1 | Julia Monila

1.2K 13 0
                                    

DVD bokep? ada di dalam tasku? aku membeku beberapa saat, aku menarik kaset dengan cover menjijikkan itu tepat di depan muridku, anak berumur 13 tahun yang selalu penasaran dengan hal-hal baru yang dilihatnya, akan ku kutuk siapapun yang menyelipkan benda ini ke dalam tasku.

"Apa ini DVD film?" pertanyaan polos itu datang dari Siska, murid pertamaku setelah aku memasang iklan menerima jasa les pribadi di facebook. Tangan-tangan kecilnya menyusuri DVD itu dan memperhatikannya dengan mata yang berbinar-binar. 

"Ahahah, ini... Ini rusak! , nanti kakak bawain yang lebih bagus, gimana?"

"Boleh Siska simpan yang ini?" 

Aku menggeleng tegas sebagai tanda aku menolak permintaannya, tapi anak itu malah menangis kencang dan memanggil sang ibu, alhasil hari itu juga aku di pecat, bocah sialan. 

Meskipun aku menjelaskan berkali-kali, ibu siska tidak mau mendengarkan penjelasanku dan langsung menyumpahiku sebagai pelacur, dan menyuruhku menjauhi anaknya. 

Aku bersumpah akan mencari siapapun yang sengaja menyeludupkan DVD itu ke dalam tasku, dua tertuduh utama adalah Jaka, teman mainku di warnet dan Janeta, satu-satunya manusia yang mau berteman denganku di kampus. 

"Jaka!!! lo ngaku sekarang atau warnet lo gue acak-acak!" 

"Buset Juleee, gue salah apa sama lo!" 

"Ini DVD kenapa ada di tas gue?!" 

"Yaampun Juleee, berdosa banget hidup lo, lo yang zina bawa-bawa mahluk suci kayak gue!" 

"Terus gue harus nuduh siapa? seisi warnet juga tau lo punya bisnis ilegal disini! perlu gue laporin sama ketua RT?!" 

"Tenang dulu, lo belum jelasin kronologinya, jangan main marah-marah aja dong!" Aku melepaskan cengkraman tanganku dari kerah baju Jaka.

"Lo tau kan, ini hari pertama gue ngajar les privat?" Jaka mengangguk sembari memeluk sapu ijuk.

"Lo tau kan, ini satu-satunya hal yang bisa gue lakuin buat dapat penghasilan tambahan?"

Jaka mengangguk lagi.

"Di hari pertama gue udah dipecat gara-gara ini!" aku melempar kaset DVD bergambar jorok itu ke atas meja warnet, Jaka membolak-baliknya berkali-kali. 

"Terus lo nuduh gue? gue nggak setega itu kali Jul, ini sih namanya menghalangi rejeki orang lain, dan gue nggak mungkin tega ngelakuin ini." 

Aku menatap Jaka penuh selidik, meskipun aku sedang marah, namun aku tidak bisa menuduhnya, karena sungguh, dibandingkan orang tuaku, Jaka lebih mampu berkata jujur terhadap semua hal.

"Arghh!" aku mendengus penuh rasa frustasi, memang kehilangan satu murid bukan berarti itu akan menutup pintu rejekiku, namun aku tidak tau apa yang bisa dilakukan ibu siska terhadap kejadian hari ini. 

"Relax honey, relax."

"Nggak bisa Jakaa! lo sendiri tau kan kenapa kerjaan ini tu penting banget buat gue."

"Bisnis makelar lo masih jalan kan? gue bakal bantuin deh promosi ke ibu-ibu yang sering labrak anaknya kesini." 

"Les gambar itu peminatnya dikit banget! si siska ini anak tunggal, bulan depan dia bakal ikut lomba tingkat kabupaten, bahkan kalau menang nyokapnya udah janji bakal kasih gue bonus lebih!" 

"Lagian kenapa lo bawa DVD bokep kemana-mana sih?" 

"Stt! jangan kenceng-kenceng bego! kesannya gue yang mesum!" Aku menarik kursi, mencomot beberapa gorengan yang sudah mlempem layaknya gairahku saat ini. 

"Gue juga bingung kenapa tu DVD ada di dalem tas, seumur-umur nih ya, meskipun kedengerannya munafik banget, tapi selama 24 tahun gue idup, gue gak pernah minat buat nonton bokep!"

"Stt! tadi kata lo jangan kenceng-kenceng"

"Lo tau kan istilah customer pertama itu bagaikan penglaris buat usaha yang baru kita jalanin? nah kalau penglaris gue langsung jadi petaka gimana ceritanya?"

"Hidup jaman sekarang, cewek-cewek cakep kayak lo cari duit sebenarnya gampang Le."

"Gimana tuh?" 

"Jual diri." Bisik Jaka seakan-akan hal itu akan menarik perhatianku, tapi tanganku terlalu ringan dan langsung memberinya gamparan telak.

"Bang Jaka! abang gak papa?" Datang satu bocil langganan Jaka yang langsung memberiku tatapan sinis. 

"Gak papa Sam."

"Keren juga nama lu, baru tau gue." Pujiku, tanpa niat.

"Samsul mbak." ujar satu temannya yang jarang aku lihat, nampaknya anak baru yang dihasut Samsul

"Sialan, gue tarik kata-kata gue barusan." 

"Ini anak mana lo ajak kemari? baju sekolahnya beda kelas nih." Aku ikut memperhatikan, anak satu ini memang berpenampilan beda. 

"Ini Ozi, anak dari sekolah internasional itu lo bang."

"Ngapa anak bener-bener begini bergaul sama lo Sam?" tanyaku, sedikit menyelidik. 

"Hehe, tadi ketemu waktu beli komik, kenalan deh."

"Gak baik Zi baru kenal langsung mau diajak keluyuran, nanti gue yang kena masalah."

"Nggak papa kok Om, saya bawa hp, nanti kalau dicariin saya tinggal pulang." 

"Widihh, canggih." Puji Jaka, memeriksa ponsel yang baru ditunjukkan Ozi pada kami semua.

"Yaudah, billing yang biasa udah gue kosongin tuh."

"Ehe, Thank you ya bang, dan buat lo mbak Julee, jangan gampar abang kesayangan gue lagi."

"Dih bocah tengik! gue kasih tau emak lo soal kemarin lo bolos, tau rasa!"

"Ish, udah kali Lee, anak kecil nggak usah di debat!" 

"Gue pinjem komputer lo deh, mau cari info loker." 

Aku beringsut disana selama beberapa jam, coba aja mulutku dan isi kepalaku ini bisa diajak kerja sama, aku tidak mungkin terjebak disituasi ini, aku bukannya anak sebatang kara yang tidak memiliki keluarga, aku sedang menjalankan sebuah misi, iya misi khusus untuk membuktikan pada Papa kalau aku bisa hidup sendiri di luar negeri. 

Dan alhasil, Papa menantangku untuk bertahan hidup selama 3 bulan diluar rumah, dan diminggu pertama, aku nyaris putus asa. 

Untungnya, aku punya tempat pelarian terbaikku, yaitu warnet ini. Sejak kuliah, Janeta sering mengajakku kemari, untuk sekedar membuat tugas atau main game. Warnet Jaka tidak seperti warnet-warnet lainnya, ia memiliki biling-biling khusus untuk anak-anak, mahasiswa yang sibuk skripsian sampai manusia-manusia tak tau diri yang suka streaming konten 21+. 

"Udah gelap gini, kalian nggak ada yang mau balik?" Jaka berbicara pada semua anak-anak yang masih betah mendekam dibalik biling, biasanya aku suka menyaksikan mereka dipukuli, dijewer sampai dimaki-maki orang tua agar mau pulang.

"5 menit lagi bang Jack."

"Jaka aja, nggak usah lo ubah-ubah nama pemberian ibu gue." 

"Samsul!!!!" 

"Mampus loh Sul." ejekku, nyaris terjungkal karena tertawa melihat reaksi panik Samsul yang buru-buru ngibrit keluar warnet sebelum sapu ijuk ibunya melayang. 

"Bang.. saya nggak tau jalan pulang." 

"Halah, Samsul sialan, sohibnya malah ditinggal." 

"Mbak anterin kamu." Aku membereskan barang-barangku, aku memiliki adik sekecil Ozi dirumah, jadi tidak mungkin aku membiarkannya pulang sendirian, apalagi banyak anjing liar di sekitar gang perumahan ini. 

"Makasih, mbak..?"

"Julia."

"Makasih Mbak Julia." 

"Kasih tau gue kalau anaknya udah sampe rumah dengan selamat."

"Aman, ayo Zi." 

Take A Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang