15

1 0 0
                                    


Senjana mengantar Bunda ke pasar untuk belanja kebutuhan dapur sebulan ke depan. Memang setiap akhir bulan Senjana selalu menemani Bunda untuk belanja. Bahkan jika Bunda lupa, Senjana selalu mengingatkan Bunda untuk ke pasar.

"Bunda ko gak ke pasar, udah akhir bulan tau.." 

Bunda sampai heran pada anak laki-laki semata wayangnya itu. Karena menurut Bunda, anak laki-laki pada umumnya sangat malas untuk ke pasar menemani ibunya. Tetapi Senjana berbeda, ia sangat suka menemani Bunda-nya ke pasar.

"kamu kenapa seneng banget sih ngintilin Bunda ke pasar? Emang gak bosen nunggu Bunda milih-milih bahan masakan?" tanya Bunda yang berjalan mencari tukang ikan

"Eja suka kue pancong. Jadi punya kesempatan buat beli kue pancong sama Bunda hehehe" katanya sambil menyengir

Itulah alasan Senjana yang senang sekali menemani Bunda ke pasar. Selain berbakti pada Bunda-nya, kue pancong menjadi alasan kedua nya untuk menemani Bunda.

"Mas, mau dimasakin apa hari ini?" kata Bunda yang bergegas turun dari mobil.

"Apa aja Bun. Masakan yang Bunda masak pasti Eja suka." Gombalnya di pagi hari

"Hilihh.. pasti ada mau nya kan lo bilang begitu.."

"Hehehehe.. jangan lupa pancong ya Bunn.." kata Senjana sambil tersenyum manis.

"Kayak anak kecil aja.. yaudah yuk turun.."

"Iyaa Bunda sayangg.."

Sudah hampir satu jam Bunda dan Senjana menelusuri pasar untuk membeli bahan-bahan yang ingin dimasak nanti. Senjana tak pernah protes dan mengeluh pada Bunda, karena kalau ia mengeluh pasti kue pancongnya melayang.

Senjana pun suka menawar bahan makanan seperti tempe dan tahu, sayur-sayuran. Kadang ia suka mengingatkan Bunda jikalau ada bahan dapur yang kurang. Menemani Bunda belanja minggu, membuat senjana hafal nama-nama bahan dapur. Bahkan Awan, yang perempuan tidak tahu nama-nama bahan dapur.

Disaat Bunda dan Senjana sedang di tukang daging ayam sedang menunggu ayamnya dipotong, seorang paruh baya menyapa Senjana dengan ramah.

"Senjanaa.." sapaan ibu Senjani dengan ramah membuat Bunda dan Senjana menoleh dan tersenyum.

"Eh ibuu.." sapa Senjana yang sambil salim pada ibu Senjani

"Ini ibunya Jana?" tanya ibu Senjani.

"Eh iyaa, ini kenalin bu, bunda-nya Jana yang paling cantik sedunia.." jawab Senjana yang memuji bundanya

"Sa ae lo ah.." Bunda memukul bahu Senjana. "perkenalkan bu saya bunda-nya Jana.." sapa Bunda dengan ramah

"Saya ibunya Langit bu.. nak Jana sering main ke rumah saya, jadi apal muka sama namanya.."

"Waduhh.. anak saya gak ngacak-ngacak di rumah ibu kan?" canda Bunda yang membuat ibu Senjani tertawa. "yeh si Bunda.." gerutu Senjana

"Ohh enggak bu.. malah anaknya sopan sekalii kalau di rumah.. padahal saya sudah bilang anggap saja rumah sendiri" kata ibu Senjani

"Pencitraan aja itu mah bu.." julid Bunda

"Si Bunda yaa.. anaknya direndahkan muluu.." kata Senjana yang pura-pura sedih

"Ahahaha... ibu sendiri ke pasar?" tanya Bunda

"Emm enggak bu, ada anak saya. Tapi dia lagi kue pancongg.."

"Wah sama, nihh si Eja suka juga sama kue pancong" sahut Bunda

"Langit bu?" tanya Senjana

"Bukan, Jani." jawab ibu Senjani

"Eh iya, ngomong-ngomong.. makasih loh Jana kemarin malem sudah nemenin Senjani pas lagi sedihh.." ucap ibu Senjani

Bunda menatap Senjana dengan tatapan julid. "nemenin Senjani?" tanya Bunda. Senjana hanya pasrah dengan obrolan dua ibu-ibu yang heboh ditengah-tengah pasar. Senjana yakin, pasti seusai dari pasar Bunda akan bertanya-tanya soal Senjani.

"Iyaahh.. Senjani anak saya bu.. namanya hampir sama kayak Senjana.. Cuma beda huruf belakangnya aja.."

"Emang anak saya ngapain bu, sama anak ibu?" tanya Bunda yang semakin penasaran

"Itu kemarin.."

"Bun.. ituu ayam nya udahh..." Senjana memotong pembicaraan ibu Senjani agar Bunda tak terus terusan bertanya.

"Ehh iyaa... Bu, kalau gitu saya pamit duluan ya Bu.. kasian Jani nunggu diluar kelamaan.." kata ibu Senjani.

"Iyaa Buu.. nanti kita ketemu lagi ya bu.." ucap Bunda dengan senyuman manisnya

"Jangan bu.." gumam Senjana

"Duluan ya Bu, Jana.." ibu Senjani menghilang dari hadapan Bunda dan Senjana. Bunda menatap Senjana dengan penuh pertanyaan yang sudah menumpuk.

Usai belanja, Senjana memasukkan belanjaan Bunda kedalam bagasi, lalu mereka pulang. Di perjalanan Bunda bertanya banyak tentang Senjani pada Senjana.

Senjana sudah menduga kalau Bunda-nya akan bertanya-tanya jika berbau-bau dengan perempuan.

"Mas, Senjani siapa? Pacar mas? Apa yang ayah bilang itu, yang malem-malem ngobrol sama mas? Itu siapa nya Langitt? Kakak atau adiknya?" tanya Bunda dengan semangat

"Busetttt, anaknye berasa kayak di intrograsi yee.."

"Mas, Bunda serius nanya ini. Kamu harus jawab jujur dan sekarang"

"Emak gue keknya kalah ama wartawan.." kata Senjana yang menggeleng-geleng kepala

"Massss..."

"Jani itu kakaknya si Agitt, Bunda.." pasrah Senjana yang menceritakan Senjani pada bundanya.

"Ko bisa sama kamu?" Bunda terus mengintrograsi Senjana sampai Senjana menggeleng-geleng kepala

"Kemaren pas Eja mau pulang dari babeh, ketemu Jani di parkiran kayak orang abis nangis. Yaudah Eja bawa jalan-jalan aja. Eja bawa makan ke paslam, eh dia kagak mau pulang. Terus Eja suruh Langit ke rumah buat anterin Jani balik. Soalnya udah malem kesian.." jelasnya

"Emang Jani kenapa? Ko dia nangis? Kamu apain dia mas?" tuduh Bunda yang enggak-enggak

"Buset Bun, Eja aja kenal sama dia baru kemaren. Masa iya Eja bikin anak orag nangis.." protesnya. "ada masalah Bundaa.. biasa lah anak muda, labil" lanjutnya

"Kenapa kamu gak anterin dia balik aja? Biar kamu dijemput Eka? Pasti alesan kan biar Jani tau rumah kamu terus main ke rumah..? bisa aje ni buaya.." ledek Bunda membuat Senjana menghela nafas

"Si Bunda yaa bener-bener.."

"Ya kali ajaa.. eh iya mas, bunda pengen ketemu dia deh, pengen liat mukanya kayak apa. Yang bikin unik, bisa ya namanya sama kaya kamu.. jangan-jangan jodoh lagi.." ucap Bunda sambil menghayal.

"Kaann.. kebiasaan deh. Apa-apa dibilang jodoh deh, jodoh deh.. orang yang bibirnya mirip sama Eja aja dibilang jodoh sama ayah.. bunda sama ayah nih aneh banget dah."

"Yaa kan bunda tuh pengen banget ada satu perempuan yang bikin kamu bahagia.. bikin hari-hari kamu semangat.." kata bunda

"Bunda, Eja di rumah aja udah bahagia. Bangun tidur, turun kebawah ngeliat bunda, mbak Awan, sama Bunga aja udah semangattt.." sahut Senjana

"Ya kan beda mas. Akan ada waktunya kamu bahagia sama perempuan pilihan kamu untuk dimasa depan.."

"Busett berat banget pembicaraannya.."

"Bunda serius loh inii.." kata Bunda dengan wajah seriusnya.

Senjana terdiam, "bunda tuh gak pernah ngelarang anak-anak bunda untuk dekat sama lawan jenis, dari mulai mbak Awan, kamu, Bunga.. Bunda selalu ingetin, boleh deket tapi jangan sampai impian anak-anak Bunda hancur karena cinta. Harus bisa menempatkan diri, saat belajar ya belajar, saat pacaran ya pacaran.." ucap Bunda yang menasehati Senjana

"Iyaa Bunda, mas tau.." jawabnya yang mendengarkan ucapan Bunda

"Jadi, nanti kenalin Jani sama bunda yaa.. kerumah.." ucap Bunda yang tersenyum manis pada Senjana. Senjana hanya memasang wajah kesal, bunda membahas Senjani lagi.

DUA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang