6. The Villa

1K 88 0
                                    

Chimon turun dari mobil dengan langkah hati-hati, diikuti oleh Perth yang mengikuti di belakangnya. Mereka tiba di pinggir pantai yang tenang, di mana deburan ombak memecah kesunyian. Hanya suara angin yang berbisik di antara daun pohon kelapa yang menghiasi pantai, memberikan suasana damai dan sepi yang menyegarkan. Chimon menghela nafas dalam, merasakan udara segar dan keindahan alam yang mengelilinginya.

"Wah, pantainya indah sekali," ucap Chimon dengan antusias, matanya berbinar melihat panorama yang terbentang di hadapannya.

"Ayo kembali ke Villa, sudah hampir gelap," ucap Perth dengan suara lembutnya.

Chimon tersenyum tipis, mengangguk dan mengikuti langkah Perth dari belakang. Mereka berjalan melewati pasir yang masih hangat dari sinar matahari terbenam, menuju Villa yang dibangun tidak jauh dari pantai. Udara senja terasa sejuk dan harum, dengan deburan ombak yang masih terdengar di kejauhan.

Setelah sampai diVilla, mereka menghempaskan tubuhnya masing masing diatas sofa empuk. Perth duduk disofa terlihat sedikit lelah setelah seharian yang melelahkan. Ia menghela nafas panjang sambil memijat pelipisnya.

Chimon duduk di sebelahnya, merasakan lapar yang semakin mengganggunya. Suara gemuruh perutnya yang tidak sengaja terdengar oleh Perth, membuatnya sedikit malu. Ia tersenyum canggung, mencoba menyembunyikan rasa malu.

"Kalau kau bisa masak, pergi saja masak untukmu sendiri. Ada beberapa bahan makanan di kulkas. Aku mau mandi," ucap Perth sambil mengusap pelipisnya berusaha menghilangkan rasa lelah, sebelum akhirnya ia memutuskan berjalan menuju kamar dan meninggalkan Chimon di ruang tamu sendirian

Chimon cepat-cepat bergerak menuju dapur setelah tak melihat Perth yang hilang dibalik pintu, matanya berbinar saat pintu kulkas terbuka. Ia mengambil beberapa bahan makanan yang tersedia: sepotong daging ayam, beberapa sayuran segar, dan beberapa buah yang menggoda. Ia menatap bahan-bahan itu dengan rasa semangat yang membara, siap untuk memasak hidangan yang lezat untuk dirinya sendiri.

————

Perth duduk sendiri di ujung tempat tidurnya, memegang ponsel dengan tatapan kosong yang terpaku pada layar. Di sana, terpampang foto-foto kebersamaannya dengan Mark—senyuman mereka, momen-momen bahagia yang pernah mereka bagikan. Meskipun kenangan itu manis, Perth tetap merasakan luka yang pernah ditorehkan oleh Mark masih dalam lubuk hatinya.

Dalam keheningan kamar, Perth merenung. memikirkan apakah ia masih merasakan perasaan yang sama pada Mark , namun ego dan kekecewaannya  yang lebih besar itu langsung mematahkan pemikirannya, memberi jawaban bahwa percintaannya dengan Mark tidak bisa diteruskan lagi. Kepercayaan yang hancur dan pengkhianatan yang terlalu dalam telah menutup rapat pintu bagi mereka.

Dengan perasaan berat, Perth menekan tombol delete di ponselnya, satu per satu menghapus setiap jejak kenangan foto bersama Mark. Rasanya seperti melepaskan benang-benang yang masih terikat padanya. Ponsel yang kini kosong dari jejak masa lalunya itu ia lemparkan dengan kasar ke atas kasur, wajahnya mencerminkan kemarahan dan kesedihan yang tak bisa dijelaskan.

———

Perth melihat Chimon yang tertidur pulas di atas sofa, ia melirik jam di dinding, menyadari sekarang sudah larut malam, menunjukkan pukul sepuluh malam.

Setelahnya, pandangan Perth tertuju pada selembar kertas yang menonjol dari saku jaket yang dikenakan oleh Chimon. Ia meraihnya dengan hati-hati, membuka lipatan kertas tersebut, dan tersenyum kecil terukir beberapa saat setelah Perth membaca isinya.

"Bocah ini..." gumam Perth dengan nada lembut sambil terkekeh.

Perth melipat kembali kertas tersebut dengan hati-hati, lalu memasukkannya kembali ke saku tempat semula sambil tersenyum tipis. Tatapan matanya melintas ke arah Chimon yang sedang tertidur pulas di sofa. Dengan perlahan, ia mendekati Chimon dan merubah posisi duduk pria itu jadi berbaring agar ia merasa lebih nyaman, Perth menyingkirkan sedikit barang-barang yang mungkin mengganggu diatas sofa, tanpa sadar Perth mengingat kembali tulisan yang tertera di kertas formulir tersebut sambil terkekeh pelan, memikirkan betapa tak terduga kehidupan dapat ternjadi dalam waktu singkat ini di mana orang yang hampir saja ia tabrak siang tadi, kini menjadi supir pribadinya.

***
07:23 Pagi

Chimon terganggu dari tidurnya oleh hembusan nafas yang lembut menyapu tepat di depan wajahnya. Saat ingin membuka matanya perlahan, Chimon meraba pinggulnya, dia merasakan sebuah tangan yang hangat melingkar di sekitar pinggul dan perutnya. Setelah beberapa detik tersadar, Chimon perlahan menyadari bahwa ada seseorang yang tidur bersamanya di ranjang.

BRUK

Chimon dengan refleks menendang seorang pria yang tiba-tiba muncul di sebelahnya, membuat pria itu terpental jatuh dari atas ranjang dengan wajah terkejut yang jelas tergambar.

"Sial," desis pria itu dengan suara terengah-engah, wajahnya merintih kesakitan saat bokongnya terbentur keras di lantai. Ia meringis sambil mengelus bokongnya yang malang mencium lantai, matanya mencari tahu apa yang baru saja terjadi.

"Astaga.. Maaf," pekik Chimon histeris, tangannya terulur untuk menawarkan pertolongan pada Perth yang tampak menderita dilantai, terutama di bagian perut dan bokong yang terkena dampak tendangan.

"Kenapa kau menendangku, huh?" protes Perth dengan nada sinis, matanya menatap Chimon penuh pertanyaan dan sedikit kekesalan.

"Aduh maaf, itu reflek, lagian kenapa bisa kau tidur seranjang denganku? Kau modus ya? Apa yang sudah kau lakukan?" Tuduh Chimon yang dengan gerakan kilat menaikan selimut sedada kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Perth berdecak, "Tidak mungkin aku melakukan hal seperti itu padamu, jadi berhenti berpose seolah olah aku sudah menidurimu semalaman."

Chimon bernafas lega. "Baguslah," katanya.

Jika memang Perth yang melakukan hal itu, Chimon bersumpah dalam hati untuk mematahkan leher pria itu dan menguburannya setidaknya 100 meter di dalam laut agar tidak ada yang bisa menemukan mayatnya.

"Pergi mandi, aku ada rapat jam 10. Kita akan beli pakaian untukku sebelum ke kantor," ucap Perth sambil bangkit untuk kembali merebahkan tubuhnya di kasur.

Chimon mengangguk. "Siap, Boss!"

BOSS [Perth x Chimon] ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang