Sepi.
Begitulah suasana di sekitar saat aku berada di teras rumah. Hari tampak sudah sangat larut malam. Udara juga terasa dingin dan menusuk kulit. Kabut-kabut tipis mulai muncul menyelimuti sekitar. Suara jangrik sangat ramai bersahutan satu sama lain. "Sepi banget, ya?" tanyaku dalam hati.
Langkah demi langkah, kupijakkan kaki dari teras rumah menuju halaman belakang. Dari tempatku, aku melihat ada satu lampu penerangan di halaman itu. Tepat di bawahnya, ada dua buah tenda yang sudah terpasang.
Lantas, aku segera menuju ke sana. Dua buah tenda warna hijau dan kuning sudah berdiri rapi di dekat batas perkebunan Oma. Tetapi, aku tidak melihat siapa pun. Kurasa, aku terlambat membantu sepupuku mendirikan tenda.
Gedung gereja juga tampak kosong. Itu aneh. Seharusnya, orangtuaku dan tante-tanteku yang lain sedang mendekor di sana, 'kan? Tapi, dimana mereka?
Sebagian halaman belakang juga tampak gelap. Kabut tipis membuat suasana sekitarku lebih mencekam daripada sewaktu aku masih di teras ruamh. Tiba-tiba, dua ekor anjing menghampiriku. Aku mengelus bulu-bulu halus mereka, tanda sapa kepadanya. Mereka tampak senang. Lidahnya menjulur panjang keluar dan ekornya berkibas-kibas. Namun, tiba-tiba anjing itu terdiam. Mata mereka menatap tajam ke arah kebun dan dua pasang telinganya naik seolah mendengar sesuatu yang tak bisa kudengar. Lalu, mereka berlari terburu-buru menjauh dariku.
"Aneh," kataku dalam hati. Aku menoleh ke arah kebun. Tetapi, tidak bisa melihat apa pun karena terlalu gelap. Aku masih menatapnya dan hampir seperti tidak bisa melepas pandanganku dari sisi gelap kebun itu untuk beberapa saat. Seketika, muncul perasaan aneh seperti ada yang mengawasiku dari kebun itu.
Aku terus menatapnya. Pikiranku mulai membayangkan sebuah bayangan hitam bergerak dari salah satu pohon di kebun itu. Tiba-tiba, seseorang menepuk pundakku dari belakang, membuatku kaget.
"Mas, aja ngalamun ing wayah wengi iki. Banjur ana setan." Yang artinya, "Mas, jangan melamun malam-malam begini. Nanti kesambet setan," peringat dari seorang wanita separuh baya dengan bahasa Jawa.
Rambutnya berkonde dan memakai perhiasan rambut di kepalanya. Ia memakai baju Kebaya hijau layaknya seorang penari Jawa. Senyumnya menyeringai lebar, tetapi membuatku merinding. Langkahnya sangat anggun saat menuruni tangga pendek menuju ke kebun.
Tiba-tiba, aku tak melihat wujudnya lagi, bagaikan hilang bersama hembusan angin malam. Sekujur tubuhku gemetar saat melihat itu semua dengan kedua mata kepalaku. Tanpa pikir panjang, aku lantas lari terpelanting kembali ke dalam rumah.
Bayu melihatku terengah-engah saat aku sampai di dalam rumah. Ia terheran. "Kakak," panggilnya. "Kakak kenapa? Kayak habis lihat setan." Aku melotot padanya, lalu duduk di sofa dan berusaha mengatur napasku.
"Emang habis lihat setan!" ketusku kepadanya.
"Hah? Dimana, Kak?" tanya Bayu. "Jangan bercanda, dong!" Ia tampak tersontak kaget saat mendengar ucapanku. "Buat apa juga Kakak bercanda! Kakak betul-betul lihat setan tadi di halaman belakang!" jelasku. "Kakak sempat melamun tadi. Lalu, ada ibu-ibu pakai baju kebaya hijau nepuk pundak. Si ibu-ibu itu peringatkan jangan melamun, nanti kesambet setan. Tapi, pakai bahasa Jawa. Seharusnya, di sana nggak ada siapa-siapa. Sudah Kakak periksa. Bocah-bocah juga sudah selesai buat tendanya juga. Nah, terus siapa si ibu-ibu itu?"
"Ah! Mungkin itu hanya khayalan Kakak saja," jawab Bayu menyangkal. "Ini rumah Oma, Kak. Mana mungkin ada hantu di sini. Sebelah rumah ini juga 'kan Gereja."
"Tapi coba kamu pikir, Yu. Sedang apa ibu-ibu itu pakai baju kebaya malam-malam begini di halaman belakang?" tanyaku. "Lalu, lebih anehnya lagi si Ibu itu jalan ke kebun dan hilang gitu aja," tambahku kemudian. Ia mulai tampak tak tenang saat aku sedang menjelaskan apa yang baru saja kualami tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banyuwangi
TerrorJudul: Banyuwangi QRCBN: 62-782-3021-039 Sinopsis: Sosok itu terus muncul di hadapanku. Menerorku untuk meminta roh dan jiwaku. Buku ini termuat kisahku. Kisah pengalaman mencekam saat aku berkunjung ke Banyuwangi pertama kali bersama keluargaku unt...