Chapter 17

4 0 0
                                    

~•~

"Sa!". Panggil Angga berlari menyesuaikan langkahnya dengan Tessa yang berjalan cepat menuju gerbang sekolah itu.

"Sa.. gue beneran minta maaf". Ujar Angga yang masih berusaha, namun tak dihiraukan oleh Tessa. Gadis itu semakin mempercepat langkahnya.

"Tessa!". Panggil seseorang dari dalam mobil begitu Tessa baru saja keluar dari gerbang sekolah.


"Tante!".

"Mama?! Ngapain mama kesini?". Kaget Angga dan Tessa bersamaan.

"Mau jemput Calon Mantu mama lah". Jawab Mamanya. Mata gue terbelalak begitu mendengar "calon mantu" keluar dari mulut mamanya Angga, reflek gue langsung menginjak kaki angga saking terkejutnya.

"Aduhh.. aduh.. ngapain lu nginjak kaki gue sih?". Bisik Angga kesakitan. "Anggep aja ungkapan kasih sayang dari calon istri lu". Ucap gue. "Kenapa mama jemput Tessa?". Tanya Angga mewakilkan gue.

"Lho? Kalian belum tau ya.. klo Tessa hari ini nginep dirumah kita?". Jawabnya yang membuat gue dan Angga semakin kaget. "Udahhh, kebetulan ada kamu, kamu anterin Tessa ambil pakaiannya, yaa.. mama mau belanja bahan buat masakin Tessa dirumah". Ucap mamanya Angga dengan melambaikan tangan lalu pergi meninggalkan kami yang masih membeku.

"Tess, kita blom nikahkan?". Tanya Angga setelah membeku 1 menit lamanya.

"Jangan-jangan mereka udah nyewa penghulu lagi". Ucap gue.

"Haha.. ngga mungkin..". Ucap gue dan Angga barengan dengan canggung dan juga rasa takut.

"Y-yaudah, gue anterin lu kerumah lu dulu". Ujar Angga yang berusaha tenang namun juga takut jika ia akan dipaksa nikah hari ini juga.

"Helm?". Gue mengulurkan tangan gue. Angga yang melihat tangan gue itu pun meraba-raba saku celananya. "Ngga ada". Ucap Angga dengan polosnya. Tolol banget.. dia pikir helm tuh kecil sampe bisa dimasukin saku celananya gitu? Gak habis pikir gue sama jalan pikirnya.

"Mau pake helm gue?". Angga melepaskan helmnya.

"Ngga deh makasih". Gue pun naik ke motor Angga.

"Eh eh.. bilang-bilang anjir". Angga menahan motornya agar tak jatuh karna gue yang langsung naik tanpa bilang-bilang disaat Angga sedang memakai helmnya.

"Sorry..sorry..". Ucap gue. Angga pun menyalakan motornya dan melajukan motornya ke rumah gue.

~•~

"Cuma itu doang yang lu bawa?". Tanya Angga yang melihat gue hanya membawa satu tas.. itupun tas sekolah yang gue bawa tadi.

"Iyaa". Jawab gue. "Gue naik yaa". Kini gue menaiki motornya dengan meminta ijin terlebih dulu. Angga kini melajukan motornya menuju rumahnya.

Sesampainya, Angga memberitahu kamar yang akan gue gunakan untuk sementara waktu itu dan ia menemani gue berkeliling diarea rumahnya yang menurut gue terbilang cukup luas itu.

"Kamar lu yang mana?". Tanya gue pada Angga karna sedari tadi ia tak menunjukkan kamarnya.

"Ngapain lu tanya kamar gue? Mau tidur bareng gue?". Bukannya menjawab Angga malah berbalik bertanya pada gue.

"Dih... Ngga lah, gilak lu? Gue cuma kepo aja sama kamar lu aja, eumm jangan-jangan lu malu yaa karna kamar lu berantakan?". Gue mencoba mengusili laki-laki berkaos hitam itu.

"Mana ada, sini gue tunjukkin kamar gue yang super duper rapi ini". Angga menarik tangan gue menuju kamarnya. "Padahal kamar gue ada didepan kamar lu". Angga membuka pintu kamarnya.

Terlihat ruangan bernuansa hitam didepan mata gue, rapi itulah yang terlintas pertama kali dalam dibenak gue.

"Gimana.. rapikan kamar gue?". Angga menyombongkan dirinya namun ngga gue pedulikan, gue masuk kedalam kamarnya, berjalan sambil melihat-lihat figur yang tertata rapi dalam rak kayu berlapis kaca itu. Setelah puas melihat-lihat koleksinya, gue melangkah ke meja belajar angga, pandangan gue langsung tertuju pada satu foto yang terletak diatas mejanya. Terlihat seorang anak laki-laki bersama anak perempuan yang lucu sedang memakan lolipop.

"Jangan dilihat!". Angga mengambil foto tersebut.

"Ishh liat! Gue blom liat wajah bocil elu!!!". Tessa berusaha mengambil foto itu kembali. "Kamar lu gelap sih jadi gue ngga bisa liat wajah lu yang jelek itu". Ucap Tessa sebal karna tak bisa menggapai foto yang diangkat tinggi-tinggi oleh Angga. Curang banget dia tinggi. Batin Tessa yang merasa tak adil karna berbedaan tinggi badannya dengan Angga.

"Enak aja bilang jelek!, gue cakep gini lu ngga liat?!". Ucap Angga yang tak terima, ia menangkup wajah Tessa dengan satu tangannya untuk menyuruhnya melihat wajahnya yang dibilang jelek tadi, sementara satu tangannya masih terangkat tinggi untuk menyimpan foto masa kecilnya.

"Liat gue sa!!.. apa emang gue jelek dimata lu?". Rengek Angga yang melihat Tessa mengalihkan pandangannya. Akhirnya Tessa pun menatap wajah Angga, dengan jarak yang hanya sekitar 10 cm, ia dapat melihat urat-urat milik Angga, tak ada satu jerawat pun diwajahnya bahkan ia tak melihat pori-pori kecil di wajah calon suaminya itu. Tessa mencoba meneguk air liur nya dengan susah. Ganteng banget. Pikir Tessa.

"N-ngga!!". Tessa melepaskan tangan Angga yang mencakup wajahnya. "Jelek banget!!". Ujar Tessa lagi lalu berlari kesebrang untuk masuk kedalam kamarnya, dan langsung mengunci pintu kamarnya. Sial ganteng banget calon suami gue. Batin Tessa bersandar dibalik pintu kamar. Pipinya memerah seketika mengingat deru-an nafas Angga saat bertatapan tadi.

»•«

By. Krvqnby_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meet You Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang