EPILOG : Kesempurnaan

707 67 2
                                    

Dua puluh tahun berlalu...

"Hyung, biji kopi dan teh kita habis,"

Changbin yang baru saja bangun dari tidurnya, turun dari lantai atas menuju cafenya yang ada di lantai bawah. Suara kekasihnya, Felix memanggilnya untuk cepat-cepat menyiapkan stok.

Changbin melihat dari belakang punggung sang kekasih yang tengah menghitung sisa botol sirup di lemari bawah. Ia sejajarkan dirinya dengan suami kecilnya itu. Ia tarik kepala dengan rambut blonde itu, mengecup pelan pelipis milik Felix dengan lembut.

"Good morning, sunshine,"

Felix membulatkan matanya tidak percaya, "Hyung! Kau belum gosok gigi!"

Changbin hanya terkekeh mendengar ocehan sang kekasih. Ia usap pipi tirus itu perlahan, "Apa aku mengigau semalam?"

Felix meresapi usapan Changbin pada pipinya, membuat penutup mata di sisi wajahnya terlepas karena bergesekan dengan tangan Changbin. Semenjak matanya mengalami kebutaan dan berubah warna, Felix selalu menutupi mata tersebut dengan penutup mata.

Felix menggeleng, "Kau tidak mengigau. Kau mendengkur hyung."

Mendengar godaan yang dilontarkan oleh Felix membuat Changbin mencubit gemas pipi Felix.

Kling!

Seorang laki-laki masuk bersama anaknya ke dalam cafe milik Changbin. Tanpa sengaja manik mata anak tersebut bertatapan dengan mata Felix yang belum sempat ia tutup kembali. Buru-buru Felix mengambil eye-patch nya dan memasangnya kembali di kepalanya.

"Appa! Mata kakak itu aneh!"

Felix menghentikan pergerakannya. Lidahnya seolah merasa kelu dan tidak bisa berkata apa-apa. Changbin yang melihat hal itu  langsung mendekap Felix.

"Pergilah ke atas, biar aku yang urus,"

Changbin berjalan menyamping, berusaha menutupi tubuh Felix yang terus-menerus dilihat oleh anak kecil itu. Sesampainya di tangga, Changbin menyuruhnya untuk cepat naik ke atas, ke kamar mereka berdua.

Setelah merasa sang suami aman, barulah Changbin melayani pembeli tersebut. Tak henti-hentinya anak itu berceloteh dan bertanya mengapa mata sang 'kakak' bisa seperti itu.

"Kakak nya pernah kecelakaan?"

Changbin mengangguk sambil tersenyum. "Kakaknya sedih tadi waktu adek bilang dia aneh," ujar Changbin sambil mengerucutkan bibirnya.

Anak yang ditegur itu menunduk malu, "Maafkan aku,"

"Mnn! Nanti aku sampaikan. Pasti kakaknya senang!" seru Changbin.

Setelah berjabat tangan dengan anak kecil itu, laki-laki yang sepertinya ayah dari anak itu juga ikut meminta maaf.

"Maafkan anak ku. Christopher memang suka berbicara terus terang seperti itu,"

Changbin hanya menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum. Selepas kepergian ayah-anak itu, kedua staff Changbin datang. Changbin pun meminta izin pada mereka untuk berganti sebentar.

Changbin berlari ke atas untuk melihat kondisi Felix. Nampak laki-laki itu tengah termenung, diam sambil memangku dagunya di kedua tangannya.

Ia rangkul tubuh kecil itu. Ia cium kembali pelipis milik Felix, membuat vampir itu menoleh ke arahnya.

"Aku aneh ya hyung? Mata ini---"

Changbin cepat-cepat menutup milut Felix dengan telapak tangannya, enggan mendengar lebih lanjut.

"Ssh---kau tetap menjadi Felix-ku. Tidak ada yang aneh dengan dirimu, sayang,"

Changbin menangkup wajah Felix dengan kedua tangannya. Memnghujani sang submisif dengan banyak ciuman di wajah mungilnya.

"Hyung, geli!"

Felix kembali tersenyum dan itulah yang Changbin inginkan. Biarlah orang berkata bahwa suami kecilnya ini aneh, tetapi baginya, Felix tetaplah seseorang yang sempurna di matanya.

"Aku mencintaimu. Jangan berkecil hati lagi seperti itu. Aku tidak suka,"

Sisi posesif milik Changbin yang muncul membuat vampir itu merona malu. Changbin mengecup lembut tulang pipi Felix, tepat di bawah mata nya yang berwarna abu-abu.

"Ini menunjukkan seberapa kuat hubungan kita. Mata ini menjadi bukti kalau kau yang sudah menyempurnakan hidupku, Lee Felix,"

Vampir itu tersenyum. Tarung kecilnya mencuat lucu di kedua sudut bibirnya, membuat raut wajah Felix semakin menggamaskan di mata Changbin.

"Terima kasih sudah menyempurnakanku, hyung. Tanpamu, mungkin aku tidak bisa melewati masa-masa itu. Kau membuatku paham cara menerima diriku sendiri yang tidak lagi sempurna," ujar Felix.

Masih segar diingatan Changbin ketika Felix meraung karena kesulitan melihat hanya dengan satu matanya saja. Bagaimana laki-laki itu mudah emosi dan tantrum karena pengelihatannya yang cacat. Tidak ada hari di mana Felix memaki dirinya sendiri, mengutuk dirinya sendiri sebagai pengganti Gorgon.

"Sudah lama ya?"

Felix hanya bisa mengangguk. Ia rapatkan tubuhnya ke arah sang kekasih, ia kecup pelan bibir tebal Changbin.

"Anak kecil itu, dia meminta maaf padamu," ujar Changbin.

Felix tersenyum sambil meremat gemas telapak tangan Changbin.

"Kau tahu? Anak itu bernama Christopher,"

Felix ber-oh ria sambil tetap menatap Changbin yang tersenyum dengan wajah yang sulit diartikan.

"Kau melihat sesuatu hyung?"

Changbin menggeleng. Tapi dia tahu, perasaannya tidak mungkin salah.

"Itu Chan. Chan sudah terlahir kembali," ujar Changbin.

Raut wajah Felix berubah menjadi tegang. Dia khawatir bahwa Seungmin juga akan---

"Mungkin itu tidak akan terjadi, sayang. Kau lupa apa yang kakakmu lakukan ketika hari terakhir Seungmin? Minho hyung mengutuknya," ujar Changbin.

Changbin menghela nafasnya, "Aku hanya berharap, di kehidupan yang sekarang, Chan dapat hidup jauh lebih bahagia," ujar Changbin.

Felix mendekat ke arah Changbin dan duduk di pangkuan sang dominan. Ia kalungkan tangannya dan memeluk Changbin dengan erat.

"Aku mencintaimu,"

"Aku juga mencintaimu,"

---

Mine - Minsung, Changlix, HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang