8. Bang Awan

63 13 0
                                    



_____

Seminggu sudah berlalu dan kasus yang pernah terjadi di SMA itu perlahan mulai hanyut dan tenggelam. Kini Awan sudah bisa bersekolah seperti biasanya, bermodal bertanya dengan temannya membuat dirinya tidak tertinggal pelajaran di sekolahan.

"Awan!!" Panggil seorang perempuan.

"Apa Len?" Tanya Awan yang merasa dirinya terpanggil itu.

"Lo udah bayar duit kas belom Minggu kemaren? Nihh sekarang bayar!" Tagihnya.

Dengan suara decakan yang keluar dari mulut Awan, pemuda itu berusaha merogoh saku celananya dan mengambil uang didalam.

"Nih!"

"Anjir kebanyakan ini, kas Lo aja gapernah nunggak deh prasaan."

Awan memutar bola matanya malas. "Iya gapapa itung-itung buat Minggu depan juga biar gue kaga bayar lagi."

Setelah mengucap kalimat tersebut, pemuda itu langsung berjalan meninggalkan tempat ini. Lena menghela napas pelan, "apaan coba? Gak kaya biasanya tu anak,"

_______

"Kalo masih sakit gausah dipaksain buat latihan dulu, Yo. Daripada nanti Lo drop di hari-H nya siapa yang rugi coba?"

Io memandang wajah kakak ketua OSIS itu. Benar apa yang dikatakan oleh Rian, seharusnya ia tidak berlatih terlalu keras seperti ini, masih ada tenaga yang harus ia pergunakan untuk tanding nanti.

"Tapi gimana ya bang, takut banget gue kalo gak berhasil. Lo tau sendiri kan prestasi gue cuman di karate doang? Otak mah gue gak encer-encer amat." Jawab io sambil mengelap keringat yang terjun dari pelipisnya.

"Semalem Lo ngeluh agak gak enak badan, sekarang malah Lo mau nekat buat latian. Harusnya kan dirumah dulu bukan malah sekolah!" Ucap Rian sambil sedikit menekankan nada bicaranya.

"Iya sih bang, pusing lama-lama disini."

"Ke UKS aja sana minta Paracetamol!" Perintah Rian yang kemudian diangguki oleh io. Pemuda itu berjalan meninggalkan gor tempatnya berlatih karate dan berjalan menuju ke ruang UKS.

"Bandel amat jadi bocah."

Rian memilih untuk meninggalkan GOR ini juga. Ia ingin pergi ke ruangan OSIS untuk bertemu dengan teman-teman satu organisasi nya disana.

Dipertengahan perjalanan pemuda itu bertemu dengan Naufal, ia terlihat sedang berjalan dengan teman perempuannya sambil membawa baskom yang kosong. Rian tahu jika Naufal saat itu sudah berhasil menjajakan dagangan kue nya sampai habis.

"Yan Rian!" Panggilnya.

Rian berhenti ketika ia mendengar suara panggilan dari salah satu sahabat nya itu.

"Ini tadi saya sisahin buat kamu ada tiga. Lapisnya enak tau, ambil aja!" Tawarnya.

Dengan senang hati tentunya Rian menerima tawaran dari Naufal. Ia hanya mengambil satu kue lapis saja. "yang dua lagi buat kamu kalau gak buat temen-temen kamu yang lain. Semoga laris terus ya pal, gue bantu doa."

Coming Will Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang