Cinta itu artinya apa?
Bagaimanakah rasanya?
Dalam beberapa situasi, mungkin seperti nyonya Han yang dengan teguh membesarkan anaknya seorang diri tanpa melontarkan kebohongan manis dan menjanjikan masa depan yang tak diketahui siapapun. Mungkin cinta adalah pemberi kekuatan di masa kini? Di waktu yang terus berjalan tanpa sedikitpun kebohongan?
Atau apakah cinta adalah menerima segala kekurangan seseorang karena memaklumi luka batin masa lalunya? Memang tidak ada pembenaran bagi siapapun untuk bertindak semena-mena akibat luka dalam hati, namun bagi yang menginginkan posisi mulia, mereka berkesempatan untuk menjadi lebih bijak dengan cara memaafkan.
Atau,... apakah itu berarti menggenggam erat seseorang yang berharga seperti balon yang bisa terbang kapanpun? Atau menujukkan padanya cahaya juga bayangan yang berkelebat pada kedalaman mata kita? Apakah cinta berarti menyerahkan segala hal yang kita miliki agar sosok itu tidak pergi? Namun, bagaimana jika kita tidak memiliki apapun...?
Bahkan ada ungkapan yang berkebalikan dengan pemikiran sebelumnya, yang berbunyi to love is to let go.
Itu cara yang paling menyakitkan.
Maka, yang manakah cinta itu?
Yujin kadang suka memikirkan hal-hal seperti ini. Untuk umurnya yang tidak muda, ia adalah sasaran empuk untuk pertanyaan macam kapan kau mau menikah? dan lain-lain yang serupa. Jika mereka berani mengatai Yujin sebagai orang yang tak tahu cinta,...
Memangnya mereka tahu apa tentangnya?
Kalau sudah sampai poin itu dan mereka masih berani mengusiknya dengan bagaimana kita akan tahu jika kau tidak bercerita?, Yujin sudah angkat tangan.
Toh ia baik-baik saja sampai saat ini.
Untuk apa memusingkan hal yang sudah dijanjikan Tuhan?
Mungkin kadang ia suka memikirkan betapa manisnya cinta, yang bagaikan sebuah tangan lembut yang akan membelaimu dengan penuh kasih sayang ketika bangun tidur di pagi hari. Yah, melukiskan gagasan itu dalam kepalanya saja sudah cukup...
Terbangun dari mimpinya, Yujin masih membayangkan adanya sosok penuh kehangatan yang akan menyambutnya ketika menbuka mata. Seseorang yang menatapnya dengan sorot teduh, dengan wajah bersemi yang mengingatkannya pada bunga dandelion di padang rumput yang tertiup angin.
Eh,...
Tetapi, Yujin kan sudah benar-benar membuka matanya...?
Yujin terhenyak dan hampir saja membiarkan tubuhnya bertukar sapa dengan lantai yang keras di bawahnya. Beruntung ia ditahan sepasang tangan yang sigap menangkapnya.
"Jiwoong!! Kenapa??!"
Ah...
"Hao...?" Yujin tanpa sadar memelototi anak yang tengah menatapnya khawatir. Wajahnya agak kemerahan---seakan-akan tertangkap basah tengah menatap seseorang yang sedang tidur, namun bukan itu fokusnya sekarang bahkan jika itulah kenyataannya. "J-jam...! Jam berapa ini? Hao?"
Hao melirik ke arah jam dinding. Setelah memproses waktu yang tertera, ia kembali bertatapan dengan sosok yang ia kira Jiwoong, yang tengah terduduk canggung di kasur bersamanya.
Dan,... Memalukan sekali! Rutuknya dalam hati. Hao yakin Jiwoong pasti telah memergokinya diam-diam menyentuh wajah temannya itu ketika ia tertidur. Awalnya anak itu cuma iseng menunjuk ujung hidung Jiwoong, yang katanya aneh. Itu penghinaan, omong-omong, karena Jiwoong terlihat sangat tampan dengannya, dan juga, hidung itu kan sudah membantunya bernapas dengan baik? Tetapi lama-lama Hao terbawa lamunannya yang bertumpukan satu sama lain seperti awan mendung. Akhirnya Hao mulai mengelus-elus pipi Jiwoong, kadang menunjuk-nunjuk tulang rahangnya dan kembali ke pucuk hidungnya.
"Ini jam tiga."
Untuk beberapa saat, Yujin dan Hao hanya saling bertatapan dalam diam. Yujin berusaha memproses keadaan, juga mempertimbangkan apakah ia perlu menghubungi Jiwoong, sementara Hao berusaha menjaga otaknya agar waspada, barangkali ia dimintai tolong untuk melakukan sesuatu. Namun,... ah, Yujin akhirnya mengurungkan niatnya untuk menelepon Jiwoong. Untung saja ia mendapat full jadwal siang untuk minggu ini.
Dengan sedikit kikuk, Yujin memaksakan sebuah senyuman untuk Hao. Anak itu melihatnya, dan kemudian Yujin mengulurkan tangannya untuk membelai lembut wajah yang lebih muda.
"Tidur lagi, yuk. Aku ngantuk."
Yujin menepuk pelan bahu Hao sebelum membaringkan tubuhnya. Ia masih agak canggung jika harus tidur terlalu dekat dengan bocah itu. Mungkin ia perlu melihatnya sebagai keponakan untuk membantu menetralisir situasi.
+++
Otak Yujin itu cemerlang.
Ya,... setidaknya cukup untuk menggali kembali semua yang ia pelajari saat ia masih sekolah dulu. Berkat sel kelabunya yang terpancing kembali, pembelajaran bahasa Inggris dan Jepang hari ini bisa ia serap, seakan-akan otaknya adalah spons.
Oh ya, sedikit sejarah tentang kependudukan di masa ini. Sejak lima generasi lalu, banyak warga asli dari Korea Selatan, Cina, dan Jepang yang imigrasi masal ke Indonesia untuk membantu memperbaiki jumlah penduduk. Berkat koeksistensi antar keragaman, masyarakat mulai beradaptasi dengan menyesuaikan prioritas dan keinginan, dan akhirnya jumlah jiwa naik secara perlahan. Karena itulah hingga kini ketiga bahasa tersebut termasuk mata pelajaran wajib selain bahasa Indonesia dan daerah lokal.
Pada jam istirahat, Yujin dan Hao makan bersama di dalam kelas, menikmati bekal masing-masing. Yujin yakin nasi goreng yang dibawa Hao untuk makan siang adalah masakan khas hotel tempatnya bekerja, berarti Jiwoong memesan takeaway. Ia sudah terlalu hapal dengan acar dan sate dua tusuk yang dihidangkan bersamanya.
Yujin suka keheningan, namun ia tak tega juga jika harus terus-terusan mendapati Hao meliriknya dengan raut sedih. Ia yakin itu karena Yujin tidak banyak mengajaknya bicara, padahal malamnya mereka pasti sudah menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama.
"Kamu mau gak bikinin aku playlist? Playlist tentang aku." Pintanya tiba-tiba, dan Hao terkejut dan tersentak sedikit karenanya.
"Bukannya dulu sudah pernah?"
"Aku mau yang baru."
Hao mempertimbangkannya. Seingatnya, Jiwoong memang cukup sering mengajaknya melakukan hal-hal yang lumrah untuk menyimbolkan kedekatan pertemanan, contohnya seperti saling membuatkan playlist. Ia bersedia, kok. Yah, mungkin setelah sedikit menggoda temannya itu.
Hao menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, dan ia menampilkan ekspresi licik dengan wajahnya yang manis. Oh, jangan lupa, poin pentingnya; kedua lengannya harus berlipat fi depan dada! "Kalo aku buatin aku bakal dapet apa?"
"Kamu bakal dapet..." Apa, ya...? "Satu gigi...tan...??!"
Yujin mengumpat dalam hati. Harga dirinya sebagai pria dewasa tersakiti, karena barusan ia terdengar seperti orang mesum! Dasar Jiwoong dan info-info tidak pentingnya!!
"Aelah, gak usah, ah! Toh bukannya mendesah, ya! Aku malah rabies!"
Ampun,...
+++
Just A Little Bit | ENHYPEN
·
INSIDE OUT | N'UEST
·
Off the Record | IVE
·
Heartbeat | BTS
·
All My Love | SEVENTEENboleh donk diliat2 toh ahem author ga sembarangan masukin lagu :3
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] [YOU]TH ㅣ HAN YUJIN & KIM JIWOONG
Fanfiction"Aku inget, kak!! Hao pernah cerita soal Webtoon tentang bertukar tubuh, barusan ini! Cara mereka tuker balik ke badan masing-masing itu satu, kak!" "Jiwoong. Gimana c―" "Mereka berciuman!" ...hah? . . Semua bintang malam itu bersaksi Yujin ingin m...