32

7.3K 503 16
                                    

Jam menunjukan pukul 18:09.

Namun Jeno tak kunjung pulang dari rumah Jaemin setelah pertengakaran mereka siang tadi. Dia benar-benar menunggu Jaemin seraya duduk di teras rumah yang tak begitu luas itu.

Dia tatap pintu bahkan jendela kamar Jaemin yang tak kunjung membuka. Dia hanya berharap Jaemin percaya dan memaafkannya lalu hubungan mereka kembali seperti dulu.

Tapi kenapa rasanya berat saat ini.

Tubuhnya menggigil karena hujan lebat tak kunjung reda, sedangkan Jeno hanya memakai kemeja kantor dan celana yang sudah basah.

Tapi dia tak mau pergi begitu saja sebelum tujuanya tercapai, tak mau berhenti melangkah sebelum memdapat hasilnya.

Jaemin tatap pria itu dari balik jendela kamarnya, dia sibak tirai kamar dengan sedikit demi sedikit. Pandanganya masih menemukan Jeno yang tengah duduk di lantai dengan wajah yang sudah pucat.

"Dia benar-benar keras kepala" gumanya.

Pandangan Yoona mengedar, lalu dia teralih menatap pintu kamar sang anak yang tak terbuka. Hatinya resah yang sebelumnya mendapati Jeno berada di depan rumah sudah beberapa jam yang lalu, tapi dia juga tidak mau memcampuri urusan mereka.

Tapi dia memutuskan untuk menghampiri sang anak, memcoba membujuk anak semata wayangnya. Dia tuntun kursi roda itu dengan sendirinya, dengan keringat yang mulai menetes Yoona akhirnya berdiri di depan pintu kamar Jaemin.

Tok tok tok

"Sayang, ibu ingin bicara sebentar denganmu" tuturnya.

Cklek

Pintu terbuka menampilkan Jaemin masih dengan wajah sembabnya, namun pria itu masih bis menampilkan wajah segar. "Ada apa ibu?"

Yoona tak menjawab, tapi dia menggerakan kursi rodanya untuk masuk kedalam kamar Jaemin tanpa menunggu jawaban.

Langkah Jaemin mengikuti dan berakhir berdiri tepat di samping sang ibu. Yoona yang memandangi rintikan hujan yang belum mereda dengan penuh kekhawatiran.

"Apapun kesalahan yang di perbuatnya, tapi lebih baik kita mendengarkan penjelasanya terlebih dahulu. Jengan percaya kesalah pamahan yang berakhir membuat hubungan dekat menjadi jauh seperti ini...

...Sayang, Jeno bukanlah orang jahat apa yang kamu pikirkan. Ibu tidak tahu apa masalah hubungan kalian, tapi coba dengarkan dia sekali saja. Kalau dia memang salah, keputusan ada di pihakmu"

"Tapi bu..."

"Ikuti kata hatimu, ibu tidak memaksa kamu untuk selalu bersama Jeno. Ibu hanya ingin kamu bahagia bersama orang pilihanmu, ibu tidak ingin kamu merasa yang namanya luka yang sama"

Jaemin terdiam untuk mempertimbangkan tutur kata sang Ibu, ada benarnya juga, tapi Jaemin bingung untuk memulainya darimana.

"Temui dia, kasihan Jeno terus-terusan menahan dingin di luar sana"

Jaemin mengangguk, lalu dia beranjak dari kamarnya. Menulusuri tangga untuk menuju lantai bawah, langkahnya sedikit gugup untuk mencapai pintu masuk rumahnya.

Dengan hati yang lapang Jaemin memutuskan untuk membukakan pintu.

Cklek

Jeno tersentak dalam duduknya, lalu dia segera berdiri karena rasa bahagianya. Dia tatap wajah manis pria yang kini masih menjadi kekasihnya.

"Masuklah, tubuhmu sudah menggigil" kata Jaemin tanpa menatap kearah wajah Jeno.

Jeno pun dengan senang hati mengikuti langkah Jaemin menuju kedalam, tepatnya di ruang tamu. Jeno mendudukan tubuhnya di sofa dengan handuk untuk alas duduknya.

Love With Boss | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang