6. H-1 skors

39 15 0
                                    

____

Seorang pemuda tengah menatap layar ponselnya tanpa berkutik apapun. Ia masih merenungi nasibnya dan juga masalahnya kemarin.

Apa salahnya membantu korban pelecehan? Awan juga tidak memandang siapapun dalam kasus ini, kenal ataupun tidak tentu saja ia akan menolong yang benar.

Suara notifikasi ponsel terdengar di indra pendengarnya. Terlihat disana pesan masuk dari salah satu temannya yang baru ia kenal beberapa hari terakhir.

Rian

|Denger² Lo di skors ya?
08.23

Awan menghela napas pelan. Pemuda itu mengetikan sesuatu di atas keyboard ponselnya.

Iya, knp?|
08.24

Tanpa menunggu lama, sudah terlihat balasan dari sebrang.

|Masalah cewe yg di lecehin kemaren kan?
|Salut sih gw sama Lo, Wan
|Pulang sekolah nnti gw
|ksna ya sekalian nganterin si nopal
08.24

Oke, main aja|
08.24

Awan merasa sangat bosan. Tidak seperti hari hari biasanya, pemuda itu kini harus mengurung diri dikamar dan menunggu materi dari teman sekelasnya. Apa semua ini keinginan Awan? Jawabannya tidak. Tentu saja sang ayah yang menyuruhnya untuk tetap belajar dari rumah dengan bekal materi yang ia tanyakan kepada temannya.

Mungkin untuk beberapa saat ini hubungan Awan dan sang ayah akan renggang. Bukan hal biasa bagi Awan, setiap kali pemuda itu memiliki masalah dengan ayahnya, tentunya masing-masing membutuhkan waktu untuk bisa kembali lagi.

Ceklek

"Awan,"

Suara lembut sang mama mampu membuyarkan lamunan Awan. Pemuda itu menoleh kearah sumber suara dimana terdapat sang mama tengah berada di ambang pintu tersebut.

"Makan dulu, sayang."

Awan menggeleng pelan "nanti aja ma, belum laper."

Helaan napas terdengar dari mulut wanita itu. Ya beginilah putra sulungnya, setiap kali tengah berselisih dengan sang ayah, Awan menjadi kehilangan mood nya.

"Awan, mama mau ngomong sama kamu,"

Pemuda itu mengangguk menanggapi ucapan sang ibu. Ia tidak berniat untuk membalas dengan suara karena memang suasana hatinya yang tengah rusak.

Wanita itu berjalan mendekat kearah Awan, duduk di pinggir ranjang dan mencoba berbicara dengan sang anak.

"Awan dengerin mama, ya?"
Hanya suara deheman saja yang terdengar.

"Sekarang kamu udah dewasa, udah bukan anak kecil kaya adekmu lagi. Bukan mama belain ayah, tapi kamu sekarang udah besar, harus bisa bedain mana yang bener mana yang salah, sayang..." Suara lembut itu terdengar, memasuki indra pendengaran si sulung.

"Udah berapa kali mama bilang, jangan jadi anak bandel, berapa kali coba kamu di panggil di ruang BK?"

Awan masih menatap layar ponselnya yang meredup dan perlahan berubah menjadi warna hitam.

Coming Will Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang