Bagian 4

60 9 3
                                    

Athalla bersungut-sungut karena hari yang ia tunggu-tunggu tidak berjalan sesuai harapannya. "Kita jadi batal jalan-jalan karena hari ini harus kerja kelompok."

"Mau bagaimana lagi? Tugas tidak ada habisnya, padahal sudah dicicil dari kemarin." Naya menoleh pada laki-laki yang berdiri di belakangnya itu.

"Omong-omong, kamu pernah ke rumah Fathan sebelumnya? Rumahnya dekat dengan sekolah, ya?"

"Pernah beberapa kali untuk mengerjakan tugas kelompok. Iya, memang lumayan dekat."

"Pantas saja dia sering datang mepet bel masuk. Kalian sering satu kelompok?"

"Begitulah. Karena cuma kami dan beberapa anak yang tersisa. Anak-anak lain biasanya sudah punya kelompok tetap. Kasarnya kami ini kelompok buangan." Naya tertawa pelan. "Aku jadi penasaran kenapa kamu mau satu kelompok denganku? Sepertinya banyak yang mengajakmu masuk kelompok mereka."

"Aku kasihan melihat kalian tidak punya kelompok."

Mata Naya membelalak, tidak menduga Athalla akan mengeluarkan jawaban itu, sementara Athalla hanya tertawa-tawa melihat ekspresi Naya yang berbuah sikutan pelan dari gadis itu.

"Maaf, maaf, aku cuma bercanda. Aku takut canggung karena belum terbiasa dengan mereka. Lagi pula, kamu dan Fathan kelihatannya pintar. Lumayan kan kalau aku dapat nilai bagus karena kalian."

Sesampainya mereka, Fathan langsung mempersilakan mereka masuk. Di meja ruang tamu tersebut sudah terdapat camilan dan minuman kaleng. "Maaf sedikit berantakan. Di ruang tamu saja, ya? Kamarku sempit," ujarnya sambil terkekeh.

"Kalau yang seperti ini disebut berantakan, maka kamarku sudah layak disebut kapal pecah. Kamu sendirian di rumah?"

"Iya. Ibuku sedang pergi ke suatu tempat. Maaf yaa aku hanya bisa menyuguhkan makanan ringan seperti ini."

"Justru kami yang seharusnya minta maaf karena merepotkan." Naya mengecek ponselnya.

Fathan yang tidak sengaja melihat wallpaper ponsel Naya seketika terkesiap. "Itu dari komik Being Her, ya?! Kamu membacanya?!"

"Iyaa. Seru sekali, kan?!" Naya bersemangat karena bertemu orang yang juga menyukai komik favoritnya.

"Wah, aku sampai membuat akun perkumpulan penggemar komik Being Her di Twitter. Kamu sudah mengikutinya?"

"Ah, aku tidak tahu kalau ada akun seperti itu. Apa nama akunnya?" Naya membuka Twitter-nya, hendak mencari akun yang dimaksud Fathan.

Fathan dengan senang hati menunjukkan nama akun tersebut pada Naya. Mereka saling mengikuti sekarang.

"Astaga, ternyata banyak juga penggemar Being Her. Aku pikir komik itu kurang populer karena jarang ada yang membicarakannya."

Fathan tertawa kecil melihat reaksi Naya. "Memang penggemarnya lebih banyak berkumpul di Twitter. Kamu sudah membaca karya lain kreatornya?"

"Sudah, tapi sepertinya masih banyak yang belum aku baca. Kamu punya saran karyanya yang harus aku baca?"

"Tentu! Selain Being Her, kamu harus baca–"

"Hei, tidak bisakah fan gathering ini ditunda sebentar? Tugas kita menunggu untuk dikerjakan." Athalla yang sejak tadi memperhatikan percakapan dua orang penggemar itu mulai tidak sabar.

Fathan tergelak mendengar sindiran Athalla. "Maaf, maaf. Aku terlalu bersemangat karena bertemu orang yang satu fandom denganku."

Selama bekerja kelompok, mereka sesekali tetap membicarakan tentang komik. Athalla hanya menyimak pembicaraan kedua orang itu. Menurutnya lucu melihat dua orang yang sebelumnya tidak akrab itu kini mengobrol dengan bersemangat.

When the Starlight Has Come (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang