Chapter 14 🔞🍭

1.3K 56 41
                                    

🦉: Hola Amigos,
Meleset sedikit karena ke publish di sore hari, wkwkw.

Yasudahlah kalau begitu, silahkan di nikmati alur ceritanya.

Happy Reading
.
.
.


Kaoru mengernyit karena merasa jijik, takut, kecewa, dan mungkin...benci. Ya, membenci Toji adalah sebuah kemungkinan besar baginya kali ini.

Gadis itu memukul kepalanya berulang kali. Berharap dengan itu, impuls otaknya akan berhenti untuk menunjukkan kilasan-kilasan peristiwa yang terjadi di siang kemarin.

Tidak dapat di pungkiri jika otak manusia sering kali suka untuk memberikan kejutan dengan mengingatkan pemiliknya akan hal-hal yang tidak dinginkan, terutama tentang hal yang dianggap memalukan dan menakutkan.

Sehingga aktifitas alam fikiran yang terjadi secara tiba-tiba itu, akan mengakibatkan suatu respon tubuh yang menunjukkan penolakan, berupa gerakan-gerakan yang tidak di sadari seperti yang sedang di alami oleh Kaoru.

Mengabaikan Morning routine nya, Kaoru lebih memilih untuk meringkuk di bawah selimut tebalnya. Gadis itu merasa sedang tidak ingin melakukan apapun sejak kemarin sore ia terbangun dan mendapati telah berada di kamarnya sendiri.

Shiu juga belum pulang atau menghubunginya sama sekali, meskipun ia telah mencoba untuk menelfon dan mengirimi pesan, namun tidak satupun dari panggilan atau pesannya yang di balas oleh ayahnya itu.

Mungkin jika Kaoru adalah seorang remaja dengan kepribadian extrovert dan memiliki pertemanan yang luas, itu akan sangat membantu jika sedang berada di saat-saat seperti ini.

Yaitu memiliki beberapa teman sebaya yang bisa ia panggil untuk menemuinya dan berbagi cerita.

Tapi sayangnya, Kaoru tidak terbentuk untuk memiliki kepribadian dan kemampuan bersosial yang seperti itu. Karena gadis itu tidak mengalami proses belajar yang tepat dalam setiap tingkatan perkembangan di dalam hidupnya.

Absennya peran seorang ibu karena istri Shiu telah meninggal bahkan sejak putri mereka belum mengenal sosoknya sama sekali. Dan minusnya peran Ayah sebagai orang tua satu-satunya yang Kaoru miliki, karena Shiu yang Workaholic.

Jadi sangat wajar jika Kaoru menjadi pribadi yang Introvert dengan kemampuan bersosial yang sangat buruk, dan berdampak pada mudahnya gadis itu untuk merasa kesepian bahkan saat berada di tempat-tempat yang ramai.

Mudah merasa bosan namun tidak mampu menemukan cara untuk mengatasi rasa bosannya adalah hal yang biasa Kaoru alami selama ini. Tanpa ia sadari bahwa semua rasa kebingungan tak berujung itu adalah salah satu dari indikasi depresi.

Kaoru sangat senang saat pria itu mengenal Toji, juga ketika semua hal yang ia inginkan dari ayahnya telah berhasil terpenuhi oleh pria itu dengan secara tidak langsung.

Namun semua perasaan itu kini hancur di gantikan oleh rasa traumatis yang mengganggunya. Kaoru bahkan mengabaikan semua usaha yang biasa dilakukan Megumi untuk terus dekat dengan gadis itu, dan menimbulkan tanda tanya besar bagi Megumi.

Karena Megumi telah mengerti jika selama ini Kaoru tidak bisa membalas pendekatan dan perasaannya, tetapi Kaoru bukan seperti gadis narsis yang suka memberinya harapan palsu, yang pada akhirnya akan menunjukkan sikap menyakitkan dari penolakannya, bukan.

Justru Kaoru tetap membalas semua bentuk interaksi yang Megumi mulai, namun dengan batasan yang jelas jika gadis itu hanya mampu menjadi seorang teman baginya, tidak lebih.

Sementara di sudut tempat yang lain, Toji sedang sibuk berkutat dengan laptopnya, pria itu kini sedang duduk di dalam ruang kerja yang berada di rumah pribadinya.

The Sick Man | Toji ZeninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang