.
.
.
Beralih di dalam ruang kerja tuan Irsyad.
“Okay look. Before aku nak terangkan mengikut presepsi aku sebagai doktor. Aku nak tahu sama ada Iris pernah ke ada something really bad happened to her? Kinda really, really bad.” Soal Dr. Ernesh.
Tuan Irsyad terdiam lama seperti sedang mengingati kisah lama.
Katlynn yang melihat wajah suaminya yang mulai keruh pun mengelus perlahan lengan tuan Irsyad ingin menenangkan.
Huh
“She had one.” Balas tuan Irsyad perlahan dan sepertinya sesak.
“Boleh aku tahu apa yang jadi kat Iris, Irsyad?” Tanya Dr. Ernesh.
“Untuk apa?” Soal tuan Irsyad sambil mengerut dalam dahinya.
“Betul tu Ernesh. Untu apa je semua itu?” Soal Katlynn juga.
Dr. Ernesh pun dengan perlahan dan jelas menjawab.
“Untuk aku boleh menganalisis situasi dan kejadian yang pernah dialami oleh Iris sebab aku nampak simptom-simpton trauma pada diri Iris.”
“Trauma?!” Tuan Irsyad terkejut dengan penjelasan yang diberikan oleh kawannya itu.
“Tak! Tak mungkin baby Reyse ada trauma. Dia baik-baik ja before this.” Dalih tuan Irsyad gelisah dan risau.
“Calm down, Irrsyad. Kau pun tahu kan selain dari doktor pembedahan, aku ni doktor pakar psiko.”
“Cause of that aku nak tahu kejadian-kejadian buruk yang pernah Iris alami.” Terang Dr. Ernesh lagi.
“5 tahun lepas or lebih tepat pada penyebab kematian Janece, mama Iris. Malam itu berlakunya “serangan kat rumah kami oleh musuh syarikat aku. Iris dan Janece diculik dan dibawa ke sebuah tempat penyiksaan haram. Mereka berdua sedar dari ubat bius yang membuatkan Janece dan Iris tidak sedar hingga mereka berdua sedar di dalam ruang yang sama. Iris kecil waktu itu terlampau takut dan Janece cuba untuk tenangkan Iris dan mencari jalan keluar mereka. Tetapi tiba-tiba ada sekumpulan lelaki berbadan besar dan gempal masuk ke ruang mereka dikurung. Iris ketakutan di dalam pelukan Janece dan si situlah mulanya siksaan yang kejam pada Janece secara fizik dan Iris secara mental. Iris dipaksa untuk melihat Janece disiksa tanpa henti oleh mereka semua, Iris yang pada mulanya menangis meraung menjadi mati rasa dan hanya air matanya sahaja mengalir dengan sendirinya melihat kekejaman sekumpulan lelaki itu menyiksa Janece…, “ Jeda Irsyad mengambil nafas dalam untuk menyambung kisah penyesalan dirinya yang tidak pernah dapat dia terima.
“Tepat dalam masa hampir seminggu, aku baru dapat detect lokasi Janece dan Iris. Tapi aku tetap terlambat. Sampai saja aku kat tempat tu, aku terdengar bunyi tembakan tanpa henti di ruang yang Janece dan Iris terkurung,… dengan panik dan gelisahnya perasaan aku waktu itupun aku berlari dengan orang-orang aku. Aku pun rempuh masuk ke dalam ruangan itu tepat setelah bunyi tembakan tidak terdengar lagi. Bertapa terkejutnya aku bila tengok Iris, anak perempuan kecil aku yang riang dan ceria itu sedang menarik-narik picu pistol yang dipegang dengan kedua-dua tangan kecilnya tanpa henti dengan pandangannya kosong dan kusam. Aku memanggil Iris dengan suara yang aku sendiri cuba untuk mengeluarkan suara itu. Iris berhenti menarik picu dan menoleh dari sosok-sosok tubuh yang terbaring kaku disekelilingnya…,”
Flashback 5 tahun lepas*
“Ba..by..Rey..se…” Panggil Irsyad dengan suara bergetarnya pada Iris kecil.
Iris berhenti menarik picu pistol dan menoleh dari sosok-sosok tubuh yang terbaring kaku disekelilingnya itu.
“Ba…by..” Tersentak hebat Irsyad ketika melihat sosok Iris yang kurus tak terurus dengan pakaian koyak ditubuh kecilnya serta titisan-titisan darah di muka dan badannya.
Yang paling penting ialah pandangan matanya yang kosong tanpa ada sinar kehidupan di mata yang biasanya dan sepatutnya cerah seperti anak yang sebaya dengannya.
“Pa…pa..uhuk…”
“Kena..pa…seka..uhuk..rang..” kata Iris putus-putus dengan suaranya yang amatlah serak yang membuatkan dia terbatuk ketika mengeluarkan suara.
Lalu bergerak perlahan dan lemah ke arah sosok kurus yang tergeletak dipenjuru ruangan.
Sosok yang sudah tidak menyerupai manusia itu.
Irsyad yang masih ingin mencari-cari isterinya, Janece pun terhenti ketika mendengar suara serak Iris.
“Ma…ma..uhuk….Rey..se… dah bu..uhuk..at orang..jahat…tidur..”
“Jom… mama…kita…balik..Reyse..penat..mama?…” Iris kecil yang masih dengan pandangan kosong di matanya memegang tubuh hampir hancur itu dengan lembut seperti takut tubh yang dipeluknya itu hancur.
“Ja…ne..ce..” Irsyad tersadung ketika berjalan dengan langkah beratnya ke arahnya Iris.
Menghulurkan tangannya bergetar ingin mendapatkan kepastian.
Bruk
Tetapi tubuhnya ditolak dengan kuat oleh Iris yang pada mulanya posisi diduduk sekarang berdiri setelah menolak dirinya.
“Jangan…sentuh..mama!…huh..”
Bruk
“Reyse!” Dengan cepat Irsyad menghampiri Iris.
.
.
.
Setelah kejadian itu pun, Iris berubah ketika dia sedar dari koma selama seminggu kerana tubuh kecilnya tak dapat menahan beban lapar dan penat tetapi dia mampu bertahan hingga ke akhir waktu.
Janece pun sudah dikebumikan dengan baik.
Di sebuah bilik VVIP hospital negara D.
Terlihat Iris kecil dengan baju hospital sedang duduk diam disamping tingkap tertutup dengan matanya yang kosong.
Clek
“Baby Reyse.” Panggil Irsyad dengan sedih kerana masih tidak mendapat respon dari Iris.
Ehem
“Iris. Saya Dr. Zayn. Salam kenal ya.” Kata seorang doktor muda itu dengan tenang.
“Reyse sayang.. mulai saat ini Dr. Zayn akan jadi kawan Reyse ya sayang…” terang Irsyad.
.
.
.
.
jangan lupa vote ya kalau rajin😌
Next.
YOU ARE READING
THE PAIN OF TEARS 🚫
Romance🚫 🚫 🚫 HI!!! GUYS!!! This story tak sama like before, rate 18 +++. Tapi nak tahu apa yang beza? Try baca dulu... Semua cerita just from my own create on my own imagination. 😘 . . . IRIS HADLEY seorang perempuan yang hanya ingin hidup normal sepe...