prolog

43.2K 1.3K 14
                                    

Masa awal bekerja memang menyenangkan, selain beradaptasi dengan lingkungan sekitar, mereka juga belajar mandiri.

Bahkan ada diantara mereka yang memilih untuk tidak bekerja karena menganggap melakukan sesuatu untuk orang lain itu merepotkan.

Orang-orang seperti itu biasanya beralasan karena atasannya tidak memenuhi harapannya sendiri.

Maklum saja kamu juga masih baru dalam dunia kerja, mau tidak mau harus menanggungnya sendiri. Seperti nasib pemuda yang sedari tadi ngobrol dengan rekan kerjanya.

Na Jaemin atau biasa disapa Nana adalah seorang pemuda berusia 22 tahun. Dari raut wajahnya setelah keluar dari ruangan bosnya sangat masam, sepertinya dia mendapat teguran lagi.

Pemuda itu sering menimbulkan masalah, namun setidaknya hanya sedikit, meski begitu bosnya sangat tegas dan keras kepala membuat Jaemin menghela nafas kasar.

Segala hukuman telah ia jalani, mulai dari mengepel lantai karena tidak sengaja menumpahkan kopi sang bos, kemudian membuat beberapa lembar kerja menumpuk, menyapu ruangan sang bos karena terlambat berangkat ke kantornya.

"Sudahlah Na, itu salahmu. Presdirnya orangnya seperti itu, jangan coba-coba membuat masalah dengannya meski hanya kebetulan saja," ujar pemuda berusia 23 tahun bernama Haechan itu menasihatinya dengan sabar.

"Apa salahku? Dia jelas-jelas yang menyentuhku dan tubuhku tidak sengaja menyentuh air putih, hanya air putih, bersih!" Jaemin tampak tak terima dengan ucapan Haechan, ia mengepalkan tangannya untuk mengungkapkan kekesalannya pada bosnya.

"Na, sebaiknya kamu tingkatkan kinerjamu, idiot. Kamu sudah tahu kalau presdir itu orang yang keras kepala, bagaimanapun juga kamu tetap salah Na Jaemin"

"Untungnya gajimu tidak dipotong," sambungnya dengan malas menghadapi.

Presdir Lee memergoki dua orang sedang berbicara di kantin kantor, dia mendekati meja mereka dan berdiri tepat di belakang Jaemin.

"Aku curiga dia menjadikanku korban, dasar Lee Jeno sialan, dia pikir dia siapa, hanya menegurku tanpa alasan? Hah?" Jaemin mengoceh.

Haechan panik setengah mati, ia memperhatikan wajah bosnya yang semakin dingin dengan tangan terlipat di depan dada. Dia mencoba memberi kode pada temannya untuk berhenti bicara, tapi Jaemin malah sibuk memaki-maki bosnya tanpa henti.

"J-Jaemin..." kata Haechan, namun terpotong.

"Kenapa? Kamu ingin membelanya? Dia bos yang menyebalkan, untung dia bosku, kalau tidak..."

"Kalau tidak, apa yang akan kamu lakukan, Na Jaemin?"

Jaemin menoleh ketika suara dalam yang akrab terdengar di telinganya, wajahnya menjadi merah padam ketika dia melihat bosnya ada di belakangnya dengan rahang terkatup.

"Keruanganku sekarang!"

...

"Tahukah kamu apa kesalahanmu, Na Jaemin?" Ucap Jeno sambil memainkan pulpennya sambil mengetuk-ngetuk meja beberapa kali.

Kini keduanya sudah berada di ruangan pribadi sang bos, pemuda berusia 24 tahun itu benar-benar sangat marah kini, apalagi setelah mendengar Jaemin mengumpatnya dari belakang.

"K-Kenapa? K-Kau benar-benar menyebalkan, menegur karyawan yang tidak bersalah sesukamu," ucap Jaemin kurang ajar, kini ia bisa melihat bosnya meremukkan pulpen di tangannya hingga patah.

Entah kenapa, keringat dingin mulai mengucur di tubuh Jaemin, ia bisa menangkap ekspresi kesal dan marah di wajah atasannya.

"Kerjakan semua dokumen ini, di ruanganku!" Ucap Jeno dengan penuh penekanan, ia meletakkan beberapa berkas pekerjaan di atas meja, menunggu tangan kecil itu meraihnya.

Love With Boss | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang