"Kenapa kakak kepengen cepetan balik?? Coba, kak, kalo dipikir-pikir tuh kita sama-sama untung! Tadi kakak bilang kakak menyesal karena berharap mendapat wajah yang sesuai usia? Terjemahnya yang mukanya boros, gitu, ya? Sekarang kakak dapetin, lho, itu! Mukaku itu aneh, mukaku itu aneh waktu di aku, waktu aku yang make, tapi buat kakak, WOW! Kakak berhasil membuat muka itu keliatan seksi, entah gimana caranya. Pembawaan kalem kakak beneran menciptakan sosok ice prince atau bahkan vampire prince yang sulit diraih! Sementara aku-"
"Jiwoong, kayaknya kamu belum paham resiko dan tanggung jawab apa yang kita pikul." Yujin menegur dengan tegas, tak peduli bahwa ia tengah memotong ucapan lawan bicaranya. Biasanya ia tidak begitu, namun jika diteruskan, ia tak tahu apakah Jiwoong akan memberinya kesempatan untuk mengatakan apapun nanti.
"Hmm,... yasudah! Tolong jelaskan. Tapi aku harus ngasih tau kakak kalo aku suka banget sama badan kakak, terutama pinggang kakak ini. Dari dua puluh empat jam dalam sehari, aku paling suka waktu ketika aku mandi, kak, aku nggak bohong, lho."
Jiwoong hampir saja hendak melepas sweater milik Yujin yang ia kenakan---di jalan terbuka di luar kediaman Kim---di mana semua orang bisa melihatnya. Untuk apa ia melakukan itu?!
"Jiwoong, kayaknya kamu terlalu banyak mbahas hal-hal gak penting. Aku serius, kita harus balik."
"Kenapa?"
"Hao mau nginep. Itu teman deketmu, kan? Dia sudah banyak sadar tentang keanehan yang aku bawa. Kalian beneran deket, ya?"
Jiwoong mengangguk mantap.
"Yah, ibaratnya kami udah saling nempel. Jangan bilang ke dia, ya, tapi aku memang tulus nyaman sama dia, tapi untuk sekarang aku nggak kangen-kangen amat. Omong-omong, kakak pinter, kan? Mungkin aku perlu bantuan kakak seputar istilah-istilah boga yang aku sama sekali nggak ngerti, tapi urusan temen-temen IPA aku angkat tangan, kak. Maaf. Aku aja nggak bisa mbantu diriku sendiri."
Yujin menghela napas dan berkacak pinggang lalu menatap sekeliling secara asal, selagi ia memutar otak agar menemukan cara untuk bertukar tubuh kembali. Ia harus menemukan cara---
"Astaga, kak, jangan gitu! Kakak seksi banget sekarang, aku---sumpah!!" Jiwoong bertepuk tangan dengan keras, maksudnya untuk menekankan poinnya.
"Bukan itu---"
"Aku inget, kak!! Hao pernah cerita soal Webtoon tentang bertukar tubuh, barusan ini! Cara mereka tuker balik ke badan masing-masing itu satu, kak!" Jiwoong menatap mata Yujin dengan penuh antusiasme, dan Yujin hanya mengangkat alisnya, menanti jawaban walau sebenarnya ia agak pesimis. Hanya saja, kenapa anak itu malah diam...?
"Jiwoong. Gimana c---"
"Mereka berciuman!"
Hah,...
Astaga,... Yujin ingin menendang bokong anak itu sekarang juga.
"Jiwoong, itu gak bakal terjadi---"
"Tuh, kan!! Kakak gak mau tukeran, kan?!"
Agak frustasi, Yujin menoleh ke sembarang arah sebelum menatap Jiwoong yang menyeringai dengan raut syok. "Jiwoong, itu dua hal yang berbeda---"
"Kakak tau gak apa yang aku pikirin? Kira-kira kegiatan apa yang paling bisa menyalurkan tenaga dan kebatinan satu sama lain? Yang mungkin menguras banyak energi, tapi pasti membutuhkan koneksi? Persetujuan, dan chemistry?"
Yujin tak menjawab, karena ia tak punya sedikitpun ide akan apa yang tengah dibicarakan Jiwoong. Ia tak memberi respon selain menatap tajam manik yang dulu membantunya melihat dunia. Justru kini kedua netra itu menjadi bagian dari dunia yang ia lihat. Rasanya masih aneh.
"Apa itu, Jiwoong?" Yujin bertanya setelah cukup lama membiarkan anak itu diam tak melanjutkan.
"Kakak beneran nggak tau arah bicaraku?"
"Katakan aja."
Tak lagi bersuara, bocah itu menunjukkan satu tangannya yang memperagakan gestur oke dengan ibu jari dan telunjuknya yang bersentuhan, mempersembahkannya seperti ia akan menunjukkan trik sulap. Dan,... sebenarnya memang ada unsur magis dalam apa yang hendak ia sampaikan, karena kemudian ia menggunakan satu lagi tangannya dan mengacungkan telunjuknya sebelum memasukannya ke peragaan lubang tangan satunya.
...maksudnya muka tebalnya itu yang ajaib.
PLAK!
"Kim Jiwoong." Itu adalah Yujin yang memberi teguran keras, setelah menggeplak tangan anak itu. "Tunjukkanlah setidaknya sedikit hormat."
"M-maaf, kak." Jiwoong berdeham, kemudian berkacak pinggang dengan kikuk. "Yah! Eh, nanti bisa kita bicarakan lagi! Aku udah masukin nomerku ke HP kakak---eh, atau kita juga tukeran HP...?"
"Bukannya kamu perlu liat jadwal shift kerjaku? Kataku sih, gak usah. Nggak ada banyak file penting di HP-ku."
"Bener juga..." Jiwoong mengangguk yakin, namun kemudian menjadi panik dan segera meralat, "m-maksudku soal yang kita gak perlu tukeran HP!"
"Dan, kamu udah buka HP-ku? Punyamu aja belum aku sentuh!" Ucap Yujin. Yah, harusnya ia tidak terlalu terkejut.
"Kak, aku ngelakuin itu buat bertahan hidup. Kakak mau punya catetan bolos kerja?" Benar juga,...
"Oke, maaf. Habis ini aku---"
"Jiwoong-ku sayang~! Aku udah sampe!!" Sepasang lengan tiba-tiba merangkul panggul Yujin dari belakang. Tindakan mendadak itu membuat Yujin membeku di tempat. "Maaf, aku dateng lebih awal. Kok kamu belum ganti baju?"
"Ah, maaf ngganggu, saya cuma tanya-tanya ke---em, kesayanganmu ini." Jiwoong menahan tawa ketika matanya bertemu dengan milik Hao. Anak itu mengernyit bingung. "Anu, lurus aja terus belok kanan, terus belok kiri, ya?" Pemuda itu terkekeh, menyentuh ujung hidungnya seakan-akan tengah menyingkirkan debu non-eksistensial yang menempel di sana.
Yujin sama sekali tak sempat memberi reaksi ketika Jiwoong berjalan pergi. Hao yang masih belum melepaskan pelukannya menatap punggung Jiwoong yang menjauh.
"Anak itu agak aneh. Gelagatnya pas megang hidung persis kayak kebiasaanmu waktu kamu bohong."
Yujin yang menegang hanya bisa merasakan ototnya menjadi kaku.
Hah... kehadiran anak bernama Zhang Hao ini benar-benar akan menjadi tantangan tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] [YOU]TH ㅣ HAN YUJIN & KIM JIWOONG
Fanfiction"Aku inget, kak!! Hao pernah cerita soal Webtoon tentang bertukar tubuh, barusan ini! Cara mereka tuker balik ke badan masing-masing itu satu, kak!" "Jiwoong. Gimana c―" "Mereka berciuman!" ...hah? . . Semua bintang malam itu bersaksi Yujin ingin m...