18 | Kesempatan

245 13 1
                                    

Nyaris 2 jam aku menatap layar komputer, terpaku pada email yang sebenarnya tinggal aku kirim. Aku menimbang saran Damar yang menyuruhku untuk mengirim portofolio yang berisi beberapa karya terbaikku, setidaknya menurutku itu adalah karya-karya paling kusukai sepanjang aku berkarya.

"Lo ngapain sih? gue liat lo cuma ngetik bentar terus melototin layar komputer lama banget." Aku menghiraukan celotehan penuh rasa penasaran Jaka, di luar hujan badai gledek sedang menyambar tak karuan.

Aku sempat menelusuri website resmi milik Sangga, kakak Damar yang memiliki satu gedung khusus tempatnya menjual dan memamerkan semua hasil karyanya, yang membuat mental dan percaya diriku menciut. menawarkan karyaku pada seseorang yang begitu profesional, membuatku ragu.

"Ngomong doang mau buktiin ini buktiin itu, ngirim begituan doang mikirnya sampai Samsul sarjana."

"Lo bikin gue makin ragu tau nggak!"

"Kalau mau hidup ada perubahan, lo nggak boleh ragu sama apapun yang berhubungan sama mimpi-mimpi lo Lee."

Kata-kata Jaka ada benarnya, kalau hal begini saja aku ragu, apa yang bisa membuatku yakin kalau aku akan berhasil? Aku segera mengirim email itu, dan menutupi rasa khawatirku dengan mengganggu Samsul yang sedang asik bermain di sebrangku.

"Mbak Julee ngapain deket-deket sih?" Ia menatapku dengan wajahnya yang selalu menunjukkan raut kalau ia akan di culik oleh orang asing.

"Ayo main PS sama mbak."

"Males ah, mbak Jule suka curang, Sam mau main sendirian aja,"

Aku melongok untuk melihat game yang sedang asik ia mainkan. Catur.

"Emang ngerti mainnya?"

"Enggak, biar kelihatan dewasa kayak Ozi."

"Kenapa bawa-bawa Ozi?"

"Kemarin waktu main ke rumahnya, terus mbak Jule sama Om Damar menghilang, Ozi ngeliatin game komputer kesukaannya, ya ini, catur." Aku merasa bersalah padanya karena menghilang tiba-tiba, tapi hatiku kembali menghangat mengingat kejadian kemarin, Damar terus mengirimiku video-video motivasi setelah itu, caranya benar-benar menggemaskan.

"Sorry deh, kemarin ada urusan orang dewasa."

"Urusan orang dewasa? apa itu bang jack?" Jaka menoleh sekilas ke arahku dan Samsul, lalu sibuk lagi dengan VGA baru di unboxing olehnya.

"Kalau nggak masalah cinta, ya masalah duit."

"Masalah keluarga." Sautku buru-buru, sebelum Samsul menanyakan hal yang tidak perlu.

"Mbak Jule mau tau sesuatu?" Samsul memangku dagu, berlagak misterius.

"Apa?"

"Kemarin Ozi ngajakin hus tur gitu, ngeliatin seisi rumahnya, tau nggak kami berdua nemu apa?"

"Apa?"

"Jaket denim kesayangan mbak jule.. Hehe."

"Mungkin mbak nggak sengaja ninggalin disana, terus apanya yang penting?"

"Tapi ketemunya di kamar Om Damar." wajahku memanas, aku tidak akan menyangkal, aku malu sendiri mendengarnya, pasti aku meninggalkannya saat ketiduran disana.

"Terus sekarang jaket mbak ada dimana?"

"Masih disana, Ozi sama Samsul meskipun masih kecil, tapi kami tau kok kalau mbak sama Om Damar itu pasti ada sesuatu."

"Beneran Le?"

"Ya nggak lah, lo kan tau Damar itu ada calonnya, kamu juga Sul, kecil-kecil jangan ngomong yang nggak-nggak deh."

Take A Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang