Seharian ini yang dilakukan Jaemin hanya memandang sosok di hadapanya yang sudah menjadi kekasihnya. Jeno melarangnya untuk bekerja dengan alasan tidak mau dia kelelahan, padahal Jaemin termasuk orang kepercayaan di kantor ini.
Dengan helaan nafas kasar Jaemin mulai bosan hanya duduk menatap Jeno yang sibuk pada pekerjaanya. Jeno tak berkutik bahkan menoleh kearahnya, tumpukan berkas pun tak kunjung selesai.
Jam makan siang sudah tiba, Jaemin bergegas beranjak daripada harus menunggu Jeno selesai pada pekerjaanya. "Aku ingin makan siang dengan Haechan" tanya Jaemin seraya berjalan menghampiri meja kerja milik Jeno.
Jeno terpaksa mendongak menatap sang kekasih. "Kalau begitu nanti setelah pulang kau harus memasakanku makanan di apartemen" kata yang bijak dari Lee Jeno dengan seringainya.
Jaemin baru tau bahwa presdirnya-kekasihnya punya unit apartemen. Dia hanya mengangguk sebagai jawaban, dari pada harus menunggu yang belum pasti jadi yakan? Jaemin pun keluar ruangan tersebut.
Saat menutup pintu dirinya harus di pandangi seisi kantor, dia tau diri, selama berjam-jam Jaemin hanya berada di ruangan Jeno tanpa bekerja. Tak mau menghiruakan, dia pergi untuk ke kantin indor kantor.
Langkah yang ia telusuri banyak mata memasang tajam di sana, dan di detik kemudian dia bertemu sosok kemarin lalu yang datang untuk menjenguknya.
Hyunjin, Pria itu sedang duduk di meja kantin sendirian sembari menyeduh kopi mungkin itu pesananya. Karena tujuannya pertama nya adalah makan, jadi Jaemin memutuskan untuk menghampiri meja itu.
"Kau sendirian?" Tanya Jaemin menarik kursi itu untuk ia duduki. Hyunjin menoleh mendengar suara tak asing di telinganya.
"Ah, I-Iya" canggung meliputi keduanya, rasa mulai asing Hyunjin rasakan, jujur dia tidak mau menatap wajah itu lagi.
"Tumben tidak bersama Ji-"
"Selamat ya" potong Hyunjin, dia tersenyum asem ketika Jaemin memandangnya bingung. "Untuk apa?" Balas Jaemin.
"Kudengar kau dan presdir punya hubungan spesial" jelas Hyunjin, dia memunguti berkas yang memang sengaja sebelumnya dia taruh di atas meja.
"Hyunjin begini, Aku dan Presdir memang..."
"Ah sepertinya Jihoon sudah menungguku di ruanganya, duluan ya Na" katanya langsung beranjak meninggalkan Jaemin dengan arut bingungnya.
"Kenapa dia?" Jaemin berguman pada dirinya sendiri.
Kemudian datanglah Haechan, dia menghampiri meja Jaemin dengan wajah datar dan penuh artiann lalu Haechan duduk di hadapan Jaemin dengan keras, sampai menggebrak meja seakan-akan dia sedang kesal.
"Cepat, Jelaskan!!" Katanya begitu saja, saat minuman pesanan Jaemin datang, Haechan langsung menyerobot, meneguk minuman itu sampai habis setengah.
"Apa yang harus di jelaskan Haechan-Lee?" Balas Jaemin tampak tak peduli, lalu dia menengok kearah minumanya yang hampir tandas. "Dasar anak ini." Sambung Jaemin dengan nata sinisnya.
"Begini, kau yang dulu sangat membenci presdir hingga mengatainya sampai barbar, kenapa sekarang tiba-tiba jadi budak cinta dadakan?" Haechan mengucapkanya dengan cepat.
"Y-Ya karena...Presdir yang memaksaku sialan!" Kali ini Jaemin dengan sarkasnya. "Apa bedanya denganmu, kau juga tiba-tiba jadi kekasih manager Lee, kenapa bisa? Kau menggoda nya ka?" Sambung Jaemin tak mau kalah.
"Enak saja!...dia yang mendekatiku, selagi tampan dan kaya kenapa tidak?" Kata Haechan seraya mengibaskan rambutnya ke udara.
Lagi-lagi Jaemin menatapnya dengan sinis. "Ya, kau sudah seperti wanita matre" sindir Jaemin.
"Apa katamu?!" Hendak saja Haechan akan melempar sebuah kotak tissue kearah Jaemin, namun kegiatanya berhenti karena melihat seseorang tengah berdiri di belakang Jaemin dengan tatapan datar.
"S-Sepertinya aku harus lanjut bekerja...bye Jaemin" kalinat terakhirnya dia menghilang begitu saja, lari dari tempat semula menuju kedalam ruanganya.
Jaemin tentu saja bingung. "Bocah itu kenapa?" Gumanya.
Pupil matanya melebar saat melihat seseorang tengah duduk di depanya dengan pedenya, sebenarnya Jaemin tak masalah, tapi ini di kantin kantor, sebuah ruangan umum dan banyak karyawan yang melihat.
Tebak saja kalau itu Jeno, Jeno merubah ekspresi datarnya menjadi senyum sumringah. Jaemin panik setengah mati saat menengok kekanan kekiri, banyak yang melihat kearahnya.
"K-Kenapa Presdir di sini?" Lirih Jaemin sembari melotot kearah Jeno untuk memperingati.
"Kenapa? Ini kan kantor ayahku, aku bebas mau di mana saja" seolah menyombongkan diri, jeno mengangkat tangan Jaemin lalu membelainya dengan halus, sebenarnya itu tujuanya untuk memperl8hatkan kemesraan mereka di publik.
"P-Presdir, jangan di sini" kali ini lebih panik dia langsung menarik tanganya dari genggaman Jeno.
"Ayolah Na~" rengek Jeno dengan mata manjanya.
Sejak kapak Jeno memanggilnya dengan sebutan 'Na' huh?
"Begini Presdir, banyak yang melihat kita..." Jelas Jaemin dengan mata yang sulit diartikan.
Jeno menghela nafas panjangn tentu saja dia tau, Jaemin tidak nyaman berada di sekitar orang yang terus membisikinya, jujur Jeno tidak peduli dengan pembicaraan mereka tentang hubunganya dengan Jaemin.
"Kau lupa ya? Jangan panggil aku presdir, aku kekasihmu" katanya, sekarang jeno sengaja menyerukan suaranya agar karyawan di sana mendengarnya.
"Iya-iya, sebaiknya kita kembali ke ruanganmu saja, Ayo" kali ini Jaemin tersenyum dengan nada paksaan, Jeno hanya menurut, Jaemin terlihat lucu jika sedang kesal denganya.
Jaemin menarik tangan Jeno menuju ruanganya, setiap langkah yang mereka lewati, Jeno selalu mencuri pandang kearah depan, manusia pendek yang tengah menarik tanganya seperti anak kecil.
Setelah sampai di ruangan, Jaemin mendudukan tubuh Jeno di sofa layaknya anak kecil. "Tunggu disini, jangan kemana-mana" kata Jaemin.
Bisa di lihat Namja dengan tubuh sedikit pendek itu tengah keluar dari ruangan sebentar, beberapa menit Jaemin kembali dengan segelas susun rupanya pria itu baru saja membuatkan dia minuman.
"Ini, minumlah dan istirahat, jangan ganggu jam makan siang ku" kata Jaemin seraya duduk di samping Jeno.
Jeno tak merespon, dia langsung menyerobot segelas susu di tangan Jaemin, dia meneguknya hingga tandas tak tersisa, setelah gelas itu dia taruh di atas meja kembali, Jeno langsung memeluk pinggang ramping Jaemin.
"Bisakah jangan cerewet satu hari saja?" Kaliini Jeno menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Jaemin, mencoba bernafas di kulit sensitif kekasihnya.
"Jeno...kumohon, ini di kantor" Jaemin mencoba mendorong bahu pria yang lebih tua darinya, namun naas dia yang semakin sesak karena pelukan kian erat.
"Tidak mau, aku ingin seperti ini sampai jam kerja selesai" balas Jeno, kali ini dengan nada rengekan.
"Jeno, ayolah. Kenapa kau jadi semanja ini? Padahal dulu kau menyebalkan..." Perkataan Jaemin membuat Jeno mendongak, menatap netra mata itu dengan lekat.
"Itu dulu, saat aku berusaha mendapatkannya hatimu. Kalau sekarang aku sudah dapat, jadi aku ingin sekali bermanja-manja denganmu" Jeno kembali mengeratkan pelukanya, sesekali dia mencuri ciuman di pipi Jaemin.
Saat Jeno menciumnya rasanya ada banyak kupu-kupu yang terbang di perutnya, tubuhnya membeku seketika. "B-Berhenti bercanda, cepat selesaikan pekerjaanmu!!" Nada tinggi itu Jaemin lontarkan dan mendorong tubuh Jeno memjauh, kali ini dia berhasil.
Rona merah di wajah jaemin sangat ketara, membuat Jeno terkekeh kecil di hatinya, namun semaksimal mungkin dia bersikap profesional. "Tentu saja aku akan menyelesaikanya, tapi kau harus menginap di apartemen ku malam ini, okay? Ya nanti kita akan tidur bersama" seperti biasah, Jeno memaksanya.
Jeno menutup telinganya sebelum Jaemin memarahinya, mengumpatinya dengan kata-kata kasarnya, dia langsung duduk di kursi kerja dan mencoba menyanyi sekencang mungkin.
"Lee Jeno sialan!!" Seru Jaemin dalam ruangan sampai menggema di mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love With Boss | Nomin
Romance"Dasar bos sialan" JM Jaemin itu baru saja mulai bekerja, namun sialnya dia harus di hadapkan dengan bos yang super menyebalkan, pria dingin dan tegas itu membuatnya kesal. M_preg no child Jeno top Jaemin bot bxb