Solusi

109 0 0
                                    

Bu Kades tertawa lepas saat dia mengunjungi tempat tinggal baru anaknya itu. Bagaimana tidak tertawa, anaknya melakukan tendangan kepada suaminya di malam pertamanya dan membuat suaminya hampir di pukulin warga. Untung saja istri pertama Furqon yaitu Asih menghentikan warga yang hendak main hakim sendiri.

“Udah ah Mommy jangan dibahas terus.” Ucap Cindy kepada ibunya dengan rupa yang penuh rasa malu.

“Padahal kamu itu juara umum waktu di sekolah, tapi praktek reproduksi nol besar hahaha.” Ucap Ibunya yang masih tertawa.

“Ahaha sudah bu kasian anak lugu ini.” 

Ucap Zoe sambil menyindir CIndy, Cindy hanya membalasnya dengan tatapan super jutek. Memang keduanya tidak akur dari saat pertama kali bertemu, mungkin jika tidak ada Asih, mereka sudah menjadikan rumah itu sebagai ring tinju. Terlihat Asih membawakan teh hangat dan cemilan yang disuguhkan kepada Bu Kades. Rambutnya dililit handuk tanda dia sudah keramas dan rambutnya masih kering.

“Ini Bu silahkan, maaf seadanya.” Ucap Asih.

“Sepertinya Mommy tahu kemana perginya suamimu Cin tadi malam.” Goda Bu Kades kepada Asih.

“Ka Asih apa yang di kasih ama Ka Furqon si? Sampe dia tingkahnya aneh itu.” Tanya Cindy.

“Oh itu saya kasih jamu extra kuat.” Jawab Asih.

“Hahaha pantas saja dia sangat beringas. kenapa kau lakukan itu?” Tanya kembali bu Kades. 

“Sepertinya suamiku akan malu-malu dan ga enakan untuk melakukan hal itu kepada wanita lain selain saya.” Jawab Asih sambil duduk.

“Lho sama de Zoe belum?” Bu Kades mengalihkan pertanyaan pada Zoe.

“Saya lagi masa nifas bu, jadi ga boleh.” Jawab Ibu dari Zahra itu.

“Yah kalo gitu kamu Cin bakalan kalah terus ama De Asih. Pasti kemarin mainnya lama kan?” Goda Bu Kades.

“Iya bu, ampir saya telat sholat subuh hahaha” Asih, Zoe dan Bu Kades tertawa, sementara Cindy hanya terdiam malu.

***

Dirumah Bi Ningsih, terjadi percakapan antara Pak Solihin dan Bi Asih itu sendiri. Mereka mempertanyakan mengapa Furqon menikah lagi, padahal dia sudah memiliki dua istri. 

“Ningsih, kenapa semua menjadi kacau sewaktu aku sakit.” Tanya Pak Solihin.

“Gimana lagi, waktu aku cari tahu sama Asih, dia yang memberi izin pada Furqon buat nikah lagi.” Jawab Bi Ningsih sambil meneguh teh panasnya.

“Kenapa kamu ga hentikan?”

“Gimana bisa, aku mengurusmu aja repot, apalagi air kering. Untung saja kebunmu memiliki banyak air. Makanya kalo udah tua jangan cape-capean. Pake ngangkatin air galon segala.”

Pak Solihin hanya bisa menunduk mendengar ocehan Bi Ningsih, satu-satunya saudara yang Asih miliki saat ini. Bi Ningsih sempat mengkhawatirkan Asih setelah semua insiden bersama Bu RT selesai. Furqon suami dari keponakannya tanpa diketahui telah memiliki istri ketiga. Anak muda lagi, anak yang baru lulus SMA berparas cantik namun sedikit angkuh. Mungkin sifatnya adalah karena dia terbiasa dengan kehidupannya yang mewah sebagai orang kaya, bahkan sebelum ayahnya menjabat menjadi seorang Kepala Desa.

Namun Bi Ningsih tak bisa berbuat apa-apa lagi setelah mendengar dari mulut Asih sendiri bahwa dirinyalah yang menyuruh suaminya itu menikah lagi dengan anak sulung dari Pak kepala desa. Sungguh Bi Ningsih tak memahami Pikiran dibalik tubuh keponakannya yang mungil itu. Namun dia memikul beban yang sangat besar mulai dari kehilangan kedua orang tuanya, dia malah terlibat pernikahan poligami. Sesabarnya seorang istri pasti merasakan cemburu. Dia bisa saja berbohong bahwa dia yang meminta Furqon untuk menikah lagi. Hanya menunggu waktu saja untuk memuat asih mendatangi rumahnya dengan keadaan menangis dan cemburu.

***

Furqon Sampai di kebun sebelum Bu Kades mampir ke rumahnya, sehingga dia tidak sempat bertemu dengannya. Dia disambut oleh tepuk tangan dari Zak yang merupakan sahabatnya serta beberapa orang karyawannya yang telah kembali bekerja, termasuk Pak Solihin. Dia hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya karena bingung mengapa dia mendapatkan tepuk tangan.

“Selamat ya, pengantin baru.. WIt wiww” Teriak Zak yang menggoda Furqon.

Furqon kemudian memasang muka murung karena kejadian semalam sungguh membuatnya malu juga. Dia Pun duduk di pematang kebun yang agak jauh dari Zak dan kawan-kawan, Kemudian Zak menghampirinya dan menanyakan apa yang terjadi.

“Ada apa Bro? kok Murung gitu?” Tanya Furqon.

“Aku ga bisa bilang bro malu.” Jawab Furqon.

“Trong trong, Ini kosong bro. Malem pasti sukses kan?” 

Tanya Zak yang memukul lutut Furqon yang bunyinya nyaring. Beberapa lelaki mempercayai bahwa cairan sperma berasal dari lutut, sehingga jika dipukul lututnya nyaring dia sudah mengeluarkan air mani nya dengan cara apapun, walau sebenarnya itu hanya mitos dan tak ada kaitanya sama sekali.

“Sebenarnya gini Bro, tapi kamu jangan ketawa ya.” Ucap Furqon yang sepertinya kebingungan soal rumah tangganya dengan anggotanya yang baru.

Zak tak bisa menahan tawanya, sehingga menarik perhatian karyawan yang lain. 

“Zak, kamu kan udah janji gak akan ngetawain.” Ucap Furqon yang menutup mulut Zak yang tertawa lepas.

“Sory-sory, abis lucu banget si.” Ucap Zak yang menahan tawanya.

“Jadi, apa kamu punya solusinya Pak RT?” 

“Ehem, tentu saja Pak RT yang baik hati ini punya solusinya.”

“Solusinya apa pak?”

“Solusinya adalah…”

***

Bu Kades masih tertawa di rumahnya Asih bersama Asih dan Zoe, Cindy yang diam malu kemudian berubah menjadi marah dan lari ke kamarnya seperti anak kecil. Hal itu mengingatkan ibunya saat Cindy masih kecil dan bermain nikah-nikahan bersama boneka beruang coklat kesukaannya. Boneka itu dijadikan dia sebagai suami. Dia bermain seorang diri dan melakukan makan-makanan seolah dia yang memasaknya. Cukup romantis untuk anak seusianya, tapi ketika ibunya menggoda anaknya itu untuk mencium suaminya (boneka beruang) itu, Dia malah meninjunya karena malu. Apa dia masih merasakan hal yang sama kepada Furqon? tanya dia dalam benaknya.

“Duh, maafin  anak Saya ya. Dia itu masih bocil ternyata.” Ucap Bu Kades.

“Gapapa Bu, lagian Asih yang salah. Pake ngasih jamu segala.” Zoe entah kenapa sangat akrab dengan Bu Kades, padahal dengan anaknya dia seperti minyak dan air.

“Iya, aku kan melakukanya karena buat kebaikan.” Ucap asih membela diri.

“Tapi bagaimanapun ini akan menjadi cerita yang dikenang dalam rumah tangga unik kalian.”

“Tapi gimana ya bu Kalo Cindy tetap menolak?”

Bu Kades terpikirkan oleh kata-kata Asih, bagaimana jika putrinya itu terus menolak karena di pikirannya menikah itu hanya pindah kehidupan dan pindah keluarga. Seperti anak panti asuhan yang pindah ke rumah orang tua angkatnya. Setelah berpikir beberapa lama dia memberikan sebuah usulan kepada Asih dan Zoe.

“Asih, Zoe, Saya punya usulan.” Bu Kades tiba-tiba berbicara dalam hening yang singkat.

“Apa itu Bu?” Tanya Asih.

Bu Kades dan Zak mengatakan solusi yang sama pada mereka, yaitu melakukan “BULAN MADU!”

***

Gak Sengaja Poligami!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang