"Ekhem ekhem..."Seorang gadis menegakkan punggungnya, dia menatap pantulan diri dikaca lalu tersenyum manis.
"Hello my name is Jeanna Biya-ekhem gak gak...Hello, nice to meet you, let me introduce my self, my name Jeanna Biya Gerofano, i am 22 years old...and--apa ya-oh iya my last education eh bukannya domisili dulu?" gadis itu berdecak sebal.
Dia melirik layar ponsel yang ia taruh diatas wastafel, "I live in Kebayoran Baru, and my last education is--"
Clek
Salah satu pintu bilik terbuka, Jeanna menipiskan bibir saat melihat seorang gadis keluar dari sana. Reflek kedua gadis itu langsung tersenyum menyapa. Tapi Jeanna sedikit salah tingkah, dia langsung pura-pura berkaca.
"Interview ya kak?" tanya gadis itu pada Jeanna sembari mencuci tangannya diwastafel.
Jeanna mengangguk, "Iya kak."
"Buat hotel ini?"
"Iya kak. Kakak kerja disini?"
"Iya," gadis itu me-lap tangannya dengan tissue, "Semangat ya kak! semoga kita bisa ketemu kalau kakak udah lolos."
"Thankyou kak!"
Gadis itu pamit, lalu keluar dari toilet, sedangkan Jeanna kembali melihat pantulan diri. Jeanna melirik jam yang menunjukkan pukul 09.50, sebentar lagi interviewnya akan dimulai.
"Lo bisa Je, lo bisa!" Jeanna menyemangati diri.
Jeanna setelah merapikan diri lagi langsung melangkah keluar. Dia menghela nafas berkali-kali, mencoba untuk tenang karena jantungnya berdegub dengan kencang.
Singkat cerita sesi interview selesai, Jeanna terduduk dikursi yang sudah disediakan. Gadis itu bernafas legah, interviewnya diberi respon positif jadi Jeanna tidak terlalu akan overthinking.
Jeanna beranjak dari kursi, keluar dari ruangan lalu berjalan dilorong hotel yang sepi. Entah kebetulan atau kesialan, Jeanna ditempatkan sesi paling terakhir, jadi dia pulang disaat hari mulai gelap.
Melangkah dengan gontai, Jeanna sesekali melirik ponselnya, berniat untuk memesan ojol agar jika sudah turun melalui lift ojol sudah menunggunya diluar hotel.
Tapi saat hendak berbelok untuk menggunakan lift Jeanna dikagetkan dengan senggolan dilengan membuat ponsel ditangan terhempas begitu saja. Gadis itu terdiam sejenak, begitupun pelaku sipenabrak Jeanna.
Merasa bersalah juga karena berjalan tanpa melihat dengan benar Jeanna tanpa milirik langsung memungut ponselnya yang...
Sial mati total!
"Rusak?"
"Sorry." balas Jeanna, dia kembali melangkah.
"Kenapa Ka?" seseorang keluar dari lift, gerakan Jeanna kembali terhenti.
"Handphone dia rusak gue tabrak." jawab 'Ka' 'Ka' ini.
Pemuda itu melirik Jeanna, "Lo kenal sama dia?"
Raka menggeleng.
"Mau kita ganti?" tanya pemuda itu, Gio namanya.
"Gak."
"Wah wah niat kita baik loh, biasanya cewek kayak lo malahan minta imbalan lebih gede." seru Gio menyebalkan.
Jeanna melirik malas pemuda yang tinggi darinya itu, "Lo ngomong apasih?"
Gio tersenyum miring, "Lo kenal kita ya?"
"Hah?"
"Dari gerak-gerik lo kayak nya lo ada maksud terselubung," Gio mendekatkan diri pada Jeanna, menipiskan jarak diantara mereka.
Jeanna reflek mundur, "Lo artis?"
Gio tertawa sakras, "Menurut lo?"
Jeanna menubruk dinding disamping lift, dia terpojok.
"M-mundur lo...brengsek."Ting!
Lift lagi-lagi terbuka, Jeanna mencoba untuk melarikan diri tapi Gio sudah lebih dulu menarik tangannya kencang mengakibatkan gadis itu langsung berhadapan dengan Gio.
"Tolong!" pekik Jeanna pada seseorang yang baru saja keluar dari lift, dia menatap penuh harap.
Tapi yang direspon pemuda yang baru saja keluar dari lift itu hanya datar, dia memandang Jeanna dengan tatapan....
remeh?
"Hi Er, kayaknya kita ada mainan baru....what do you think?" seru Gio sumringah.
Jeanna melotot, dia mencoba melepas cengkraman tangan Gio.
"Menarik." balas Erion itu.
"Wanna try?"
Jeanna menganga, apa maksud Gio??
Jeanna menatap Erion dan Raka bergantian, kenapa ketiga pria hanya tersenyum tipis padanya?
Tiba-tiba mulut Jeanna dibekap, badannya dikurung lengan kekar itu, berontakpun percuma bahkan badannya kini terangkat membuatnya tidak bisa leluasa.
"Calm down manis.." bisikan Raka membuat bulu kuduk Jeanna meremang, dia pelaku membekapan mulutnya.
Raka menyerat Jeanna, disusul Gio dan Erion. Apa yang terjadi? kenapa mereka seolah menculiknya?
Disela langkah sebuah pintu terbuka, mata Jeanna melebar saat melihat gadis yang ia temui ditoilet. Jeanna lagi-lagi memberontak, sedangkan gadis itu tampak kaget melihat Jeanna, tapi dia langsung menunduk begitu saja padahal sudah jelas-jelas Jeanna mengisyaratkan kalau dia butuh pertolongan.
Jeanna dan ketiga pria itu memasuki ruangan paling ujung. Ruangan ini sangat besar, mewah dan lengkap.
Bekapan dimulutnya dilepas, Jeanna dilepaskan begitu saja.
"BRENGSEK!" pekik Jeanna, dia mencoba menghindar, "Lo mau ngapain gue anjing?!"
Gio berdiri dipintu, seolah untuk menghalangi Jeanna keluar. Raka dengan kekehannya duduk disofa lalu memandang Jeanna, sedangkan Erion tampak membuka laci disalah satu meja, mengambil sebutir obat lalu melangkah mendekat kearah Jeanna.
"Kayaknya lo butuh ini," seru Erion.
Gio memegangi badan Jeanna, sedangkan Erion kini memasuki sebutir obat untuk masuk kedalam mulut Jeanna. Berontakpun percuma, sejak obat itu masuk kedalam mulut badan Jeanna tiba-tiba lemas, matanya perhalan menutup, tapi sebisa mungkin Jeanna tidak ambruk.
"Lo...ini....obat..a-apa.."
Kekehan terdengar, Erion mendekatkan mulutnya pada telinga Jeanna.
"Gue penasaran sama tubuh orang miskin jadi...welcome to hell, baby."
Pusing melanda, Jeanna memegangi kepalanya. Detik kemudian gelap menyambut gadis itu.
YOU ARE READING
welcome
General Fiction+21 Jeanna Biya Gerofano. Harapan hidup tenang pupus sudah setelah bertemu mereka.