Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya kami sampai juga di rest area Ungaran, dekat Kota Semarang, yang menjadi tujuan pertama kami. Saat turun dari mobil, seluruh tubuhku terasa pegal dan kepalaku terhuyung. Benar-benar tidak nyaman. Padahal, seharusnya aku sudah terbiasa dengan perjalanan jauh seperti ini.
Di rest area, aku membeli sekotak susu berkuruan kecil di mini market untuk sarapan pagi tambahan menjelang siang saat itu. Sedangkan, orangtuaku, dan Bayu pergi ke kafe Starbukcs untuk membeli kopi. Ia memang berniat mentraktir mereka dan aku sebuah minuman. Itulah alasan kami mampir ke rest area ini. Aku pun menyusul mereka ke kafe yang letaknya tidak jauh dari tempat parkir mobil.
"Nah, itu Kakak! Kak, mau beli kopi atau cokelat?" seru Bayu yang melihatku menaiki tangga. Aku tak langsung menjawabnya sampai duduk di kursi.
"Hmm... Kakak cokelat saja, Yu. Cokelat yang dulu pernah beli. Kakak lupa namanya," jawabku. Bayu tampak mencoba mengingat varian minuman cokelat mana yang kumaksud.
"Oh, minuman cokelat yang ada mint-nya itu, ya, Kak?" tanyanya memastikan.
"Iya, kalau nggak salah. Tapi kalau ragu salah atau nggak ada, pokoknya Kakak yang cokelat, ya," jelasku. Bayu pun segera masuk ke dalam kafe tanpa ragu. Ia memesan minuman untuk Papa juga yang dari tadi agak bingung memilih di konter kasir. Namun ujung-ujungnya, Papa juga memilih minuman yang sama denganku.
Kami menghabiskan beberapa menit di kafe itu sambil menikmati pemandangan gunung Ungaran yang menjulang tinggi di seberang rest area tersebut. Lokasi itu sudah menjadi tempat pemberhentian yang seolah wajib kami kunjungi saat berpergian ke luar kota seperti ini. Setelah menghabiskan kopi dan cokelat, kami pun bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju Surabaya.
Perjalanan menuju kota tersebut memakan waktu hampir delapan jam sejak kami berangkat dari Ungaran tadi pagi. Kami harus melewati jalan tol yang sangat panjang, melelahkan dan membosankan. Tiga jam sekali, Papa harus mengistirahatkan mesin mobil di rest area terdekat. Kami juga harus mengistirahatkan tubuh yang kaku karena hanya duduk di dalam mobil selama berjam-jam. Meskipun di sepanjang perjalanan disuguhkan oleh pemandangan dari berbagai gunung di pulau Jawa, namun tetap perjalanan ini yang sangat melelahkan dari yang kukira.
Hari sudah sore ketika akhirnya kami sampai di kota Surabaya. Aku tidak sabar ingin berbaring di atas tempat tidur hotel, membaringkan tubuhku yang sangat kaku selama berjam-jam duduk di kursi mobil, sebelum melanjutkan perjalanan lagi esok hari. Papa memelankan laju mobil saat kami sudah memasuki jalan raya perkotaan. Mungkin sedang mencari alamat hotel yang akan kami sewa. Karena penasaran, aku pun bertanya pada Mama apa nama dan dimana alamat hotelnya. Tempat kami menginap malam ini.
"Ma, kita menginap di hotel apa?" tanyaku. Mama terdiam sesaat dan sedikit tertegun.
"Oh, iya. Belum pesan hotel, ya!" ucapnya. Ia langsung menatap layar ponselnya dan mulai mencari-cari hotel untuk bermalam secara daring.
"Lho, memangnya dari rumah belum pesan?" tanyaku heran.
"Belum, soalnya Mama kira kita akan sampai sini tengah malam," jawabnya.
Aku lantas mengeluh dan protes padanya. Pemikiran pesimis muncul bahwa ada kemungkinan kami tidak akan mendapatkan hotel dan terpaksa harus bermalam di SPBU sampai pagi. Dalam hati, aku sangat jengkel dengan semua ini. Tidak biasanya, Mama lupa memesan hotel dari jauh-jauh hari, padahal perjalanan ini selalu dirundingkan matang-matang. Sembari masih mencari hotel, kami berkeliling kota Surabaya dari tengah hingga ke pinggiran kota.
Sejujurnya, kota Surabaya tidak seperti perkiraanku. Kotanya tidak seperti Jakarta atau Yogyakarta. Bahkan, berbeda jauh dengan yang orang-orang sebut sebagai kota metropolis. Kota itu tampak sangat tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banyuwangi
TerrorJudul: Banyuwangi QRCBN: 62-782-3021-039 Sinopsis: Sosok itu terus muncul di hadapanku. Menerorku untuk meminta roh dan jiwaku. Buku ini termuat kisahku. Kisah pengalaman mencekam saat aku berkunjung ke Banyuwangi pertama kali bersama keluargaku unt...