7. Ajakan

57 16 0
                                    

____

"Kita berdua mau kerumah Awan, Lo mau sekalian ikut kaga?" Ajak seorang pemuda yang tengah mengendarai motornya, membonceng salah satu temannya.

"Saya pulang sekolah jarang keluar sih, Yan, apalagi kerumah Awan. Yaudah nanti saya coba sekali-kali kesana." Jawabnya dengan rasa yang sedikit ragu. Bahkan Naufal sudah lupa kapan terakhir kali masuk rumah tersebut.

"Lo udah tau kan dia kena skors?"

Naufal sedikit mengingat-ingat. "Em kayanya iya, soalnya tadi di kelas ada salah satu guru yang bahas dia."

"Nah sip, sekalian tanya-tanya nanti." Usul Rian yang langsung diangguki oleh Naufal.

•••

Elena

|Send photo
15.24
|Pr hari ini cuman satu doang, di kumpulnya Minggu depan, jadi nyantai dulu aja, Wan.
15.24

Yoi, thnks👍|
15.28

Setelah membalas pesan tersebut, kini Awan meletakkan ponselnya. Ia berniat untuk mengerjakan soal-soal itu di Minggu yang akan datang, karena baginya selagi pengumpulannya masih lama, ya untuk apa ia kerjakan sekarang?

Awan memang tipe orang yang suka menunda dan juga menumpuk-numpuk tugasnya. Ia terlalu malas untuk meluangkan waktunya jika harus mengerjakan sekarang. Baginya lebih baik dikerjakan disaat waktu pengumpulan sudah dekat.

Ngomong-ngomong tentang teman perempuannya, Awan memang terlihat dekat dengan wanita itu. Bukan dalam artian cinta, namun hanya sebatas sahabat yang saling bertukar informasi pelajaran sekolah.

Bagi Awan, cintanya telah habis di masalalu. Cinta habis di orang lama memang ada benarnya. Teringat bagaimana dahulu ia terakhir kali melihat wajah sang kekasih yang selalu ia dambakan, membuat penyesalan Awan terus menghantui hingga saat ini. Rasa bersalahnya terus menerus tertanam di otak setiap malamnya, mengingat permintaan terakhir sang kekasih yang bahkan belum ia lakukan.

Terlalu menyia-nyiakan hidup seseorang mampu menimbulkan karma untuknya.

Rasa bersalah, sedih, marah, kecewa, semuanya menyatu menjadi satu di dalam diri Awan. Hingga saat ini dimana dua bulan setelah kepergian sang kekasih, masih saja rasa bersalah itu terus-menerus menghantuinya membuatnya tidak bisa tertidur nyenyak di setiap malam karena merasa amat bersalah.

Dan kini setelah kepergian sang pujaan hati, membuat Awan kembali tidak ingin membuka hatinya untuk wanita manapun. Kesetiaannya tetaplah terpijak pada masalalu yang kini terperangkap kuat di pikirannya.

Awan akan terus setia, tanpa sedikit pun pikirannya lupa tentang dahulu kenangan mereka bersama.

"AWAN!"

Suara keras nan tinggi terdengar dari arah bawah balkon kamarnya. Pemuda itu sudah mengenali suara siapa itu yang memanggilnya. Kedua kakinya melangkah menuju ke lantai bawah dan membukakan pintu untuk sahabatnya.

Dengan raut wajahnya yang masih terlihat lesu, pemuda itu membuka pintu utama rumah ini. Disana sudah terlihat jelas di depan pekarangan rumahnya berjejer rapi dua motor dengan tiga manusia yang berada di sekitarnya.

Coming Will Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang