1. LAPANGAN BASKET

229 18 0
                                    



_________

"Lewat sana aman kayanya, cepetan! Satpam juga gak ada di samping situ."

"Jangan gegabah sih, mau gue liat dulu keadaan disana."

"Iya-iya jangan lama-lama!"

Siang ini, tepat pada pukul satu lewat lima belas menit, Awan bersama dengan anak-anak sekelasnya tengah berusaha untuk memotong jam pelajaran.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kenakalan di usia seperti ini memanglah terdengar asik. Hal yang akan menjadi cerita di usia tua nantinya.

Bukan hanya sekali, namun bisa dibilang berkali-kali Awan dan teman-teman nya yang lain gemar sekali memotong jam pelajaran seperti ini atau dalam istilah lain 'membolos'.

"Nah udah aman, tinggal make sepatu aja ni kita manjat pager."  Ujar salah satu temannya yang telah memastikan keadaan di sekitar.

Tentu saja ada alasan dibalik mereka lebih memilih nekat untuk pergi dari sekolahan saat ini juga. Bagaimana tidak? Di saat jam satu siang dimana matahari tengah panas-panas nya, semua murid di kumpulkan di lapangan basket untuk mendengarkan pengumuman para guru untuk hari esok.

Awan dan ke lima teman sekelasnya memiliki fikiran untuk membolos saja.

"Awas belingnya nya keinjek lagi!" Ujar salah satu dari mereka.

Memang di sekolahan ini sengaja di pasangi dengan pecahan kaca diatas gerbang yang bertujuan agar para murid-murid nakal tidak membolos. Namun apa daya? Mereka memiliki ide yang sangat cemerlang untuk mengakali setiap jebakan yang gurunya berikan.

Bruk

Terlihat jelas baju seragam yang sudah tidak beraturan. Topi yang di miringkan dan juga dasi yang hanya di kalungkan di leher mereka. Pakaian putih yang seharusnya dimasukkan kedalam celana, kini mereka keluarkan.

"Bentar, kok kaya ada yang aneh ya Ngab?"  Itu suara Awan. Ia merasa ada sesuatu yang kurang, tapi apa?

"Tas lu nyet dimana?"

Mendengar ucapan dari Ahmad membuat Awan menepuk keras jidatnya. Bagaimana bisa ia meninggalkan tas nya yang berisi barang-barang berharga nya?

"Cok gue balik kedalem dulu ni harusnya," ujar Awan dengan raut paniknya.

"Biarin aja dulu, kaga-kaga kalo ilang. Lagian cuman buku doang kan?" Saut Dani, salah satu sahabat sekelasnya.

"Buku doang matamu-"

"Alah palingan rokok kan? Tinggal beli apa gak minta aja ke kita ini, gitu doang kok susah."

Dengan refleks Awan memukul kepala Dani yang kemudian terkena di bagian topi nya.

"Bukan coi, didalem tas tu ada kontak gue woi! Nanti gimana pulangnya? Masa motornya di gendong kan gak masuk akal."

Dani menghela napas. Ia kemudian menarik bibirnya hambar. Entah apa yang dipikirkan oleh pemuda dihadapannya ini.

"Gue mau balik dulu, kalian tunggu disini ya?" Ucapnya sambil bergegas ingin segera memanjat tembok pagar.

Coming Will Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang