Jangan terlalu berharap sama yang namanya manusia, yang ada kamu malah kecewa. Berharap itu sama Tuhan, yang udah pasti setiap harapanmu bakal dikabulkan meskipun bukan di waktu sekarang, tapi bisa di masa yang akan datang.
-Caper Dikit Nggak Ngaruh-
"Ini tinggal dikumpulin aja data-data yang aku kasih ke kamu, terus masukin ke dalam list."
Hanya itu perkataan terakhir yang Hikari utarakan. Setelahnya, ia duduk kembali ke kursi sendiri. Satu ruangan dengan Alli membuat Hikari depresi setiap hari.
Namun, suara dering telepon memecah keheningan sesaat yang terjadi. Alli melirik ponselnya sendiri. Notifikasi muncul dari papanya. Ia mengembuskan napas berat, lalu sedikit menyingkirkan benda pipih itu.
Beberapa menit kemudian, sebuah dering berbunyi untuk kedua kali. Alli berdecak pelan. Dengan terpaksa, ia menarik tombol hijau pada layar ke arah atas, kemudian menempelkan benda pipih tersebut ke telinga.
"Halo, Pa. Ada apa?" tanya Alli.
"Kemungkinan papa pulang hari ini. Kamu baik-baik di tempat kerja, ya. Jaga image. Nanti pulangnya mau papa ajak ke tempat temen papa," sahut pak Alim.
Alli mendengkus. "Ke mana?"
"Udah, ikut aja."
"Oke."
Cuma membutuhkan waktu satu menit, telepon mereka terputus. Alli memang kurang respect dengan orang tuanya sendiri dikarenakan kesibukan mereka yang terlalu berlebihan, sampai-sampai lupa meluangkan waktu untuk sang anak.
Alli meletakkan ponselnya ke atas meja, melanjutkan kerja. Tak lama, ia merasa namanya terpanggil. Benar saja, Hikari memanggilnya sedari tadi.
Hikari berdecak. "Dipanggil berkali-kali malah nggak jawab!" geramnya.
"Sorry. Lagi fokus kerja," jawab Alli tanpa menatap ke arah lawan bicara.
Hikari mengernyitkan dahi. "Kamu tadi telepon sama siapa? Papamu?"
"Kepo."
Wajah Hikari kontan tertekuk. "Aku serius. Jangan bercanda bisa nggak?"
Alli yang tengah fokus mengetik di atas keyboard itu menjawab, "aku lagi mau nyoba fokus, jangan ganggu bisa nggak?"
"Dih," cibir Hikari. "Lagian, ya, kalau telepon sama orang tua itu yang sopan. Jangan singkat-singkat begitu, nggak baik," seloroh perempuan tersebut.
Alli menghentikan kegiatannya. Ia menatap tajam ke arah Hikari yang menatapnya juga tak jauh dari meja.
"Tau apa lo sama hidup gue? Enteng banget ngomong gituan, sini cobain jadi gue. Baru tau rasa lo," balas Alli yang mulai sedikit emosi.
Hikari menggeleng tegas. "Nggak bisa. Aku adalah aku, kamu adalah kamu. Aku nggak bisa jadi kamu, begitu juga sebaliknya."
"Ya udah, nggak usah kebanyakan ngasih kata-kata mutiara ke gue. Gue nggak butuh omongan, gue butuhnya pembuktian. Nggak usah sok ngasih saran ke gue kalau lo nggak bisa bantu buat merealisasikan," ujar Alli.
Mendengar itu, Hikari menjeda ucapannya. "Emang sedalam itu, ya, kamu dibuat trust issue sama seseorang?"
Alli termenung. Ia berusaha untuk tetap merespon Hikari meski cuma gelengan kepala.
"Jangan terlalu berharap sama yang namanya manusia, yang ada kamu malah kecewa. Berharap itu sama Tuhan, yang udah pasti setiap harapanmu bakal dikabulkan meskipun bukan di waktu sekarang, tapi bisa di masa yang akan datang," kata Hikari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caper Dikit Nggak Ngaruh
Fiksi Remaja"Uang nggak bisa dibawa mati, tapi dengan uang bisa dihormati." Begitulah prinsip seorang Nur Cahaya Hikari. Wanita paling produktif mengenai pekerjaan. Namun, hidupnya mendadak berubah karena kedatangan sosok Allium Sativum. Pria yang kerap disapa...