EPILOG : Milikku

1.5K 106 15
                                    

Flashback

Tubuh Minho merosot seketika dari pegangan Felix. Hatinya hancur melihat kotak kaca pelindung sang kekasih yang tak terbentuk.

Matanya menatap nanar Jeongin dan juga Changbin yang duduk bersimpuh penuh darah. Dapat ia lihat di sisi lain ruangan, kepala Gorgon yang asli patah tertusuk oleh benda tajam.

Ingin rasanya Minho membunuh dirinya sendiri.

Sudah gagal menjadi kakak, kini ia gagal sebagai kekasih.

Benar-benar makhluk yang payah.

Apa gunanya gelar Pangeran, kekuatan berlimpah, bisa mendominasi,

Tapi nyatanya dia gagal melindungi orang-orang terdekatnya?

Minho bangkit dan berjalan menuju kotak kaca yang sudah tidak terbentuk itu. Ia raih serpihan wajah sang mate yang sudah hancur lebur.

"Apa Gorgon yang melakukannya?"

Hening menyelimuti ruangan tersebut. Baik Jeongin maupun Changbin, tidak ada yang berani menjawab pertanyaan pangeran vampir itu.

"Jawab saja. Tidak ada gunanya aku marah kepada kalian," ujar Minho.

Changbin akhirnya menjelaskan bagaimana Gorgon bisa dengan mudah mematahkan sihir penjaga dari kotak kaca tersebut, membuat Jisung seketika bangun dari tidurnya dan langsung menatap puluhan pasang mata dari makhluk tersebut.

"Lalu...apa kalian terluka?"

Kedua manusia itu hanya bisa mengiyakan jawaban Minho. Kedua manusia itu memiliki kekuatan khusus, wajar jika bisa melindungi dirinya sendiri. Tidak seperti mate nya yang merupakan manusia biasa.

'Aku merasa tidak dibutuhkan.'

Kalimat itu terulang terus-menerus di pikiran Minho selama bagaikan kaset rusak. Bagaimana dirinya sangat menyesal karena harus membuat mate nya merasa tersingkir seperti itu.

"Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu,"

Bohong jika Minho tidak bisa bersedih. Dia kehilangan adiknya, Hyunjin yang mungkin mengikat janji darah dengan Seungmin. Membuatnya harus ikut tewas secara tidak wajar karena pemilik kontraknya yang tewas di tangannya.

Dan kini, dia harus dihadapkan dengan mate nya yang hancur berkeping-keping bagaikan patung yang dihancurkan. Minho merasakan dirinya hilang saat itu juga. Merasakan bagaimana dirinya terasa seperti dihempaskan di lantai yang panas akibat kebodohannya.

Minho hanya bisa menunduk. Ia ambil patung Jisung, ia hancurkan, dan menyimpannya di dalam guci. Ia kecup beberapa kali guci tersebut. Menatap guci yang kini berisi jenazah mate nya di dalamnya.

"Aku butuh kehangatanmu, sayang,"

"Aku kedinginan, Jisung,"

---

Setelah membangun kembali kastilnya yang sempat porak poranda akibat pertarungannya pada saat itu, kini Minho memiliki waktunya sendiri. Ia habiskan hari-harinya berceloteh di depan guci milik Jisung. Membuat Felix hanya bisa menatap sedih ke arah Minho.

"Hyung,"

Felix mendekat sambil membawa sekantung darah. Minho melihat itu hanya mengernyit bingung.

"Untukku?" tanya Minho.

Felix mengangguk, "Kau harus minum. Sudah hampir setahun, kau tidak mengkonsumsi darah sama sekali. Kalau kau terus-terusan begini, bagaimana caranya kau bisa menemukan Jisung?"

Mine - Minsung, Changlix, HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang