18. Hospital

1.4K 86 10
                                    

Chimon melirik Perth yang tertidur lelap di atas sofa sejak sejam lalu. Ruangan sunyi, hanya ada suara jarum jam yang terus berdetak, menciptakan irama monoton yang hampir menenangkan.

Ting!

Suara notifikasi ponsel yang tiba-tiba menarik perhatian Chimon. Di atas meja sebelah sofa, ponsel milik Perth baru saja menerima pesan. Chimon melirik Perth yang sepertinya begitu pulas sehingga tak terganggu sama sekali oleh suara ponselnya. Wajahnya tampak tenang, seperti seseorang yang tengah berada dalam mimpi indah.

Nanon...

Nama itu mendadak muncul dalam benaknya. Sudah hampir sebulan ia tak memberi kabar pada sahabatnya itu. Apakah Nanon mencarinya? Atau bahkan mengkhawatirkannya? Nanon sudah hafal dengan kebiasaan Chimon yang selalu mengabarinya setiap hari, walaupun hanya sekadar mengatakan ia sudah makan atau belum. Jika ini sudah sebulan, Chimon yakin Nanon saat ini sibuk mencari kabarnya, merasa gelisah dan bertanya-tanya apa yang terjadi.

Sebuah ide melintas di kepala Chimon saat melihat ponsel milik Perth kembali berbunyi. Pandangannya terfokus pada layar yang menyala, menampilkan notifikasi pesan yang baru masuk. Ia bisa menggunakan ponsel itu untuk menghubungi Nanon. Meskipun ia tahu bahwa mengakses ponsel orang lain tanpa izin adalah pelanggaran privasi, tapi keadaannya sekarang mendesak.

Chimon menatap wajah tenang Perth sekali lagi, memastikan dirinya itu benar-benar tertidur. Dengan hati-hati, ia meraih ponsel tersebut, jemarinya gemetar sedikit saat menyentuh layar. Bagaimana jika Perth terbangun? Bagaimana jika ia marah? Namun sekarang rasanya kekhawatiran terhadap Nanon lebih besar daripada rasa takutnya.

Ia membuka layar ponsel dan meengetikan nomor Nanon seiingatnya. Setelah, ia mengirim pesan singkat, "Ini Chimon. Aku baik-baik saja. Akan segera menghubungimu."
__

Chimon berjalan sedikit bergegas menjauhi ruangannya, jemarinya menggenggam erat ponsel di tangannya. Sesekali ia melihat ke belakang, takut seseorang mungkin mengikutinya. Ketegangan di wajahnya terlihat jelas saat ia terus melangkah dengan langkah cepat. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, menambah beban ketakutannya. Akhirnya, ia tiba di rooftop, sebuah tempat yang dianggapnya cukup aman untuk sementara.

Di sana, angin bertiup sepoi-sepoi, memberikan sedikit rasa sejuk di tengah kegelisahannya. Chimon segera mengetikkan kembali nomor Nanon dan menekan tombol panggilan. Jemarinya bergetar, menandakan betapa cemasnya ia.

Drttt...

Memanggil...

"Halo?"

"NANON!!" Chimon berteriak tanpa sadar, suaranya menggema di atas rooftop. Ia cepat-cepat menutup mulutnya dengan tangan, matanya melirik sekeliling dengan gugup, berharap tak seorang pun mendengar pekikkannya yang mendadak barusan

"Kenapa? Ini siapa?" Suara Nanon terdengar bingung di ujung sana.

"Ini aku, Chimon. Jemput aku di rumah sakit BNH Hospital sekarang!" Chimon berkata dengan nada mendesak, harapannya besar agar Nanon bisa segera datang.

"Chimon? Ada apa? Apa yang kau lakukan di sana?" Nada Nanon berubah menjadi khawatir.

"Nanti aku jelaskan, ceritanya panjang, aku tunggu oke—" Panggilan tiba-tiba terputus. Chimon menatap layar ponsel dengan frustrasi.

"Sial, sinyalnya hilang!" desisnya marah.

Saat berbalik untuk turun dari rooftop, Chimon merasa tubuhnya bertabrakan dengan sesuatu yang keras. Ia mendongak dan melihat wajah seseorang yang tak asing baginya.

"Ouch..." Chimon mengaduh, wajahnya merah karena menabrak dada seseorang.

"Maaf—" katanya, membungkuk memberi hormat berkali-kali, panik dan gugup.

BOSS [Perth x Chimon] ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang