarkan pada Zak(Zek) yang sedang bersemangat untuk belajar agama. Secangkir kopi dan roti lapis Zoe siapkan pada Furqon yang baru saja tiba. Furqon menyeruput kopi itu sambil tersenyum. Entah karena rasanya enak atau mungkin dia merasa bahagia dilayani istrinya.
“Wah enak yah kopinya.” Ucap Asih yang baru keluar dari kamar Zoe.
“Hehe iya nih enak buatan Zoe.” Balas Furqon.
“Iya iya Umi ngaku deh urusan masak kalah ama Zoe.” Dengan sedikit cemberut Asih mengumpat.
“Apaan sih lo sewot gitu kin?” Zoe membalas ucapan Asih.
“Sudah-sudah kalian berdua, ini masih pagi.” Lerai Furqon.
Mereka pun berhenti saling sindir setelah Furqon melerai mereka. Mereka terdiam karena tanpa disadari ketika ada suaminya, Mereka seperti melakukan kompetisi untuk menjadi istri terbaik. Asih menyadari suaminya yang sedikit marah berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Abi, hari ini ke kebun lagi?” Tanya Asih.
“Iya, hari ini mau ngurusin bak penampungan air.” Jawab Furqon setelah dia menyeruput kembali kopinya.
“Buat apa? kan panen udah beres?” tanya Zoe yang masih menggenggam nampan di dadanya.
“Hmmm.. kata pak Solihin si buat persiapan pembibitan karena sekarang adalah puncaknya musim kemarau, mungkin takut kehabisan cadangan air saat nanti penanaman bibit.”
“Kayaknya pak Solihin itu jago banget ya soal pertanian.” Tanya Asih yang keheranan karena setiap tindakan yang dilakukan oleh Furqon selalu berdasarkan kata-kata pak Solihin,

KAMU SEDANG MEMBACA
Gak Sengaja Poligami!
RomanceKinasih atau yang sering dipanggil Asih, gadis Kampung yang mencari pekerjaan ke kota karena dia bosan tinggal di kampung. Anak kesayangan Abahnya itu berubah dengan pergaulan kota yang bebas. Penyakit Abah kambuh dan makin parah seelah mendapat kek...