9. Mencari yang Hilang

28 15 0
                                    

Untuk apa mempedulikan seseorang yang bahkan tidak peduli kalau kita ada di sini

-Caper Dikit Nggak Ngaruh

Memasuki ruangan yang sama dalam keadaan hening adalah hal yang cukup memuakkan. Terlebih lagi satu ruangan dengan rival. Hikari tak ingin membuka percakapan saat Alli memasuki ruangan. Alli tetap duduk di kursi dengan wajah datar, sama halnya dengan Hikari yang pura-pura tidak melihat keberadaan Alli. Mereka berdua tampak terdiam. Tak ada yang berani membuka suara, yang terdengar hanyalah suara alunan musik yang menggema di dalam ruang kantor.

Di sela keheningan, suara dering telepon yang berasal dari meja membuat pecah keadaan. Hikari sontak mengangkat telepon tersebut, kemudian menempelkannya pada telinga.

"Hallo, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya kepada penelpon.

"Untuk Hikari sama Alli, mohon bantuannya. Tolong ke ruangan gudang sekarang, carikan buku data karyawan milik saya di sana, warna kuning. Terima kasih."

Hikari membulatkan mata. "T-tunggu, Pak. Kenapa harus saya sama-"

Baru saja mau melanjutkan kalimat, sambungan telepon tiba-tiba terputus begitu saja. Hikari mendecakkan bibir. Lalu memijit kening. Ia menoleh ke arah pria di hadapannya yang tampak fokus memainkan ponsel berposisi miring.

Hikari mengembuskan napas kasar. Kemudian berdiri dari tempat dan melangkah menuju ke arah Alli. Tanpa lama, ia kontan merebut ponsel milik pria itu. Alli terlonjak saat ponselnya direbut begitu saja. Karena tidak terima, ia kontan berdiri dari tempat sengan wajah emosi.

"Maksud lo apa? Sini balikin hp gue!" suruh Alli.

Dengan tatapan tajam, Hikari menjawab, "udahan main gamenya. Kita ada tugas dan harus dilakukan sekarang."

Alli memutar bola matanya malas. "Tugas apaan, sih? Dari tadi aja lo diem doang, nggak ada gitu ajarin gue banyak hal? Gue cepuin baru lo tau rasa!" ujarnya.

Sang lawan bicara terlihat membulatkan mata. "Aku kayak gini karena kamu juga kayak gitu ke aku. Untuk apa peduli ke seseorang yang bahkan nggak mempedulikan aku?"

Alli memajukan langkah, lebih mendekat ke arah perempuan di hadapannya. "Nggak kebalik, Neng?" tanya pria itu.

Hikari mengembuskan napas berat. "Udah, jangan bahas hal nggak penting sekarang. Ayo, ikut aku."

Tanpa membuang waktu, Hikari langsung beranjak pergi keluar dari ruangan. Dengan terpaksa, Alli mengikuti langkah Hikari dari belakang.

Sedangkan Hikari sesekali memutar kepala ke belakang. Ia menahan amarah sepanjang jalan, karena melihat Alli yang berjalan santai tanpa ada rasa semangat.

"Astaga, jangan kayak siput jalannya!" geram Hikari.

Alli berdecak. "Apa, sih? Lebay banget jadi orang. Santai aja kali." Ia berjalan santai layaknya tak ada beban apapun, berbeda dengan Hikari yang terlihat buru-buru.

"Aku pecat kamu nanti kalau kayak gitu," ancam Hikari sembari melanjutkan langkah.

Karena posisi mereka saat ini agak jauhan, Alli mengangkat kedua telapak tangannya ke arah mulut. Kemudian berteriak, "GUE NGGAK PEDULI, NUR!"

Mendengar nama depannya yang disebut, Hikari kontan menghentikan langkah. Menatap tajam Sang pelaku. Tak segan, ia sontak melepas sepatu sebelah kanan dan tak mau banyak berpikir untuk melemparnya ke arah Allium Sativum.

"ARGHH!"

Tepat sasaran. Sepatu Hikari jatuh tepat di kepala Alli. Karena refleks Alli tidak bagus, benda itu pun menimpanya. Alli mengadu kesakitan. Akan tetapi, ada sedikit keanehan. Saat mendongak ke atas lagi, Alli kontan membulatkan mata. Sepatu pantofel berwarna hitam terbang kedua kalinya ke arahnya. Alli berusaha menghindar, namun ia gagal. Sepati tersebut terjatuh di area pundaknya. Tentu saja, Alli meringis kesakitan untuk kedua kalinya.

Caper Dikit Nggak NgaruhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang