11. Sayembara Makhluk Freak

20 13 0
                                    

Buat apa menahan seseorang yang ujung-ujungnya meninggalkan?

-Caper Dikit Nggak Ngaruh-

Tak terasa, hari berjalan begitu cepat. Selama berjam-jam belajar bersama, Hikari merasa energinya terkuras lebih banyak hari ini. Mengatasi seorang karyawan baru yang sangat menyebalkan membuatnya lelah bukan main. Hikari mengembuskan napas lega saat melirik arloji yang melingkar pada tangan. Menunjukkan pukul setengah enam malam, menandakan waktu pulang kerja telah tiba.

Hikari merapikan semua barang yang ada di meja. Memasukkan barang pribadinya ke dalam ranselnya juga. Akan tetapi, pria yang akan melewati Hikari berhasil menarik perhatiannya. Hikari melirik, lalu tangan kanannya terdorong untuk menghadang langkah pria itu.

Alli yang menjadi korban kontan mengusap wajah secara kasar. Ia sedikit menggeram. "Apa lagi?" tanyanya yang sudah penat.

Hikari menghadap ke arah pria itu sembari bersedekap. Tak lupa dengan tampilan wajahnya yang selalu datar ketika di depan Alli.

"Apa yang kamu pelajari hari ini belum setengah dari jobdesk kamu yang sebenarnya. Jadi, besok harus lebih niat lagi kalau sedang kuajari," tutur Hikari dengan tegas.

Alli memutar bola matanya malas. "Jangan kebanyakan ngatur, deh. Gue bisa ditegur, tapi gue nggak bisa kalau terlalu diatur." Ia berdecih. "Lagipula, lo hanya bawahan dari bos lo, lo nggak berhak buat ngatur-ngatur gue," lanjutnya.

Hikari menautkan alis. "Apa hak kamu untuk mengatakan itu? Kamu hanya karyawan baru di sini," balas Hikari.

Pria di hadapannya sontak tersenyum miring. "Lo belum tau aja siapa gue yang sebenarnya." Alli menghempas tangan Hikari yang masih menghalangi jalan. "Minggir."

"Janji, ya, besok harus jauh lebih baik lagi," kata Hikari.

"Dih. Siapa lo ngatur-ngatur gue?" Alli berdecak. "Gue capek, mau pulang."

"Ya udah, pulang aja." Hikari menurunkan tangannya dan menepi. Ia membuang muka dengan posisi tubuh yang sama tanpa mengatakan apapun.

Sedangkan Alli terlihat maju satu langkah lebih dekat dengan Hikari. Hal itu tentu saja membuat Hikari terkesiap. Pupil mata Hikari sedikit membulat kala aroma Alli sangat tercium jelas di hadapannya.

"Ini baru hari pertama. Lo nggak sopan ke gue pun gue bisa mengeluarkan lo secara tiba-tiba. Jangan macam-macam sama gue. Ngerti?" tutur Alli dengan suara yang terdengar berat tapi mencekam.

Tanpa sadar, Hikari meneguk ludah dengan susah payah. "Aku nggak takut. Karena aku lah atasanmu, tingkatanku jauh lebih tinggi darimu," jawab Hikari yang berusaha memberanikan diri.

Alli justru tersenyum miring. "Gue mau bikin sayembara buat lo sama gue."

"Sayembara apa? Aku nggak minat, " balas Hikari secara gamblang.

"Lo harus ikut sayembara ini kalau lo mau gue tetep berangkat kerja, deal?" tanya Alli.

Hikari tersenyum meremehkan. "Dan aku nggak peduli kamu mau berangkat atau enggak. Kalau emang berniat pergi, silakan. Buat apa menahan seseorang yang ujung-ujungnya meninggalkan?"

Keadaan semakin hening. Keduanya tanpa sadar melewatkan waktu pulang selama beberapa menit hanya karena membicarakan soal ini.

"Baguslah. Besok gue nggak berangkat aja. Gue rating lo di sini bintang 1, kondisi buruk, pelayanan nggak ramah, nggak worth it pokoknya kerja sama lo."

"Gue juga bakal bilang ke papa gue kalau lo nggak becus kerjanya," sambung Alli.

Hikari mengerutkan kening. "Papa kamu siapa? Sedikit-sedikit ngadunya sama papa, anak papa banget kamu," celanya.

Caper Dikit Nggak NgaruhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang