08

14.6K 815 29
                                    

Ketiganya menoleh asing, pria tinggi itu pun sama, namun atensinya tertuju pada Jaemin. Siapapun akan menoleh kearah wajah manis itu, ingat, siapapun, yang di tulis miring.

"Kau sudah kembali, mana minumanku?" Lamunanya buyar ketika Jeno menyerobot air mineral itu di tangan Jisung, si empu hanya bisa menggaruk tenguknya karena malu.

Hyunjin dan Jaemin menatap Jisung dengan tatapan asing. "Ah, aku Jisung Park" Jisung mengulurkan tanganya kerah Jaemin dan Hyunjin bergantian.

"Hwang Hyunjin" ujar Hyunjin.

"Aku Na Jaemin" saut Jaemin.

"Ah kau yang kemarin di ci-mmmh" Jisung yang hampir keceplosan pun langsung di bekap oleh Jeno hingga Jisung kwalahan menahan nafasnya. "Hyung, aku bisa mati!" Katanya setelah bekapan itu terlepas.

Jeno mendelik kearahnya tak suka, lalu tersenyum kearah keduanya. "Kita berdua pergi dulu ya, ada yang harus kita bicarakan sebentar" ujar Jeno, laku dia menarik tangan Jisung dengan paksa.

Hyunjin dan Jaemin menatap bergantian lalu keduanya menggeleng dan menutuskan untuk kembali ke rumah. Selama perjalanan menuju rumah, mereka sedikit mengobrol untuk menghilangkan keheningan.

"Ternyata Jisung tinggi juga ya, aku jadi iri" Guman Jaemin yang masih bisa di dengar. Hyunjin terkekeh pelan.

"Kau saja lebih pendek dari Haechan, kenapa harus di bandingkan dengan Jisung? Lagian, kau tetap lucu mau tinggi seberapa pun" Balas Hyunjin tersenyum bulan sabitnya.

Jaemin menoleh, ada rasa salah tingkah karena pujian yang di berikan pria berbibir tebal ini. "Ya, tapi aku tidak sependek itu tau. Kau belum pernah lihat kekasihnya Manajer Guanlin ya? Dia sangat pendek" katanya tak mau kalah.

"Iya iya, kau tinggi dari pada kekasihnya manajer. Baiklah, saatnya pulang"

Mereka sudah sampai di depan rumah milik Jaemin, perjalanan dari taman ke rumah memang tidak jauh, jadi mereka memutuskan jalan kaki hingga sampai di depan rumah Jaemin.

"Mau masuk sebentar?" Ajak Jaemin, namun Hyunjin menggeleng. "Tidak, ibumu sedang sibuk. Katakan saja salamku padanya. Aku pulang dulu" sembari mengusak rambut Jaemin, Hyunjin juga melambai sebagai tanda perpisahan.

Jaemin memandang punggung itu menjauh. "Siapa dia? Itu bukan laki-laki uang kemarin ya?" Suara itu membuat Jaemin tersentak, dan reflek memandang kearah sang ibu. "Astaga Ibu!"

"Dia bukan yang kemarin ya? Kenapa kau suka ganti-ganti pria?" Yoona yang sedang membawa alat masak pun menuding Jaemin dengan guratan penasaran.

"Dia rekan kerjaku, hanya rekan kerja. Kalau yang kemarin..."

"Kekasihmu, yakan? Sudah ibu duga, kau sudah punya kekasih tanpa sepengetahuan Ibu, dasar!" Potong Yoona, lalu dia meninggalkan Jaemin yang masih tak bergeming.

"Sejak kapan ibu jadi gila?" Gumanya laku melangkah masuk kedalam rumah.

...

"Kau sudah gila ya?" Jeno menarik tangan itu sampai di depan rumahnya, si empu hanya bisa menahan sakit di daerah pergelangan yang di cengkram.

"Aduh Hyung, hanya keceplosan, sedikit" bela Jisung pada dirinya sendiri. "Aduh, lepas Hyung, ini sakit loh"  sambungnya dengan rintihan.

Jeno pun melepas cengkraman tanganya pada pergelangan tangan Jisung, menghempasnya kasar ke udara. "Tapi aku bertrimakasih kasih padamu, raur wajah Hyunjin penuh dengan cemburu"

Jisung memutar bola mata malasnya. "Aku sudah tau tujuanmu Hyung, kenapa kau malah kasar padaku. Untuk Chenle tidak melihatmu, kalau lihat habislah" Gumanya.

Love With Boss | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang