Jeanna keluar dari lift, gadis itu memijit pelan ujung dahi-nya karena merasakan penat yang luar biasa. Jeanna sekarang hendak menuju staff room, untuk berganti pakaian karena sudah waktu-nya pulang."Eh eh lo!"
Seseorang mencolek pundak Jeanna, gadis itu menoleh. Menautkan alis saat menatap seorang pemuda asing didepannya.
"Lo kerja disini kan?"
Jeanna mengangguk, dia memicingkan mata karena suara pria itu terdengar familiar.
"Lo kenal Erion? itu cucu yang punya hotel ini, dia punya ruangan tersendiri kan disini?"
Shit, dia pria yang bersama Gio waktu itu.
"Maaf, saya gak tau."
"Kok semua orang gak tau sih? masa gak tau? kan dia bos kalian!"
Jeanna menggeleng, "Saya permisi-"
"Jeanna!" panggil seseorang.
Jeanna melotot, dia melirik Raya yang mendekat pada-nya. "Lo ngapain? gak pulang?" lalu atensi Raya beralih pada pria tadi, "Eh ini siapa?"
"Jeanna?" sahut pria itu tampak berpikir, lalu melirik pada Jeanna.
Tiba-tiba pria itu memegangi kedua bahu Jeanna membuat mereka jadi berhadapan. Pria itu meneliti wajah Jeanna dengan lamat.
"Lo yang waktu-"
"Raya! lo pulang duluan aja!" potong Jeanna cepat.
"Kenapa? lo kenal cowok ini?"
Jeanna mengangguk cepat, dia menghempaskan kedua tangan pria itu dibahu-nya. "Lo ikut gue." bisik gadis itu lalu mulai masuk kedalam lift.
Sean walaupun sedikit bingung tetap mengekor pada Jeanna, dia melirik Raya seraya tersenyum manis sebelum masuk kedalam lift.
Raya yang tidak ambil pusing memilih untuk membalikkan badan dan mulai melangkah menuju staff room.
"Lo yang di H waktu itu kan?" tebak Sean penasaran.
"Lo siapa?"
Sean menunjuk diri-nya, "Gue? kenalin, gue sepupu-nya Gio."
Jeanna berdecih, gadis itu menekan tombol nomor 8, dimana disana unit khusus Erion terletak paling ujung.
"Lo mau bawa gue kemana?" tanya Sean.
"Menurut lo?"
"Lo tau ruang khusus Erion?"
"Gak usah banyak tanya."
Sean terkekeh, "Lo punya hubungan apa sama mereka?"
Jeanna tidak menjawab sampi lift terbuka. Gadis itu tidak keluar, dia melirik Sean.
"Keluar lo."
Sean menggeleng, "Gue gak tau dimana-"
"Keluar dari sini belok kanan, paling ujung."
"Anterin."
"Gak usah manja."
"Udah tugas lo dong bantuin gue-"
"Gue bukan babu."
Sean terkekeh, "Mencurigakan, pasti ada sesuatu diantara kalian." bisik pria itu.
Jeanna berdecak, dia menahan tombol agar pintu tetap terbuka.
"Keluar.""Oke-oke, thanks ya Jeanna."
Tapi sebelum benar-benar keluar dia menoleh pada Jeanna. "Kedepannya kita bakal sering ketemu, Jeanna."
YOU ARE READING
welcome
General Fiction+21 Jeanna Biya Gerofano. Harapan hidup tenang pupus sudah setelah bertemu mereka.