22 : Rusaknya Perjanjian

279 48 5
                                    

Tidak tahu Narel sudah tertidur berapa lama. Namun, ketika laki-laki itu membuka mata, hal pertama yang ia lakukan adalah membuka jendela kamarnya dan membiarkan sinar matahari pagi masuk ke dalam kamar itu. Ia melihat mobil sedan Levon sudah ada di tempat seharusnya, garasi rumah sebelah. Laki-laki bergigi kelinci itu memiringkan kepala dan bertanya-tanya kapan Levon dan Neira kembali ke rumah? Terakhir Narel ingat, sudah hampir tengah malam mobil itu belum kembali dan Neira juga belum memberi kabar apa pun.

Ponsel Narel tergeletak di atas meja belajar bersama kabel pengisi daya yang masih menempel. Laki-laki itu segera meraih ponsel seraya melepas kabel pengisi daya. Ada satu pesan masuk dari Neira. Tepat pukul satu dini hari.

Neira
Kak, maaf. Untuk sementara
jangan hubungin gue dulu.

Bulu kuduk Narel berdiri ketika membaca pesan itu. Ia penasaran, apa hasil pembicaraan Levon dan Neira tadi malam? Sampai Levon ingin mengumpulkan semua anak Pangeran Cinta dan Neira yang tidak ingin dihubungi untuk sementara. Tanpa berpikir panjang, Narel membalas pesan gadis itu.

Narel
Kenapa, Ra? 
Levon bilang apa?

Laki-laki itu mengerutkan kening. Centang satu. 

Oke. Sebaiknya ia menurut dan memberi Neira waktu. Mungkin pembicaraan dengan Levon tidak berjalan baik tadi malam dan gadis itu butuh waktu untuk menenangkan diri.

~~~

Suasana di apartemen Dilon sangat suram. Narel teringat satu tahun lalu, saat Melvin dan Barokah bertengkar hingga membuat perjanjian sialan itu muncul. Suasana ini hampir sama seperti saat itu. Hanya saja pemeran utamanya kali ini bukan Melvin dan Barokah, melainkan Narel dan Levon.

Dilon duduk di atas sofa. Raut wajahnya terlihat tegang. Punggungnya juga tidak bersandar pada sofa. Satu-satunya yang bersandar hanya dua sikunya yang berpangku pada sudut lutut, sementara jemari-jemari tangannya memainkan sebatang rokok. Dan mungkin saat ini Dilon sedang mempertimbangkan akan izin ke balkon untuk menyulutnya atau tidak. Di sebelah Dilon, ada Ricky yang duduk diapit oleh Dilon dan Melvin. Ricky hanya bisa melipat tangan di depan dada. Ia menggelengkan kepala seolah sudah bisa menebak hal ini akan terjadi. Sedangkan Melvin, memainkan ponselnya, mungkin sedang bicara dengan Gisa dan tidak terlihat tertarik dengan apa yang Levon sampaikan.

Sementara itu, Barokah duduk di kursi makan yang sudah diseret ke ruang televisi. Sorot matanya tertuju ke atas meja panjang depan sofa, fokus pada bintang utama yang ada di atas meja itu. Secarik kertas not balok lagu Kerispatih berjudul Tapi Bukan Aku yang dibaliknya sudah berisi perjanjian konyol yang mereka buat satu tahun lalu. Joel duduk di lantai. Bahu kirinya bersandar pada kaki kursi yang Barokah tempati. Mungkin si jangkung sedang mencerna apa yang terjadi di sini karena perjanjian itu dibuat sebelum ia pindah ke Jakarta.

Levon dan Narel duduk bersebelahan, di atas lantai keramik warna putih yang berseberangan dengan sofa panjang. Narel hanya bisa menunduk, sesekali menatap raut wajah teman-temannya bergantian. Hanya satu orang yang tidak berani ia tatap, yaitu Levon. Saat ini, Narel merasa seperti sedang disidang dan sedang menunggu putusan hakim.

Tidak jarang pula, Narel menatap lembar perjanjian yang sudah terbentang di atas meja. Lembar yang memiliki bekas lipatan rapi menjadi dua bagian, seolah Levon memang sengaja menjaga kertas perjanjian itu dengan baik dan bisa digunakan untuk menuntut siapa pun yang melanggar perjanjian itu. Narel mengambil napas panjang dan mengembuskannya perlahan seraya memejamkan kedua mata. Ia mengenali tulisan tangannya sendiri di poin nomor empat. Konyol dan bodoh. Narel yang menulis peraturan nomor empat itu dengan kesadaran penuh dan tanpa paksaan, dan ia sendiri pula yang melanggarnya.

"Jadi, udah tahu kan permasalahannya apa?" Levon mendengkus. "Narel melanggar aturan nomor empat karena dia pacaran sama adik gue."

"Emang kenapa sih, Von? Biarin aja lah. Lagian Narel juga bisa diandalkan." Barokah berdehem. "Kadang-kadang."

LET ME CHANGE MY RULESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang