Perjalanan yang kami tempuh kurang lebih akan memakan waktu sekitar enam sampai delapan jam, berdasarkan keterangan waktu yang tertera pada GPS. Memang lebih cepat dibandingkan saat kami berangkat dari Jakarta. Itu karena jarak Kota Semarang dari Banyuwangi tidak sejauh jarak antara Jakarta – Banyuwangi.
Sekitar dua jam kemudian, kami sudah memasuki kawasan hutan nasional Baluran. Suasana di sekitar hutan itu terasa berbeda dibandingkan sebelumnya. Aku dapat melihat pohon-pohon yang menjulang tinggi dengan jelas karena cuaca hari itu cukup cerah. Pepohonan di sana masih sangat rindang. Akar dan batangnya sangat besar seolah sudah hidup selama beratus-ratus tahun. Itu yang membuatku merasa seperti sedang berada di negara lain.
Karena kagum akan keindahan pepohonan yang berjajar rapi, mataku tidak dapat lepas melihatnya dari dalam kaca mobil. Hingga tiba-tiba, Papa rem mendadak. Aku, Mama, dan Bayu otomatis kaget dan berteriak. Papa membunyikan klakson panjang sembari berusaha keras memelankan laju mobil. Akhirnya, mobil pun berhenti.
"Hah! Yang benar saja! Berhenti mendadak begini. Bisa bawa mobil, nggak, sih?" marah Papa yang terus membunyikan klakson beberapa kali. Untungnya, tidak ada mobil di belakang dan juga tidak menyenggol mobil lain di depan.
Mama memegang tangan Papa dan menariknya dari setir kemudi. "Sudahlah, mungkin ada kecelakaan di depan. Yang penting, kamu berhenti tepat waktu," kata Mama yang berusaha menenangkan Papa.
Aku dan Bayu bertanya-tanya kenapa mobil di depan berhenti mendadak seperti itu. Kami berdua berusaha melihat apa penyebabnya dari dalam mobil. Tetapi, tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi. Karena masih penasaran, aku membuka kaca jendela mobil, menengadah ke depan dan berusaha melihat sejauh yang kubisa. Namun, jalan yang menanjak, mobil-mobil lain, dan beberapa kendaraan besar yang mengantri di depan menghalangi pandanganku untuk mengetahui penyebab kemacetan tersebut.
Jalur Baluran merupakan jalur utara satu-satunya menuju kota Banyuwangi. Jalur itu memang masih dilewati oleh kendaraan besar. Sudah satu jam lebih, kami terjebak kemacetan di jalur itu. Kedua orangtuaku dan Bayu tampak resah dengan kemacetan parah ini juga.
"Jadi macet parah begini, sih?" keluh Papa. Matanya sesekali melirik pada jam kecil di dashboard mobil. "Bisa tengah malam sampai Semarang kalau begini!"
"Ya sudah, sabar saja. Kalau tidak sempat sampai Semarang, kita istirahat di SPBU aja. Terus langsung pulang ke Jakarta." sahut Mama mencoba menenangkannya lagi. "Lagipula, nggak ada jalan lain selain jalur ini, Pa."
Kejengkelan mereka dibuat semakin menjadi-jadi ketika Bayu mengeluh lapar. Ia memiliki penyakit lambung yang cukup akut. Jika terlambat mengisi perutnya, penyakit itu bisa kambuh sewaktu-waktu. Itu akan sangat merepotkan mereka karena harus mengurus dua orang anaknya yang sakit di tengah perjalanan ini.
Sementara, aku yang mulai bosan di dalam mobil memutuskan untuk mendengarkan lagu di ponsel dengan earphone. Setidaknya, itu sedikit hiburan yang bisa kulakukan saat itu. Sambil menikmati alunan musik santai, aku memandang keluar jendela mobil. Mataku tidak berhenti menatap pepohonan yang berbaris di kiri dan kanan jalur itu, lalu menengadah ke atas langit. Warna biru cerah dengan sedikit goresan awan-awan putih sedikit membantu menghibur kejenuhanku di dalam mobil.
Saat sedang asyik mendengar lagu favoritku, tiba-tiba lagu itu terputus. Aku mengerutkan dahi dan segera memeriksa sinyal internet, sebab untuk memutar lagunya memang butuh jaringan internet. Bar sinyal jaringan internet dan jumlah kuotanya masih banyak. Kecepatan aksesnya juga cukup stabil. Tidak ada tanda-tanda atau pemberitahuan internet terputus karena gangguan sinyal atau semacamnya. Namun, musik tetap tidak bisa diputar.
Aku menoleh ke samping dan melihat Bayu masih sibuk dengan ponselnya sendiri. Ia membuka browser internet dan beberapa sosial media. Lalu, aku menoleh ke depan dan melihat Mama juga sedang sibuk membalas pesan Whatsapp dari teman-temannya. Itu berarti di daerah ini masih terdapat sinyal internet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banyuwangi
KorkuJudul: Banyuwangi QRCBN: 62-782-3021-039 Sinopsis: Sosok itu terus muncul di hadapanku. Menerorku untuk meminta roh dan jiwaku. Buku ini termuat kisahku. Kisah pengalaman mencekam saat aku berkunjung ke Banyuwangi pertama kali bersama keluargaku unt...