8. Keributan Kecil

25 15 0
                                    

Jangan cepat-cepat merasa jadi orang yang spesial di kehidupan orang lain. Nanti endingnya nyesek doang karena nggak dianggap.

-Caper Dikit Nggak Ngaruh-

Alli mengucek mata beberapa kali, lalu terbuka perlahan. Ia menutup mulut karena sedikit menguap. Dengan rasa kantuk yang masih tersisa, pria itu berusaha mengumpulkan nyawa. Pandangannya mengedar ke seluruh sudut ruangan kerja. Tak ada siapapun di sana. Saat menyadari seseorang yang sebelumnya bersama Alli, ia sontak melihat arloji yang melingkar pada tangan. Waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Tanpa disadari, Alli telah tertidur selaka satu jam di sini.

Tak ingin membuang waktu, ia berdiri dan beranjak membuka pintu. Area luar ruangan telah ramai para pekerja kantor yang berlalu-lalang. Alli meneliti sekitar. Orang yang ia cari belum juga ditemukan.

Pria itu mendecakkan bibir. "Ke mana, sih, anak itu?" gumamnya.

Masih ada opsi lain, Alli merogoh ponsel yang ada di saku celana, kemudian menempelkannya di telinga. Sayangnya, tak ada jawaban dari seseorang yang dipanggil. Alli kembali memasukkan ponsel ke tempat semula, lalu berjalan menyusuri sudut demi sudut area luar kantor.

Alli menyipitkan mata saat melihat banyaknya orang yang mengantre di tempat yang penuh akan makanan. Hanya melihat sekejap mata, Alli tahu bahwa itu adalah kantin perusahaan.

Namun, tatapannya teralihkan oleh sosok perempuan yang Alli cari sedari tadi. Orang itu adalah Hikari yang bersama seorang pria lain di meja yang sama. Alli mengepalkan tangannya erat sembari berjalan mendekati posisi perempuan itu.

"Jadi gini, ya? Nggak profesional banget kerjaan lo," sela Alli.

Mendengar suara itu membuat Hikari dan pria yang berada di meja yang sama melihat ke arah Alli.

Hikari mengerutkan dahi. "Alli? Kenapa kamu ke sini?" tanyanya sambil berdiri.

"Lo nanya? Emang pantes ninggalin orang baru di ruangan tanpa izin dulu?" tanya Alli balik.

Hikari memutar bola matanya malas. "Lalu, emangnya pantes tidur di saat jam kerja? Siapa yang nyuru?" Bukan seorang Hikari namanya jika tak pandai mengelak obrolan lawan bicara.

"Lo yang salah di sini. Harusnya lo bangunin gue, bukan ninggalin gue sendirian." Alli melirik sinis ke arah pria yang bersama Hikari. "Apalagi malah asik berduaan aja di sini. Nggak amanah banget jadi atasan," tambahnya.

Hikari menatap Alli dengan tajam. "Maksudnya nggak amanah apa, hah? Kamu yang nggak bisa menjalankan tugas dengan baik. Lagipula, ini udah jam waktu istirahat. Kamu udah aku bangunin dari tadi, hasilnya nihil. Ngigau doang yang ada."

Akibat adanya keributan kecil itu menarik perhatian karyawan yang lain. Pandangan mereka tertuju pada dua orang yang tengah beradu opini.

Suasana kantin mendadak terasa mencekam. Hikari dan Alli terus melempar tatapan tajam satu sama lain.

"Lo kalau ngomong jangan sembarangan. Gue kalau dibangunin, ya, langsung bangun," kata Alli.

Hikari bersedekap. "Masa? Tadi kenapa nggak bangun?"

"Ya karena lo nggak bangunin gue."

"Hei, udah-udah!"

Pria lain yang bersama Hikari ikut berdiri dan berusaha melerai agar keadaan membaik.

"Jangan membuat keributan di sini, jangan macam-macam sama Hikari!" ancamnya.

Alli berdecih. "Anaknya siapa lo berani-beraninya ngelarang gue ini itu? Gue di sini jabatannya paling tinggi kalau lo mau tau siapa gue sebenarnya," jawabnya.

Hikari mengembuskan napas. "Udahlah. Jangan melebih-lebihkan posisimu. Sekarang lebih baik kamu pergi dari sini. Makan di meja lain," sergah perempuan itu.

Sang lawan bicara justru tersenyum miring. "Oh, jadi gue nggak boleh ganggu orang pacaran, ya? Gue baru tau kalau ada di kerjaan  ini orang yang nggak se-profesional kalian. Padahal, gue denger-denger dari yang atas aman ini perusahaan."

Pria di samping Hikari tampak berusaha menahan amarah. "Maksudnya apa? Lo mau menjatuhkan nama perusahaan? Lebih baik lo keluar aja dari sini," sela pria itu.

Alli tertawa kecil. "Siapa lo nyuruh-nyuruh gue resign segala? Yang ada lo yang ditendang dari sini."

Mendengar pembelaan itu membuat Hikari mengembuskan napas kasar, kemudian ia mendekatkan bibirnya ke arah telinga kanan milik Alli. Hikari berbisik, "udah, semua orang jadi melihat kita. Aku sama dia nggak ada hubungan apapun, ngerti?" Ia kembali menjauhkan posisi bibirnya dari Alli.

"Aku mau pergi dulu," ucap Hikari selanjutnya.

Perempuan yang mengenakan jas kantor itu melesat pergi dari sana. Menghadirkan tatapan penuh pertanyaan dari karyawan lain yang menyaksikan momen tadi.

Tersisa Alli dan pria yang satunya. Alli menatapnya dengan tatapan kesal. "Kalau bukan siapa-siapanya minimal nggak usah bela-belain, bos," selanya.

Perkataan itu membuat Sang lawan bicara mengernyitkan dahi. "Apa maksudmu?"

Alli terdiam sesaat, kemudian tersenyum tipis. "Lo bukan siapa-siapanya Hikari. Jadi, nggak usah sok jadi jagoan yang belain dia," lanjutnya.

Pria yang ada di hadapannya justru terlihat menyodorkan tangan. "Kenalin, gue Adit. Calonnya Hikari."

Alli terbahak. "Calon? Calon babu?"

Bukannya marah, Adit malah tersenyum sumringah. "Tunggu aja nanti tanggal sahnya," celetuk Adit.

"Gue peringatkan, jangan macam-macam sama Hikari kalau nggak mau berurusan lebih sama gue."

Alli terdiam sejenak, kemudian ia membalas dengan senyuman miring. "Gue nggak takut. Lo bukan siapa-siapanya dia, jangan cepat-cepat merasa jadi orang yang spesial di kehidupan orang lain. Nanti endingnya nyesek doang karena nggak dianggap."

"Diam lo." Pandangan Adit tampak mengedar ke seluruh area kantin. Banyak mata yang tertuju kepada mereka berdua. Hal itu membuat Adit tak ingin memperpanjang masalah.

"Sorry. Kita bahas ini nanti. Gue nggak ada waktu untuk meladeni orang nggak jelas kayak lo."

Setelah mengucapkan itu, Adit beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Alli yang tengah berdiam diri sambil menatap punggung Adit yang semakin jauh dari hadapan. Semua orang menatap dirinya, ditambah lagi Alli merasa tengah menjadi bahan perbincangan mereka.

Bukan sebuah keberuntungan, hari pertama seorang Allium Sativum justru menjadi hari pembukaan yang cukup buruk untuknya.

-Caper Dikit Nggak Ngaruh-

Selamat malam, teman-temann!!! <3
Jangan lupa share dan tinggalkan jejak seperti biasa, yaw. Terima kasih yang udah singgah di cerita Hanna. Buat yang baru datang juga, welcome to keluarga “Caper Dikit Nggak Ngaruh.” ♡

Salam hangat,
Hanna Shimi. Penulis amatir yang sayang kalian tanpa akhir.

Caper Dikit Nggak NgaruhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang