Keributan di malam itu menarik perhatian warga yang tak sengaja melintasi kebun yang dikelola oleh Furqon. Lantas orang tersebut memberitahu warga lain yang kebetulan sedang berkumpul untuk menonton pertandingan klub bola asal Bandung. Mendengar ada suatu kejadian di kebun Furqon sang pahlawan kampung, mereka lantas bergegas untuk melihat apa yang terjadi.
Suara gemuruh para warga menghentikan tawa Bu RT yang berhasil menjebak Furqon dan Cindy. Bu RT, Eric dan Roy lantas meninggalkan perkebunan sebelum para warga datang. Harapan mereka para warga memergoki Furqon dan Cindy berduan di dalam gudang dengan keadaan Cindy yang hanya memakai pakaian dalam saja. Namun harapan mereka pupus ketika Rasha, Bodyguard Cindy terbangun dan langsung mengerti situasi yang telah terjadi. Rasha langsung memberikan kain untuk menutupi badan Cindy dan bersembunyi di tumpukan kardus bekas.
“Bro, kamu gapapa?!” Tanya Zak yang berhasil lepas dari pertarungan melawan Eric.
“Aku gapapa, namun warga sedang menuju kemari!” jawab Furqon.
“Emang kenapa?”
“Bu RT merencanakan Fitnah kepadaku dan Cindy, akan lebih buruk lagi kalau warga menemukan Cindy di sini.”
“Kita harus berpura-pura membuat sesuatu kalau seperti itu, Bro ambil pompa airnya dan bawa keluar.”
Zak mematikan lampu gudang dan menyusul Furqon yang membawa pompa air itu ke area bak penampungan. Lantas Zak mengoleskan oli bekas yang ada di gudang kepada muka Furqon dan bajunya, sehingga Furqon terlihat cemong seperti petugas bengkel yang membenarkan mesin. Zak pun melakukan hal yang sama pada dirinya, kemudian dia menuruni bak penampungan itu bersama Furqon.
Suara gemuruh langkah kaki semakin dekat, terlihat cahaya senter mulai menerangi beberapa bagian kebun. Warga yang tidak menemukan apa-apa masuk ke perkebunan itu. Sebelum melewati bak penampungan, mereka mendengar seperti suara besi yang terjatuh ke lantai. Lantas mereka menyoroti dasar bak penampungan air itu. Dengan ekspresi kaget, para warga menemukan Furqon dan Zak di dasar bak yang belepotan.
“Waduh, sedang apa Pak Furqon.” Tanya salah satu warga.
“Eh ini pak, lagi benerin pompa air buat besok.” Sambil menyeringai Zak menjawabkan pertanyaan warga itu. Sedangkan Furqon hanya bisa tersenyum mengikuti alur pembicaraan Zak.
“Waduh sampe jam segini Pak Furqon masih berusaha untuk warga kampung ini?”
Para warga terenyuh oleh perjuangan Furqon untuk menolong warga kampung ini yang dalam krisis kekurangan air. Mereka malu pada diri mereka sendiri yang menikmati air hasil dari sumur perkebunan, sedangkan perlakuan mereka sebelumnya begitu buruk. Mereka melihat sosok pahlawan yang sebenarnya, rela berkorban demi orang lain bahkan tak mau diperlihatkan kebaikannya,
“Tapi tadi saya mendengar suara teriakan cewek.” Orang yang tadi melewati perkebunan sepertinya mendengar teriakan Cindy.
“Oh i.. itu suara Zak yang ketimpa kunci inggris. Teriakannya emang kaya perempuan, tuh kan pak.” Furqon menjawab pertanyaan pria itu dan memukulkan kunci inggris pada kaki Zak.
“AAAAWWWW!” Zak menjerit seperti perempuan untuk menutupi kebohongan Furqon.
“HAHAHAHA.”
Warga tertawa melihat Zak menjerit seperti perempuan. Bagaimana bisa gak bikin tertawa, suara yang nyaring dan melengking kecil seperti perempuan itu keluar dari mulut Zak yang berbadan tinggi besar, kekar dan bertato. Hal itu membuat warga seketika tertawa. Sementara itu Zak hanya bisa tertunduk malu hingga pipinya memerah.
“Kalau begitu kami bantu ya pak.” Ucap warga yang sudah berumur itu.
“Gausah. gausah pak! ini mesin pompa nya sudah nyala ko.” Ucap Zak yang menyalakan Pompa air dan mengeluarkan airnya.
“Wah syukur kalau sudah menyala.”
“Iya pak, sudah menyala.. mari kita pulang.” Ajak Furqon.
Furqon mengajak para warga untuk pulang dari kebun meninggalkan mereka yang bersembunyi di gudang. Zak pun memberitahu Rasha dan Cindy bahwa warga sudah pulang. Rahsa kemudian menggendong Cindy yang terlihat lemas. Bukan lemas karena perlakuan Bu RT, tapi lemas karena dia membuat rencana yang dengan mudah dipatahkan oleh Bu RT, bahkan Bu RT balik menjebak dirinya. Mereka pun pulang dan yang tersisa adalah Zak yang memang tinggal disana.
***
Keesokan harinya, CIndy tidak datang lagi ke rumah Furqon. Dia mewajarkan hal itu, karena siapapun yang mengalami hal itu akan mengalami trauma yang mendalam. apalagi entah apa yang akan dilakukan Bu RT dengan Foto tersebut. Setelah menyantap nasi kuning buatan istri keduanya, Furqon bersama istri pertamanya Asih pergi ke kebun untuk membagikan nasi kuning kepada warga.
Sesampainya di kebun, Furqon dikejutkan oleh antrian para warga yang panjang. Sepertinya para warga mengantri sejak pagi buta untuk mendapatkan air jernih dari kebun nya. Layaknya selebriti, Furqon dan Asih di sambut tepukan warga, bahkan ada yang bersiul juga. Ternyata sebagian dari mereka sudah mengisi air, air bak penampungan itu sudah terisi penuh lagi, Rupanya Zak semalam tidak mematikan pompa air sehingga di pagi hari bak sudah terisi penuh dengan air. Beberapa warga mengambil air dari penampungan itu secara bergantian dengan jatah air yang sama dimana satu orang mendapatkan dua galon air jernih.
“Rajin bener udah diisi ampe penuh jam segini Zak.” Tanya Furqon.
“Hehe gue gak matiin mesinnya kemarin, gue pikir sumur ini bakalan abis karena dikuras terus buat warga. Anehnya malah terisi penuh pas gue mau sholat subuh tadi.” Ucap Zak yang keheranan.
“Itulah kehendak Allah Zak, Barang yang kita sedekahkan akan diganti Allah bahkan sepuluh kali lipat, itu janji Allah.”
“Masya Allah! Eh ngomong-ngomong lo aman kan bro kemarin?”
“Alhamdulilah aman, warga ga curiga. Tapi dimana kamu belajar ngeles kayak gitu.”
“Haha lo kan tau gue batas kriminal, kalo urusan ngeles gue jagonya. Lo kan tau gue mantan kriminal, Nah hal inilah yang membuat gua selamat terus hahaha.”
Matahari sudah condong mengarah lebih tinggi bahkan hampir ke tengah hari. Para warga sudah selesai mengisi air dan menerima nasi kuning. Yang tersisa adalah enam galon kosong yang ditinggalkan oleh Bu RT kemarin. Furqon pun mengisi air tersebut dengan tujuan ingin memberikannya langsung ke rumah Bu RT. Dia berharap dengan kebaikan, hati Bu RT luluh dan mau berdamai dengan Furqon.
Namun sebelum niat itu tersampaikan, Asih melihat handphone dengan penuh ketegangan. Keringat dingin keluar dari dahinya, dia tak percaya akan apa yang dilihat dari handphone pintarnya itu. Dengan penuh air mata dia menghampiri Furqon.
“PLAAAK!”
Tanpa peringatan apapun, Asih menampar Furqon dengan sangat keras. Bahkan saking kerasnya membuat Zak mendengar suara tamparan itu, padahal saat itu Zak berada dekat dengan mesin pompa air yang sedang menyala. Asih kemudian berlari sekencang-kencangnya. Air mata yang mengalir deras di pipinya menandakan kekecewaan yang sangat berat.
Furqon sempat kehilangan fokus untuk sesaat, baru kali ini dia menerima tamparan. Bukan karena kerasnya tamparan Asih, tapi tatapan kekecewaan orang yang dia cintai menampar pula hatinya.
“Bro kejar dia Bro! Jelasin sebenarnya apa yang terjadi semalam.” Ucap Zak menyadarkan Furqon.
Furqon pun berlari ke rumahnya dan diikuti oleh Zak di belakangnya. Dia menyadari sesuatu hal yang buruk telah dimulai oleh Bu RT. Zak siap menjadi saksi Furqon untuk apa yang terjadi semalam. Bahkan bukan hanya dia, Cindy, Rasha dan para warga kampung yang datang kemarin akan menjadi alibi untuk Furqon.
Dia Pun sampai dan memasuki rumahnya, terlihat Asih yang menangis kencang di pelukan Zoe. Furqon menghampiri mereka, namun dia melihat sebuah gambar di dalam ponsel pintar Asih, gambar itu merupakan gambar yang dipotret Bu RT saat kejadian semalam.
“Asih, aku bisa jelasin.” Ucap Furqon.
“DIAM KAU LELAKI BIADAB!” Ucap Zoe.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gak Sengaja Poligami!
RomansaKinasih atau yang sering dipanggil Asih, gadis Kampung yang mencari pekerjaan ke kota karena dia bosan tinggal di kampung. Anak kesayangan Abahnya itu berubah dengan pergaulan kota yang bebas. Penyakit Abah kambuh dan makin parah seelah mendapat kek...