Pria itu meregangkan tubuhnya yang lelah karena duduk lama di pesawat. Ia mengembuskan napas malas ketika membayangkan harus duduk beberapa saat lagi di bus. Namun, ia menahan semua rasa lelahnya demi memberikan kejutan kepada orang-orang yang ia sayangi. Senyum di wajahnya mengembang membayangkan reaksi gadis itu ketika melihatnya berdiri di depan pintu rumahnya.
Rasa rindunya mungkin sudah terlalu besar sampai ia bisa merasakan gadis itu di mana-mana. Ia bahkan melihat bayangan mereka bercanda sesaat setelah memasuki bus. Meskipun mengatakan untuk tidak menunggunya, tapi jauh dalam hati, ia berharap gadis itu menunggunya.
Ia ingin memejamkan matanya sejenak, tapi seorang anak terus berisik. Kelihatannya ia melakukan itu karena keinginannya tidak dituruti. Anak itu berlari-lari saat turun dari bus, diikuti orang tuanya yang terus meminta maaf karena anak itu menyenggol beberapa orang.
Athalla terpaku saat melihat seseorang yang earphone-nya jatuh karena tersenggol anak itu. Bergegas ia mengambilkan earphone itu. Kembang api meledak dalam dadanya saat mata mereka bertatapan. Sosok yang sangat ia rindukan kini berada di hadapannya. Banyak hal yang ingin ia katakan pada gadis itu. Akan tetapi, yang keluar hanya satu kalimat sapaan.
"Apa kabar, Naya?"
....
Naya mencubit pipi Athalla yang senyam-senyum sendiri sejak tadi. Keduanya sedang berjalan-jalan di taman bunga selagi Athalla sedang pulang ke Indonesia. "Hayo, kamu memikirkan apa?"
Lelaki itu tertawa melihat sikap cemburu Naya. Ia melepaskan tangan Naya dari pipinya, lalu menggenggamnya. "Kejadian sepuluh tahun lalu waktu kita tidak sengaja ketemu di halte itu lucu sekali, ya?"
"Ya ampun, kamu masih ingat?"
"Ya iya! Mana pernah aku lupa momen-momen kita. Jangan-jangan, kamu sudah lupa, ya? Jahatnya...."
"Bercanda! Aku juga ingat, kok! Mana mungkin aku lupa pertemuan pertama kita setelah bertahun-tahun. Aku sampai terlambat ke pernikahan temanku."
Athalla tersenyum mendengar jawaban Naya. Ia mempersiapkan hatinya untuk menjalankan rencana utamanya datang ke sini. Tangannya merogoh kantung celana berusaha menggapai sesuatu. "Menurutmu, gimana kalau kita nikah, Nay?"
Si gadis terdiam menatap lelaki itu dengan mata membelalak dan bibir terbuka kecil. Jantungnya berdetak lebih cepat karena perkataan Athalla. Ia menyisipkan rambutnya ke belakang telinga untuk mengalihkan rasa gugupnya. "Memangnya kamu tidak masalah menikah denganku? Kamu bisa dapat yang lebih baik, loh."
Pria itu menggenggam tangan gadisnya seraya berlutut. Tangannya yang lain mengeluarkan kotak cincin yang sejak tadi ia tahan-tahan untuk keluarkan. "Menurutku, tidak ada yang lebih baik daripada kamu, Nayanika. Bertahun-tahun, selama kita jauh, aku tetap memikirkan kamu. Saat melihat bunga sakura, aku teringat kamu yang suka warna pink. Saat cuaca sedang cerah, aku rasanya ingin berjalan-jalan dengan kamu. Ketika berhasil membuat makanan enak, aku ingin kamu mencicipinya. Nayanika Adara, kamu mau menjadi temanku sampai akhir hayat kita? Memakai cincin yang berpasangan denganku dan menjadi istriku?"
Orang yang dilamar matanya mulai berkaca-kaca karena tidak menyangka akan dilamar hari itu. Akhirnya ia tersenyum, lalu memeluk si lelaki. "Aku mau. Aku mau pakai cincin pasangan denganmu. Aku mau menjadi teman baikmu seumur hidup."
Athalla membalas pelukan gadis itu seerat mungkin beriringan dengan air mata yang perlahan menuruni sudut matanya. Sedikit gemetar ia memasangkan cincin itu ke jari manis Naya. Lelaki itu tidak percaya Naya akhirnya memakai cincin yang ia beli khusus untuk si gadis.
....
Mita menggerutu karena gaunnya sobek tercantel paku. Tidak mungkin ia pulang lagi, padahal sudah sampai di acara pernikahan Naya dan Athalla.
"Mita? Aku kira cuma aku yang diundang."
"Enak saja! Kami kan jadi teman kerja sekarang." Perempuan itu sibuk menutupi roknya yang berlubang saat menjawab pertanyaan Fathan. Sadar akan hal tersebut, Fathan melepas jaketnya untuk diikat di pinggang Mita dengan tujuan menutupi kebolongan roknya.
Inisiatif lelaki itu membuat Mita tergagap ketika mengucapkan terima kasih. Fathan menjawabnya dengan anggukan sambil tersenyum tipis.
"Aku ke Athalla dulu, ya. Sampai jumpa nanti!" Lelaki itu melambaikan tangannya santai pada Mita yang jantungnya masih berdegup lebih kencang dari biasanya.
Setelah matahari tenggelam sepenuhnya, lampu-lampu dinyalakan untuk menerangi taman yang gelap. Hiasan bunga dan dekor berwarna putih yang dipadukan pink muda terlihat bersinar di taman itu. Tamu-tamu undangan mulai mengisi tempat duduk yang sudah disediakan. Fathan yang tadinya berbincang dengan Athalla kini duduk di samping Mita.
Lagu Beautiful in White diputar bersamaan dengan masuknya Naya ke dalam ruangan. Gadis itu terlihat cantik seperti biasanya. Ketika orang-orang mengatakan Naya cantik mengenakan gaun itu, Athalla justru merasa gaun itu jadi cantik karena Naya yang menggunakannya. Air mata yang menggenang akhirnya menetes karena haru dan bahagia memenuhi dada si pria.
Keharuan juga terlihat di mata orang-orang yang menyaksikan dua orang itu tumbuh. Ayah Naya memeluk putrinya lama sebelum mengantarkannya ke samping si calon suami. Pria itu tidak menyangka putrinya benar-benar sudah tumbuh dewasa. Bude mengelap air matanya berkali-kali. Anak-anak yang dulu ia kenal kini akan membangun keluarga sendiri. Bagas bahagia anaknya sudah menemukan teman hidupnya. Ia berharap Gistara hadir di antara mereka dan menyaksikan langsung saat-saat ini.
Malam itu langit sangat bersahabat. Ia menghiasi dirinya dengan bintang. Bintang-bintang yang dulunya pergi mungkin juga datang untuk menyaksikan orang tersayangnya mengikat janji.
Naya dan Athalla tahu kalau pernikahan bukanlah akhir perjalanan mereka. Masih panjang perjalanan yang harus mereka lalui bersama. Mungkin juga akan banyak masalah yang menimpa tanpa aba-aba. Akan tetapi, mereka harap dengan penyatuan ini, mereka tidak akan terpisah lagi. Keduanya yakin sebesar apa pun masalah yang akan datang, mereka bisa menghadapinya bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
When the Starlight Has Come (Revisi)
Roman d'amourUsaha seorang gadis mencari pembunuh sahabatnya dengan bantuan anak baru.