Setelah selesai sarapan, hyunsuk duduk di depan televisi sambil memegangi dadanya. Jantungnya terasa 5000 kali berdetak lebih cepat. Ia baru ingat besok ia dan jihoon akan menikah.
"Hey? Asma?" Sebuah bantal sofa melayang tepat ke muka jihoon.
"Gundulmu!!" Balas hyunsuk.
"Aduhh.. kamu ini jadi kdrt gitu sih sama aku?" Ucapnya dengan raut wajah mendramatis.
"Lebay!" Hyunsuk kembali pada posisi semula. Tapi tangannya tak lagi di dada.
Ia menatap lekat ke luar jendela dimana cuacanya sedang sangat bagus. Awan awan cantik menyebar ke seluruh langit yang biru. Dan suhu yang tak terlalu panas.
Tapi bukan berarti dia mau jalan jalan keluar, tapi ia berpikir apakah cuaca ini akan bertahan sampai esok? Takutnya besok tiba tiba hujan badai angin ribut halilintar. Kan ga lucu
Hyunsuk menghembuskan nafas.
"Ji, besok kita nikah..." ucap hyunsuk pelan.
"Oh iya, aku baru inget. Bagus dong, kenapa kamu kayak lemes gitu??" Jihoon duduk di samping hyunsuk.
Ia menggenggam erat tangan hyunsuk dan hal itu membuat hyunsuk sedikit merasa tenang.
"Ji, aku masih ada rasa sedikit trauma sama cinta.." jihoon terkejoet yang mendengarnya.
Jihoon pikir traumanya hanya ada di maling, tapi dalam hal cinta pun ada. Apa seburuk itu?
"Dulu, aku pernah suka sama seseorang dan dia juga suka sama aku. Sayangnya, dia cuma mau tubuhku. Dan, aku juga pernah pacaran dengan seseorang lagi. Tapi orang itu selalu bersikap seolah aku gaada, dan dia anggap aku sebagai pembantunya"
Hati mungil jihoon ikut teriris mendengarnya. Hyunsuk sudah berkali kali gagal dalam cinta, tapi hyunsuk tetap berusaha untuk mencintainya.
"Yang ketiga, kamu" jihoon terkejut. Ini maksudnya dia masuk ke daftar orang yang bikin trauma?
"Hahaha, kamu ga bikin aku trauma..."
Atau belum -hyunsuk
"...maksudku kamu itu orang ketiga yang aku cinta selain orang tuaku dan tuhan"
Jihoon bernafas lega.
"Kenapa kamu ga pernah cerita kalo kamu punya mantan brengsek kayak gitu ke aku? Aku kan bisa habisin mereka. Masa sampah begitu bis-"
Cup~
Hyunsuk mengecup singkat bibir jihoon. Terukir pula senyum di keduanya. Jihoon senyum sumringah dan hyunsuk senyum menenangkan. Senyuman yang terlihat sama namun beda arti.
"Ga perlu marah marah. Kejadian itu udah bertahun tahun yang lalu. Sekarang aku dah kuat. Aku bisa lawan mereka!" Hyunsuk menonjok angin lewat yabg ga bersalah. Jihoon tersenyum gemas.
Jihoon membawa hyunsuk ke pangkuannya. Tangan mungil hyunsuk ia kalungkan di lehernya dan tangannya ia letakkan di pinggang ramping hyunsuk.
Keduanya bertatapan. Tatapan penuh arti. Jihoon mengelus elus punggung hyunsuk. Tak lama kemudian, hyunsuk menyatukan kedua bilah bibir mereka.
Di ciuman ini, hyunsuk lah yang memimpin. Keduanya merasakan jutaan bahkan milyaran kupu kupu terbang di dalam perut mereka. Jihoon terbuai dengan permainan hyunsuk yang bisa dibilang pro.
Ia menekan tengkuk hyunsuk dan memperdalam ciuman mereka.
"Eungh~" hyunsuk melenguh kecil.
Merasa kehabisan oksigen, ia memukul mukul dada bidang Jihoon. Lalu memberi jarak antara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding [Hoonsuk] (END♡)
FanfictionMakasih buat siapa aja yang mau baca. Jangan hujat dan jangan jelek jelekin. Klo anda belum sepenuhnya sempurna, sebaiknya sebelum berkata pikirkan dengan otakmu yang ga seberapa itu. . . . . . . . . . ENJOY YA!!