Chapter 7 - Memori Itu Muncul Lagi

12 3 2
                                    

Happy reading :)

.

.

Langit Ibukota telah berubah lembayung ketika mobil SUV Audi yang ditumpangi Indra keluar dari pelataran Gedung JW Tower. Jalanan cukup padat dengan kendaraan di jam pulang kantor ini.

"Kita langsung pulang, tuan?" tanya Arvin, driver pribadi Indra yang sekaligus merangkap sebagai asisten.

"Kalau bisa, mampir ke café-nya Dani dulu mas," balas Indra yang duduk di jok belakang.

"Baik, tuan,"

Mobil pun bergerak lamban. Indra pun memejamkan matanya sambil bersandar ke kursi mobil. Ia merasa begitu lelah. Lagi-lagi pekerjaannya hari ini menyita seluruh energinya. Untunglah ia bisa menyelesaikannya tepat waktu, ia malas kalau masih harus bekerja di akhir pekan.

"Macet banget ya, mas?" tanya Indra yang merasakan mobilnya bergerak begitu lambat.

"Iya, tuan. Kita keluar gedung tepat saat jam pulang kantor, apalagi besok sudah akhir pekan. Saya akan cari jalan lain. Tuan istirahat saja, kalau sudah sampai nanti saya bangunkan," balas Arvin.

"Baiklah," kata Indra, lalu kembali memejamkan matanya.

Satu jam kemudian, sampailah mobil yang ditumpangi Indra di depan sebuah café bergaya industrial. Bangunannya besar dengan tiga lantai, terdapat area outdoor dan indoor. Lahan parkirnya juga cukup luas untuk menampung kendaraan pengunjung. Setelah memarkirkan mobil, Arvin pun membangunkan Indra yang terlelap di jok belakang.

"Kita sudah sampai, tuan," kata Arvin.

Indra yang baru bangun mulai mengedarkan pandangannya, berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya. "Oh, sudah sampai rupanya," gumam Indra, lalu mulai membenahi pakaiannya. "Mas Arvin, mau ikut turun?" ajak Indra.

"Tidak usah tuan, saya menunggu di sini saja."

"Kalau gitu, mas mau minum apa?"

"Seperti biasanya saja, tuan."

"Baiklah, aku turun dulu kalau gitu. Aku gak lama, mas," Indra membuka pintu mobil dan bergegas memasuki café.

Indra berjalan menuju bangunan café yang masih cukup lengang. Hanya ada beberapa pengunjung saja yang dine-in. Walaupun kelihatannya masih sepi, tapi ia harus mengantre untuk dapat memesan. Ada sekitar tiga orang yang berdiri di depannya. Sambil menunggu, sesekali Indra mengecek notifikasi di handphone-nya dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru café.

Pandangan Indra kemudian tertuju ke area samping. Lebih tepatnya di area outdoor dekat dengan taman yang terlihat dari dalam melalui dinding kaca samping. Dari lima meja yang ada di area outdoor, hanya dua meja saja yang terisi. Ia mengenali semua orang yang menempati kedua meja tersebut. Di meja pertama, terdapat seorang pria dan wanita yang usianya tak terpaut jauh dengannya. Sedangkan di meja berikutnya, terdapat tiga gadis remaja yang sedang berbincang dengan riang. Dari ketiga gadis itu, ada satu yang menyita perhatiannya. Gadis yang mengenakan jaket hoodie warna navy dengan rambut yang diikat ekor kuda.

'Di sini rupanya kamu, dek,' batin Indra sambil tersenyum tipis.

Gadis itu tak lain adalah Rani, yang tengah berbincang hangat dengan Fara dan juga Dina. Sedangkan di meja sebelahnya terdapat Agung dan seorang wanita yang dapat dipastikan adalah pengawas Fara. Ayah Fara merupakan pengacara sekaligus pemilik salah satu kantor hukum terbesar di Indonesia. Tak ayal, kemanapun Fara pergi akan ada satu atau dua orang yang mengawalnya.

Rani terlihat begitu bahagia dengan senyum dan tawa yang terus menghiasi wajah cantiknya. Gadis itu terlihat begitu menikmati perbincangannya dengan teman dan sepupunya.

Khirani (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang