19. Are We Strangers?

833 56 1
                                    


19:32

Nanon menarik lengan Chimon dengan penuh ketegasan, lalu meletakkan setumpuk uang di telapak tangan sahabatnya itu. "Ini uang dari tabunganku. Emang gak banyak, tapi bisa untuk nutup hutangmu sementara."

Chimon menatap uang itu "Tidak, aku bisa cari uang nanti. Kau sudah banyak membantuku, Nanon," katanya, mencoba mendorong pelan tangan Nanon menjauh.

Nanon menatap Chimon dengan mata penuh keteguhan. "Aku mengerti, tapi terima saja uang ini. Ganti saat kau sudah menemukan pekerjaan lain."

Chimon terdiam sejenak, menatap uang di tangannya. Rasa syukur dan haru bercampur aduk di hatinya. Dengan perlahan, senyum tipis mulai terbentuk di bibirnya. "Kalau gitu, aku akan menemui Perth untuk membayarnya, setelah itu mencari pekerjaan baru," ucapnya dengan suara sedikit bergetar.

Nanon mengangguk, matanya penuh dengan dorongan semangat. "Hati-hati, Mon."

Chimon menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan diri. "Thank you, Nan. Kau selalu ada untukku," katanya dengan suara yang hampir berbisik, penuh rasa terima kasih.

Saat itu, keduanya saling memandang dengan penuh pengertian. Hujan di luar masih turun deras, namun di dalam kamar yang hangat itu, ada seberkas harapan dan tekad yang menguatkan hati mereka. Chimon menggenggam uang itu dengan erat, seolah-olah menggenggam harapan yang diberikan oleh sahabatnya.

Perlahan, Chimon berdiri, mengeratkan hoodie yang dipinjamkan Nanon di tubuhnya. "Aku akan pergi sekarang. Semoga ini bisa menjadi langkah awal untuk kebebasanku."

Nanon menepuk bahu Chimon dengan lembut. "Aku percaya padamu, Chii. Kau pasti bisa melalui ini."

Dengan langkah mantap, Chimon keluar dari kamar, meninggalkan Nanon yang berdiri di ambang pintu. Di tengah hujan yang terus mengguyur, Chimon merasakan kehangatan dukungan Nanon yang menyertainya dalam setiap langkah. Tekadnya semakin bulat, dan ia siap menghadapi apa pun yang ada di depannya demi mencapai kebebasan yang didambakannya.

* *

Chimon menatap pagar setinggi tiga meter di depannya, memisahkan dirinya dari rumah yang terlihat sunyi di dalamnya. Meskipun begitu, ada sebuah mobil terparkir di halaman, memberi tanda bahwa rumah ini tidak sepenuhnya kosong.

"Tapi ada mobil," gumam Chimon, mempertimbangkan langkah selanjutnya. Dengan erat, ia menggenggam ransel yang berisi sejumlah uang.

"Apa masuk saja ya?" pikir Chimon dalam hati, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Tenang Chi, setelah memberikan uang langsung pulang."

Setelah merasa mantap, Chimon melangkah maju. Pagar tersebut tidak terkunci, sehingga dengan hati-hati ia mendorongnya perlahan dan melangkah masuk ke dalam halaman rumah dengan langkah ringan. Langkahnya penuh dengan kehati-hatian, berusaha tidak menimbulkan kebisingan yang bisa membangunkan penghuni rumah jika ada.

Di dalam, suasana sunyi terasa semakin nyata. Cahaya redup dari jendela-jendela menyorot lorong yang tenang. Chimon menghela napas lega melihat bahwa belum ada tanda-tanda aktivitas yang mencurigakan. Namun, ia tetap waspada, siap untuk bertindak cepat jika situasi berubah.

Dengan langkah yang terus teratur, Chimon melangkah menuju pintu depan rumah, mempersiapkan diri untuk pertemuan yang mungkin tidak menyenangkan dengan pemilik rumah ini.

BOSS [Perth x Chimon] ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang