Semua memburuk

174 0 0
                                    

Malam itu, malam seharusnya menjadi malam yang bahagia bagi keluarga Furqon dimana dia resmi menambahkan anggota baru di keluarganya. Kebahagiaan itu menjadi hilang setelah mereka melihat rumah mereka di coret-coret dengan lumpur. Coretan itu membentuk suatu tulisan.
“SI TUKANG KAWIN.”
Jelas tulisan itu ditujukan pada Furqon yang memang dia memiliki dua istri. Bau busuk juga tercium di dinding rumah mereka yang artinya ada yang melempari rumah mereka dengan telur busuk. Sungguh tindakan ini keterlaluan jika hanya untuk mengungkapkan ketidaksukaan terhadap Furqon.
Hampir semalaman Furqon membersihkan rumahnya, semua dapat dimaklumi karena menikahi dua istri di kampung ini merupakan hal yang tabu. Meskipun ini diperbolehkan oleh agama, namun para warga tak bisa menerima dengan adanya poligami. Jika saja mereka tahu alasan sebenarnya Furqon menikahi Zoe, mungkin mereka akan paham.
Pernikahan lebih dari satu di dalam islam memang diperbolehkan, artinya jika dikerjakan pun tidak akan mendapat pahala lebih. hanya diperbolehkan maksimal empat istri. Empat istri merupakan pembatasan karena manusia biasanya setelah menambah satu akan kecenderungan menambah lagi. Itupun jika lelaki itu dapat bersikap adil, namun manusia takan pernah bisa bersikap adil.
Furqon tertidur lelap setelah membersihkan kotoran di rumahnya, dia membersihkan hingga jam dua pagi. Seharusnya ini menjadi malam pertama Furqon dengan Zoe, tapi semua kotoran ini mengganggu mereka. lagi pula Zoe masih dalam masa Nifas sehingga Furqan tak bisa menyentuhnya.
Setelah dia mandi dia terlelap sekitar pukul tiga dini hari, dia terbangun dan tergesa-gesa setelah melihat jam menunjukan jam 5:30. Furqon yang biasanya mengimami shalat subuh sekarang dia tidak sempat ke masjid. Asih pun mencobamembangunkan Furqon namun dia yang pulas tak bisa dibangunkan kalau hanya dengan panggilan Asih.
“Asih, kenapa ga bangunin Abi?!”
“Habisnya kasian Abinya semalam begadang.”
“Tapi kan Abi ketinggalan shalat berjamaah di masjid.”
“Walaupun Abi bangun tepat waktu, Abi gak akan bisa ikut shalat berjamaah.”
‘Lah kenapa?”
“Karena ga ada satupun orang yang ada di masjid.”
“Umi serius?”
“Iya serius, malem umi niatnya mau berjamaah di masjid, tapi Umi balik lagi karena ga ada siapapun disana.”
“Apa mereka sebenci itu sama aku ya?” tanya Furqon pada dirinya sendiri.
Setelah sarapan Furqon bersiap berangkat ke ladang, namun senyuman yang ramah yang selama ini dia dapat, tak terukir lagi di wajah warga itu. Bahkan anak-anak yang sedang bermain mereka ditarik masuk kedalam rumah oleh orang tuanya. Mereka menutup pintu dan jendela ketika Furqon melewati rumah mereka. Furqon hanya bisa memaklumi hal itu dan bergegas berangkat ke perkebunan.
Betapa kagetnya Furqon ketika tidak ada satu orang pun yang ada di kebun. Dia duduk lemas karena sebentar lagi adalah panen raya. Dia sudah menghubungi pengepul untuk datang ke perkebunan beberapa hari lagi, Jika dipanen hanya akan ada sedikit yang bisa dia kerjakan. Namun jika dia batalkan maka para pengepul itu takan pernah mempercayainya lagi.
Suara langkah kaki menghampirinya ketika Furqon duduk lemas di pematang kebun itu. Rupanya seorang pria tua yang bernama Solihin itu datang untuk bekerja. Namun mengandalkan tenaga seorang pria tua dengan luas kebun ini takan membantu Furqon.
“Kenapa den? ko ngelamun gitu?” tanya Solihin.
“Kemana semua orang pak?”
“oh itu, mereka bilang kalau mereka dilarang bekerja di kebun oleh istri-istrinya, jadi mereka memilih untuk tidak bekerja dulu.”
“lalu bapak kenapa ga menyusul mereka?”
“Aku sudah tua, dan tak ada melarangku juga karena saya seorang Duda haha.”
Sambil membetulkan topi jaringnya itu, pak solihin masih bisa bercanda dengan Furqon. Sungguh mentalitas yang luar biasa melihat usianya yang tak lagi muda.
“Pak, gimana ni panen raya tinggal dua hari lagi?” tanya Furqon berharap ada solusi.
“Kalo hanya kita berdua panen di hari panen raya, jujur itu tidak mungkin.”
“Jadi apa kita harus sewa orang lain?”
“Dengan Gosip aden sekarang itu rasanya ga akan mudah buat nyari petani sekarang.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan pak?”
“Kita akan panen sekarang!”
Pak Solihin berkata dengan serius dimana sayuran yang mereka tanam akan dipanen sebelum hari panen raya. Dengan metode yang dikembangkan oleh dia sendiri, pak Solihin bisa mengawetkan sayuran yang dipanen secara alami selama beberapa hari. Sehingga dengan menggunakan metode pak solihin mereka melakukan panen bertahap selama tiga hari.
Sore Hari telah tiba, dimana satu pertiga dari sayuran di kebun itu telah dipanen, Furqon menyimpan sayuran itu sesuai arahan pak Solihin, namun dia juga menyisihkan beberapa sayuran untuk dia sedekahkan kepada warga yang membutuhkan. Walau beberapa dari mereka ada yang menolak, Furqon tetap memberikan sayuran itu dengan cara menyimpanya diam-diam.

Furqon sampai dirumah dengan rasa lelah yang luar biasa, namun rasa lelah itu sirna ketika dia melihat Zahra anak dari Zoe. Dia melakukan gerakan dan nyanyian yang cukup aneh bila dilakukan untuk menggoda bayi, tapi Zahra membalas Furqon dengan senyuman.
“Nang ning, ning nang ning euy.” Goda Furqon
“Hao..” Sambut Zahra sambil tersenyum.
“Wah dia tersenyum.” Reaksi Zoe kaget karena dia selama ini hanya tidur dan menyusu saja.
“Hahaha siapa dulu dong ayahnya.” Jawab Furqon.
Asih melihat mereka dengan senyuman, tapi air mata tak terbendung olah matanya hingga dia melihat mereka dengan mata berkaca-kaca.
“Eh kamu kenapa umi?” Tanya Furqon.
“Gapapa, ini tadi kelilipan. Abi mandi sana ih, bau tau.”
Furqon menghirup ketiaknya sendiri dan benar saja, bau keringat setelah bekerja di kebun seharian membuat bau badannya seperti orang yang tidak mandi satu minggu. Lantas dia pun mandi, setelah itu dia menunggu anak-anak untuk mengaji.
Sudah setengah jam dia menunggu, namun anak-anak yang selalu datang ke rumahnya saat sore hari tak ada satupun yang datang. Furqon termenung, rasanya dia ingin menyerah saja ketika anak-anak yang seharusnya tidak mengerti permasalahan ini menjadi berhenti untuk belajar agama.
Asih melihat Furqon termenung sendirian di teras rumah, dia membawa secangkir teh hangat dan disajikan pada Furqan. Asih menyenderkan kepalanya sambil merangkul tangan Furqon.
“Pasti berat yah? Tapi kita harus bertahan dalam kondisi ini.”
“Yang berat bagiku adalah, orang-orang berhenti berbuat baik hanya karena aku.”
“Ini hanya sementara, setelah beberapa saat mereka pasti akan kembali.”
Magrib pun tiba, tapi tak ada satu orang pun di mushola selain Furqon dan pak Solihin. Mereka melakukan shalat berjamaah walau hanya berdua. Furqon bahkan menunggu warga lain hingga waktu Adzan Isya berkumandang. Namun tetap tak ada seorangpun yang datang untuk melakukan shalat berjamaah.
Setelah shalat Isya, Furqon kembali ke rumahnya, dia melihat sesosok siluet berbentuk manusia di dekat rumahnya namun kurang jelas karena penerangan di kampung sangatlah kurang jika malam hari. Pria itu melempar batu ke arah rumah Furqon dan,
“PRANG!”
Salah satu dari kaca itu pecah, terdengar suara teriakan Asih dan Zoe, disusul dengan tangisan Zahra sehingga amarah Furqon tak terbendung lagi. Dia berlari mengejar pria yang melempar batu itu. Pria itu akan melempar batu ke dua lalu dia melirik ke arah samping, dia melihat Furqon berlari ke Arahnya dengan wajah yang penuh amarah.
***

Gak Sengaja Poligami!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang