Chapter 1 - Bertemu Kembali

98 15 9
                                    

Sebuah café, pukul 17.30 waktu setempat...

Rani menenggak es tehnya hingga habis. Wajahnya tampak kesal. Beberapa saat yang lalu, ibunya menelfon dan menyuruhnya untuk segera pulang. Hal yang membuatnya agak kesal adalah alasan yang diberikan oleh ibunya, 'ayah sebentar lagi pulang'.

Ia mulai membereskan alat tulis dan bukunya sambil menggerutu, padahal ayahnya sedang tidak dinas luar kota sekarang. Apalagi tadi pagi mereka sempat sarapan bersama, bahkan kemarin tidak ada yang protes saat ia pulang jam tujuh malam meskipun ayahnya berada di rumah. Ia benar-benar tak habis pikir.

Setelah memasukkan semua barangnya ke dalam tas, Rani meraih jaket di samping tempat duduknya dan mengenakannya. Sekali lagi ia memastikan tidak ada barangnya yang tertinggal di meja sebelum akhirnya beranjak dari kursinya.

Seorang pria berusia sekitar pertengahan tiga puluhan, berperawakan tinggi, sedikit berotot dan memiliki kulit yang sedikit cokelat berjalan mengikuti Rani menuju pintu café. Pria itu mengenakan celana denim, kaos polos warna hitam dan jaket abu-abu, rambutnya pendek bergaya short neat yang disisir ke samping. Ia membantu membukakan pintu untuk Rani. Mereka berdua berjalan menuju motor PCX warna hitam yang terparkir di depan café.

"Om Agung juga ditelfon sama ibu?" tanya Rani pada pria yang dipanggilnya Agung itu.

"Iya," balas Agung singkat sambil memakai helm-nya.

"Alasannya gak mungkin cuma gara-gara ayah pulang ke rumah, kan?" Rani melipat tangannya di depan dada, memandang Agung dengan penuh selidik.

"Sudah, kita segera pulang saja. Tuan pasti sudah menunggu," kata Agung, lalu memberikan helm warna merah pada gadis enam belas tahun tersebut.

Lima menit kemudian, motor yang dikendarai Agung sudah melaju menyusuri jalanan ibukota. Perjalanan menuju rumah menempuh waktu kurang lebih dua puluh lima menit. Agung mengendarai motornya dengan santai. Untunglah jalan yang dilalui tidak terlalu ramai kendaraan.

Setelah melewati jalan utama, Agung berbelok ke area perumahan elit yang ditandai dengan pintu gerbang besar bergaya minimalis modern. Lampu-lampu yang menghiasi di sepanjang jalan memasuki area perumahan seperti membawa mereka memasuki kota lain.

Area perumahan elit ini begitu luas dan terdiri dari beberapa cluster. Terdapat berbagai fasilitas yang tersebar di setiap cluster, mulai dari club house, lapangan tenis, sekolah, taman hijau, pusat olah raga dan masih banyak lagi. Rumah-rumah di setiap cluster-nya pun tergolong besar dengan halaman yang luas. Penghuninya rata-rata adalah selebritis, politisi, pejabat hingga pengusaha besar. Akses masuk dan keamanannya pun dijaga super ketat.

Motor Agung masih melaju di jalan utama perumahan yang cukup lebar dengan taman kecil di tengahnya. Terdapat pohon dan berbagai tanaman yang menghiasi, terasa asri dan teduh jika di siang hari. Motor pun berbelok melewati beberapa cluster, taman serta fasilitas umum lainnya.

Akhirnya motor Agung pun berbelok memasuki sebuah kawasan eksklusif yang berada di tengah area perumahan. Kawasan ini seperti townhouse yang hanya terdiri dari beberapa rumah saja. Rumah-rumah di kawasan ini terlihat lebih mewah dari kawasan lainnya. Mereka juga harus melewati gerbang dengan pos keamanan sebelum memasukinya.

Rumah yang mereka tuju memiliki pagar tinggi yang mengelilinginya. Bangunannya bergaya classic modern yang didominasi warna putih. Halaman depannya sangat luas dengan pos keamanan, carport yang bisa menampung sekitar lima hingga enam mobil serta taman depan yang ditata sederhana namun indah. Selain itu juga terdapat garasi besar dan beberapa bangunan kecil yang terpisah dari bangunan utama. Agung membawa motornya memutari taman depan dan berhenti di depan beranda bangunan utama.

Khirani (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang