14

17K 684 12
                                    

"Menikmati pantatmu! Ku adukan pada ibumu tau rasa kau! Dasar!" Kesal Jaemin, dia tidak segan-segan memukul dada kekasihnya sedikit keras.

Namun bukanya kesakitan, Jeno malah tertawa terbahak-bahak melihat rona merah di wajah Jaemin. "Hey Hey, Hentikan kumohon. Aku minta maaf" kekehnya mencoba menahan tangan Jaemin yang terus-terusan memukul dadanya.

Jaemin terdiam dengan wajah marah, bahkan kepalanya mulai keluar tanduk dan asap, woah.

"Ini sakit!" Adu Jaemin menunjuk kearah pantatnya yang muncul di balik selimut.

Jeno tertawa lagi sembari menampar kecil di pantat yang menyembul. "Sorry, but don't blame me. You like it too, right?" Godanya dengan seringai kecil.

"Ya terserah. Gara-gara kau, aku lupa dengan makan malam ki-MASAKANYAAAA" Jaemin tersadar beberapa saat, lalu dirinya keluar kamar dengan langkah gontai menahan sakit di bagian belakangnya.

Jeno semakin terkekeh, kekasihnya keluar tanpa menggunakan celana, berjalan seperti orang baru di sunat. Pucuk komedi tertinggi bagi Jeno.

Lalu Jeno beranjak seraya memegang perutnya yang menahan tawa. Dia mengikuti langkah si manis menuju dapur, bisa dia lihat, Jaemin sedang memasak tapi tanganya tidak berhenti membelai kedua pantat merah itu.

Jeno menghampiri dengan gelengan kepala sebelumnya, lalu dia dengan cepat menggendong Jaemin ala Bridal. "Hey, mau apa lagi kau! Turun kan aku!!" Teriak si menis memberontak.

Seolah tuli, Jeno malah mendudukan dirinya di kursi meja makan. "Berhenti mengomel, diam saja di sini, aku yang akan menyiapkan makan malam" katanya seraya berjalan menuju dapur.

Jeno mah tinggal enak, masakan udah selesai tinggal di tuang di piring, di sajiin di meja.

Lalu dengan lihai Jeno membawa masakan Jaemin di atas meja makan, merapikan serta menyediakan beberapa alat makan di sampingnya, tidak lupa dengan air mineral yang setia menjadi air minum selama dia hidup.

Tapi bukanya senang, Jaemin malah menatap kwarah Jeno kesal. "Kau bersikap seolah-olah kau yang sudah memasak, dan kau melupakan kekerasan yang kau lakukan padaku? Ini pemerkosaan namanya" kata Jaemin tidak terima.

"Bukan perkosa namanya sayang kalau kamu mendesah meminta lebih 'Ah ah nikmat' hahahaha" kini Jeno meledeknya, lalu mencoba menyodorkan sesuap makanan kearah mulut Jaemin, agar pria itu berhenti mengoceh.

Tidak mau menyia-nyiakan makanan, Jaemin langsung melahab sesuap makanan yang di berikan oleh Jeno, lantas dirinya pun berhenti mengomel dan melanjutkan acara makanya.

"Aku baru sadar, ternyata pipimu semakin tembam ya" Kini Jeno menatap pipi chubi milik kekasihnya, meremasnya saat Jaemin masih mengunyah makanan.

"Aku bahagia, makanya pipiku tembam" balas Jaemin seraya menelan makananya, lalu dia kembali menatap kearah Jeno. "Kenapa tidak makan?" Tanya Jaemin.

"Melihatmu makan saja sudah buat aku kenyang, menurutku kau lebih enak dari pada hidangan ini"

Jaemin memutar bola mata malasnya. "Sialan, memakai orang seperti memakai barang" guman Jaemin mengumpat.

Yang lebih tua hanya tersenyum seperti anjing Samoyed meminta tulang pada tuanya, imut. Jaemin tidak tega untuk mengumpati kekasihnya, tapi kalau perlu mengusirnya sih...

Poor Jeno.

"Tubuhku lengket, aku tidak yakin aku bisa mandi sendiri" kini Jaemin berguman kembali, gumananya di dengar sang kekasih.

Dengan senyum cerah, Jeno menghampri, berdiri di samping kursi yang Jaemin duduki. "Aku akan memandikanmu tenang saja" belum sempat Jaemin menjawab, pria yang selalu membuatnya kesal ini langsung menggendongnya ala karung beras.

"Hey! Kau belum meminta persetujuanku! Turunkan aku!!" Berontak Jaemin, sia-sia dia mengeluarkan suara begitu banyak, karena namanya saja Jeno, si pura-pura Tuli.

Jeno tak merespon, dia membawa tubuh kecil itu untuk ke kamar mandi utama. Ruangan kamar mandi dengan ukuran yang cukup luang, dia membaringkan Jaemin di dalam bathube, tak lupa melepaskan kaos yang tengah di pakai si manis.

Saat ingin membukanya, Jaemin mencengkeram lenganya dengan memasang wajah Devil kearah Jeno. "Apa yang akan kau lakukan?" Interogasinya.

"Apa lagi? Memandikanmu tentu saja" Balas Jeno tanpa menoleh, dia asik melepas pakaian si manis, hingga tubuh mulus itu sudah full naked.

Jeno menelan ludahnya sendiri ketika dia melihat sudut serta lekuk tubuh itu, ada bekas gigitan di daerah ceruk leher dan bagian lainya. Jeno memalingkan wajah ketika melihat dada bidang dengan puting merah muda si manis.

"Tuh kan...matamu mau ku colok?!" Dengan kata terbata-bata Jaemin menutup dada nya dengan menyilangkan tangan, mencoba menutupi apa yang sedang di lihat Jeno.

"Kenapa?! Aku sudah melihatnya...lagi pula satu ronde juga tidak apa-apa kan?" Di akhir kalimatnya dia melirih seraya masuk kedalam bathube bersama kekasihnya.

Tanpa peduli, Jaemin memposisikan dengan nyaman, bersandar pada dada bidang jeno setelah pria itu masuk dan duduk di belakangnya.

Air shower mulai mengguyur seluruh tubuh mereka, mengalir dari pucuk kepala hingga kebawah air di dalam bathube. Jeno senantiasa mengusap tubuh Jaemin dengan alasan untuk membersihkanya.

Dengan mata terpejam Jaemin menikmati sentuhan itu, walau ini mungkin terdengar intim, tapi sebisa mungkin Jaemin berpikir positif.

Tapi tidak dengan Jeno, wajahnya merah padam menahan hasrat di bawah sana. Skin texture Yang dimiliki Jaemin sangat halus dan sehat, seperti kulit Yeoja pada umumnya, tapi yang ini sepertinya melebihi seorang dewi.

Merasa aneh dengan suasana, akhirnya Jaemin terpaksa menoleh, tapi saat dia menatap kearah belakang, dia mendapati wajah merona Lee Jeno.

Plak.

"Akh, kenapa aku di tampar?" Dengan penuh tanda tanya, Jeno mengusap area pipinya sesudah tangan kecil itu melayang.

"K-Kau mesum" dengan rasa gugup Jaemin menjaga jarak untuk keduanya.

...

Sementara itu, di lain tempat. Tiffany dengan sapu andalanya sedang berdiri di pintu rumah, menanti kepulangan anak sulungnya.

"Apa dia menginap di rumah temanya?" Guman Tiffany, dia berjalan mondar-mandir layaknya orang khawatir.

Chenle yang melihat tingkah ibunya hanya bisa menggelengkan kepala jengah. "Ibu, Hyung sudah dewasa, sampai kapan ibu akan memarahinya karena hal sudah biasah" saut Chenle menuruni anak tangga.

Bisa di lihat ada Donghae yang tengah duduk di ruang tamu, tak jauh dari sang istri berada. "Jangan khawatir, Jeno tidak seperti anak kecil yang mudah hilang keluyuran" Timpal Donghae.

Dengan wajah gusar akhirnya Tiffany beranjak, menghampiri sang suami yang tengah meneguk kopi buatanya. Seraya duduk, Tiffany sesekali mengetuk meja beberapa kali untuk menghilangkan kecemasanya.

Chenle yang notabenya dewasa hanya bisa menatap datar kearah ibunya. "Hyung sedang menghabiskan malam panas dengan Jaemin hyung" katanya terucap begitu saja.

Tiffany Melotot mendengarnya. "Apa?! Jadi bocah itu sudah berani mengotori anak polos seperti Jaemin?" Yang tua tak terima.

Chenle mengangguk. "Walau sudah legal dari usianya, tapi kenapa harus kepergok mesum di dalam ruangan kantornya" kini dengan seringai kecil Chenle berakting dengan muka malasnya.

"Apa?! Dasar!!"

Love With Boss | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang