Chapter 10

26 7 2
                                    

~•~

Apaan lagi nih?. Batin gue yang mulai merasa tertekan.

"Hahaha iya tante". Gue tersenyum canggung, mencubit perut mama gue untuk meminta penjelasan. Tak selang beberapa langkah terlihat 2 orang pria menghampiri meja kami.

Gue menyipitkan mata gue karna tak yakin apa yang gue lihat itu benar atau tidak.

"Hai". Sapa cwo tersebut yang membuat gue yakin seyakin-yakinnya klo itu dia, ya siapa lagi klo bukan Angga.

"Ngapain lu kesini anjrit?". Bisik gue meminta penjelasan. Cwo itu tak menggubris gue.

"Lho kenapa pada berdiri? Ayo duduk-duduk". Ucap bunda gue mempersilahkan untuk duduk.

"Oh iya, ya ampun.. saking terpukau nya sama kecantikannya Tessa sampe lupa buat duduk". Puji Tante itu berlebihan yang membuat gue membeku malu.

"Maa... Tessa canggung sampe keringet dingin tuhh". Ucap Angga pada mamanya.

"Hahaha maafin Tante ya Tessa.. Tante udah lama ngga ketemu kamu, sekalinya ketemu kamu udah segede ini, cantik pula". Ucapnya.

"Haha, ngga Tante, ngga papa kok". Ucap gue canggung sambil berusaha menampilkan senyuman terbaik gue.

Bunda gue dan Tante yang mungkin mamanya Angga itu bercerita banyak hal layaknya sahabat mulai dari kegiatan sehari-hari, makan sehari-hari, ghibah bahkan aib anak sendiri pun sampai mereka bongkar, ngga habis pikir gue, ada aja gitu bahan yang bisa mereka obrolin. Sedangkan para bapak-bapak, yaa kayaknya ngga perlu gue kasih tau, kalian tau apa yang mereka obrolin kan? Yaa apa lagi klo bukan tentang bisnis? Bahkan Angga pun ikut nimbrung obrolan mereka, dan gue? Gue cuma bisa mengaduk-aduk soup yang telah ada dihadapan gue dan sesekali menampilkan senyuman ketika ada yang bertanya ke gue. Sumpah gue pengen pergi dari situasi ini (⁠〒⁠﹏⁠〒⁠).

Tanpa Tessa sadari, Angga terus memperhatikan Tessa yang sedang melamun sambil mengaduk-aduk soup nya itu ke kanan kiri.

"Ma, pa, om, tante.. saya ijin bawa Tessa nya keluar ya?". Ucap Angga tiba-tiba yang membuat Tessa terkejut.

"Mau kemana emang?". Tanya mama Angga.

"Urusan anak muda itu ra..". Ucap bunda gue sambil menepuk pundak Tante Rasya, mamanya Angga.

"Oh yaudah ngga apa". Ucap Tante tanya mengijinkan.

"Asal jangan pulang kemalaman". Tambah ayah gue.

"Buat cucu juga ngga papa". Papanya Angga menepuk pundak Angga bercanda.

"Hei!! Masih sekolah pa..". Timpal mamanya Angga mencubit perut suaminya itu yang membuat semua tertawa kecuali gue dan Angga. Gilak tuh om-om klo bercanda ngga kira-kira.

Angga pun menarik gue keluar ditengah-tengah keributan itu.

Ngga usah dipikirin.. ngga usah dipikirin. Batin gue malu memikirkan perkataan papanya Angga tadi. Apa Angga ngga malu?. Gue melihat Angga yang sedang berlari dengan tangannya yang menarik tangan gue ini.

Blush!! Pipi gue bertambah merah hanya karena melihat telinga Angga yang juga berwarna merah padam.

"T-tunggu". Ucap gue yang sudah tidak bisa berlari lagi.

"Kenapa?".

"I-itu.. l-lu duluan aja". Ucap gue, gue menyembunyikan kaki kanan gue kebelakang kaki kiri gue. Angga yang melihat gelagat gue yang aneh itu pun melihat ke arah kaki gue. Ia menundukkan badannya.

"Lepasin heels lu". Ucapnya sambil mencoba melepaskan heels yang gue kenakan.

"Gausah". Ucap gue.

"Lepasin sa!". Paksanya yang membuat gue terdiam menurutinya. "Pegangan ke pundak gue biar ngga jatuh". Ujarnya lagi dan lagi-lagi gue hanya bisa menurutinya.

Setelah selesai Angga membawa heels gue lalu membalikkan badannya. "Naik". Ujarnya.

"Apaan sih? Gue masih bisa jalan kali!!". Ucap gue lalu meninggalkan Angga dengan kaki yang tertatih-tatih. Angga yang melihat gue berjalan duluan itu, langsung menggandeng tangan gue untuk membantu gue berjalan.

"Gue cariin plaster dulu". Ucapnya setelah menemukan tempat duduk disekitar restoran.

"Ngga usah, nanti juga baikan". Gue melihat kaki gue yang lecet itu, sesekali meringis saking perihnya. Kenapa bunda nyuruh gue pake heels sihhh, udah tau anaknya klo jalan kakinya miring, nih malah disuruh pake heels tinggi 3 cm.

"Sakit yaa, gue cariin plaster dulu deh". Ucap Angga yang hendak pergi namun gue tarik tangannya. Gilak aja dia mau ninggalin gue sendirian disini, mana malem-malem lagi, klo ada yang nyulik gue gimana? Gue kan anak rebahan yang ngga tau jahatnya dunia.

"Sebentar aja, nanti gue balik lagi". Ucapnya sambil melepaskan tangan gue dengan lembut. Akhirnya gue pun duduk di kursi taman malam-malam sendiri menunggu Angga yang sedang mencari plester untuk gue.

»•«

By. Krvqnby_

Meet You Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang