(17) Emotionally, A Family

52 7 0
                                    

Tok! Tok! Tok!

Yujin dan tuan Choi sama-sama mendengar pintu diketuk. Sebenarnya, sang ayah sudah hendak berdiri karena berniat menyambut tamu dadakan mereka, namun Yujin mendahului sambil berkata ia saja yang membukakan. Akhirnya tuan Choi tersenyum dan kembali duduk nyaman di ruang televisi.

Sebenarnya, jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas,...

Tanpa berpikir panjang, Yujin membukakan pintu untuk melihat siapa yang tengah bertamu ke kediamannya pada jam segitu. Ia sama sekali tak menduga...

"Hai, selamat malam, saya Kim Jiwoong yang baru saja ditampar oleh drama absurd keluarga kaya yang menjunjung tinggi perkuliahan karena menurut orang golongan seperti itu, kuliah adalah penentu masa depan tetapi sebenarnya masa depan adalah milik Tuhan, aku tahu, namun pria tua itu yakin aku adalah aib keluarga yang diracuni opini orang lain yang sebenarnya bukanlah racun tetapi hanyalah perbedaan yang baik-baik saja YANG sebaiknya bisa dirangkul dan saling coexist. Saya tak mau kuliah dan seharusnya itu bukan masalah atau dosa karena saya bukannya menghardik mangga---eh, mencuri mangga atau menghardik anak yatim."

Tentu saja Yujin tidak berharap Jiwoong datang seperti anak yang diusir dari rumah---apalagi sambil membawa teman!!

"Jiwoong, aku kira kamu nyewa penginapan!! Kok malah bertamu, sih?!" Hao menyenggol bahu Jiwoong, lalu berganti menatap ragu ke arah lelaki yang telah ia temui kemarin malam dengan ekspresi bersalah. Ia jelas sudah hapal wajah Yujin. "M-maaf--"

"Yasudah, kita masuk aja dulu, ya? Kalian besok masih seko--"

"Kami besok mau mbolos." Ucap Jiwoong enteng. Hao sempat memelototinya, namun sama sekali tidak melayangkan protes.

+++

"Jadi gitu, kak..." Jiwoong sudah tamat menceritakan kejadian sore itu. Jujur saja ia malu telah membawa drama itu keluar rumah, namun ia percaya Yujin bisa diandalkan.

"Hmmm..." Yujin mengangguk paham lalu menghembuskan nafas panjang. "Jadi..."

"Kita keluarga, donk." Jiwoong tersenyum lebar dan menggenggam tangan Yujin. "Ya,... termasuk, kan?"

"Emh,... ya." Yujin tersenyum tipis.

"Paman!"

"Emm,... boleh tanya umurnya... kakak---berapa...?" Hao bertanya ketika Yujin mengangguk pasrah mendengar dirinya dipanggil paman. Kalau menghitung hanya dari umur, tidak salah, sih...

"Umurku tiga puluh delapan." Yujin menjawab dengan enteng, karena ia sudah memperkirakan reaksi Hao. Anak itu hanya berkedip sekali dua kali sambil mengucapkan oh, nyaris tanpa suara, kemudian bersikap biasa.

"Ih, ih, ih, kak!! Berasa drama Indovision, gak, sih?!" Jiwoong meringis seperti anak kecil sambil menepuk-nepuk punggung tangan Yujin. Ia juga melompat-lompat kecil di tempat duduknya. "Ya gak?! Ya gak?!!"

"Maksudmu Indosiar?"

"Oh iya!" Jiwoong menyetujui koreksi dari Hao.

"Jadi---Jiwoong, kamu bilang... paman Choi itu sama sekali nggak pernah diceritain sama keluargamu,..." Hao berbisik dengan suara sangat pelan. "Tapi gimana kok kamu sudah ketemu sama,... eh,... kak Yujin---eh, paman...? Apa kebetulan?"

Jiwoong diam sejenak untuk memutar otaknya. Ia ingin menjawab pertanyaan Hao dengan bijak. Sesekali, lah...

"Sejak kecil memang aku nggak kenal paman Choi, memang gak pernah dikenalin ke aku. Tapi inget, kan, waktu aku bilang Ren dari N'UEST itu sepupuku, aku nggak bohong."

[✓] [YOU]TH ㅣ HAN YUJIN & KIM JIWOONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang