15. Kenapa?

251 11 1
                                    

Sudah dari kemarin Hyunsuk nampak sangat lesu dan tidak bersemangat. Saat Jihoon tanya 'ada apa?' jawaban Hyunsuk pasti 'gapapa' itulah percakapan mereka dari semalam.

Bahkan sampai siang hari ini Hyunsuk masih saja tidak mau bicara dan kehilangan nafsu makannya. Ia juga jadi ga manja ke Jihoon. Klo gini caranya Jihoon jadi bingung harus apa.

Akhirnya Jihoon mencoba untuk tanya ke Jaehyuk sebagai sepuh dari buaya darat di seluruh dunia.

"Jae, gue minta tolong, dong" -Jihoon

"Apaan? Mau nikah lagi?" -Jaehyuk

"Gak lah!" -Jihoon

"Terus apa ogeb, gue mau ke rumah ayang asa ini" -Jaehyuk

"Hyunsuk dari semalem gamau ngomong sama gue terus keliatan kaya capek banget. Dia juga belum makan dari kemarin malem. Kira kira kenapa jae?" -Jihoon

"Punya otak kan?" Tanya Jaehyuk.

"Punyalah" balas Jihoon.

"Nah, pikir sendiri" -Jaehyuk

"JAE!!" -Jihoon

"Hahaha, iya iya gue bercanda. Itu biasanya karena ada masalah cuman belum mau buat cerita. Kasi aja waktu buat sendiri. Terus dibujuk pke kesukaan dia. Ngono lho, moso ra iso" Jelas Jaehyuk.

Jaehyuk ini dari dulu ampe sekarang adalah spesialis buaya darat Asahi. Mereka emang udah kenal sih sejak sd ampe sekarang. Dan Jaehyuk emang sudah suka ama Asahi dari sd itu.

"Ohhhhh, okey thanks ya! Traktirannya besok" -Jihoon

Tut

Jihoon segera menuju ke kamar. Di dalam kamar ada buntelan selimut disertai drngan isakan tangis dari dalamnya. Itu pasti Hyunsuk, pikir Jihoon.

Jihoon berjalan menuju buntelan selimut itu. Saat dibuka, benar saja. Hyunsuk menangis sambil memeluk lututnya. Ia tak suka mendengar Hyunsuk menangis. Karena tangisan Hyunsuk selalu membuat hatinya ikut merasa apa yang yang dirasakan Hyunsuk.

Jihoon sedikit mendekat ke arah Hyunsuk. Ia mengusap punggung Hyunsuk agar ia merasa tenang. Hyunsuk yang merasa sentuhan lembut di belakangmya, reflek menengok. Ia mendapati suaminya itu sedang tersenyum manis sambil terus mengelus punggungnya.

"Ada masalah?" Hyunsuk menggeleng ragu.

"I know, aku kasi kamu waktu buat nenangin diri. Tapi jangan ragu buat cerita sama aku ya? Kalo kamu terus terusan begini aku jadi gatau salah aku dimana. Terus terang aja ya, sayang. Kalo ada masalah atau aku yang salah, cerita sama aku, ya?" Hyunsuk malah menunduk.

Jihoon paham, Hyunsuk belum siap. Akhirnya Jihoon beranjak dari kasur. Ia berniat untuk pergi mencari ayam geprek kesukaan Hyunsuk.

"Aku pergi dulu ya? Mau cari ayam geprek buat kamu. Nanti aku balik lagi, okey??" Hyunsuk menggeleng.

Lengan Jihoon ditarik sehingga membuatnya jatuh ke atas kasur.

"Ada apa?" Ucap Jihoon dengan nada lembut.

Hyunsuk tak menjawab. Ia hanya menepuk nepuk samping tempatnya yang kosong, menyuruh Jihoon untuk duduk disitu. Jihoon nurut, ia duduk di samping Hyunsuk sambil mengelus pelan rambut Hyunsuk yang halus.

Hyunsuk menyenderkan kepalanya di bahu Jihoon. Kepalanya terasa sangat berat dan pusing. Seolah kepalanya habis dibuat mainan sepak bola atau bola basket. Hyunsuk meraih lengan Jihoon untuk ia peluk. Aroma Jihoon selalu menenangkan baginya.

"Kenapa, babe? You look so tired. Is something wrong? Jangan bikin aku khawatir" Ucap Jihoon setelah beberapa saat mereka berada dalam keheningan.

"Maaf, ya ji. Aku takut buat cerita. Aku takut kamu marah dan ngatain keluarga aku beban buat kamu dan kekuargamu" Jihoon malah semakin dibuat bingung.

"Kenapa? Cerita aja, aku dengerin" Hyunsuk menghela nafas.

"Sebenarnya... kemarin siang mama nelfon klo ada orang penagih hutang dateng. Dia... mau nagih hutang mama, mama udah telat bayar selama 3 bulan" Jihoon terkejut.

Melihat wajah Jihoon yang terkejut, Hyunsuk agak menjauh.

"A-ah ta-tapi aku bayar sendiri, kok! Aku ga minta kamu buat bayarin hutang keluarga aku. Beneran! A-aku bakalan kerja dan ga bakalan minta bantuan kamu buat hal ini. Tenang aja!" Jihoon bingung.

"Kenapa kamu mau bayar sendiri? Aku suami kamu kan?" Hyunsuk mengangguk dengan raut wajah yang masih khawatir dan cemas.

"Aku gamau nge-repotin kamu. Aku bisa sendiri. Ini hutang keluarga aku, jadi kamu ga perlu bantu. Serius!" Ia mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

"Kok gitu? Justru aku harusnya bantu dong. Masalah keluargamu masalah aku juga. Klo masalahku ya masalahku. Jangan khawatir, aku ga bakalan minta kamu buat gantiin semua uang yang bakalan aku bayar buat ngelunasin hutangmu. Kamu tau kan? Uang suami uang istri juga, klo uang istri ya punya istri, kan?" Hyunsuk mengangguk dengan mata berkaca kaca.

Tak salah ia memilih Jihoon sebagai pendamping hidupnya.

Ia memeluk Jihoon erat lalu menangis sederas derasnya dengan air mata yang terus mengucur deras.

"Makasih, ya ji" Jihoon mengangguk.

"By the way, total hutangnya berapa?" Hyunsuk agak ragu buat menjawab karena nominalnya tak kecil.

"I-itu... anu..." Jihoon menunggu sambil memegang handphonenya. Ia sudah siap mengetik nominal yang akan ia transfer ke rekening bank mama choi.

"45 juta..." Hyunsuk menunduk lagi.

"Okey, 45 juta" Hyunsuk mendongak. Gitu aja?! Gaada marah?!

"J-ji... ga marah?" Jihoon menggeleng.

Jihoon mengusak pelan rambut Hyunsuk, ia mendekatkan kedua wajah mereka.

"Kamu inget kan? Masalahmu masalahku juga. Dan uangku uangmu juga" lagi lagi Hyunsuk dibuat baper oleh sikap manis Jihoon. Hatinya harus kuat kalo tinggal sama Jihoon pokoknya.




































































Bentar lagi end kali ya? Habis ide.

Wedding [Hoonsuk] (END♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang