16. Perjodohan

23 14 0
                                    

Seorang anak pasti butuh kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya.

-Caper Dikit Nggak Ngaruh-

Menghela napas panjang. Alli pulang dalam keadaan kelelahan. Pria itu memasukkan sepeda ke garasi. Kemudian berjalan masuk menuju rumah. Seperti biasa, Bi Ijah telah siap sedia membukakan pintu untuknya. Disambut oleh kedua orang tuanya yang ternyata sudah menanti di ruang tamu.

Alli melirik arloji yang melingkar pada tangan. Lalu mengalihkan pandangan ke kedua orang tuanya yang menatapnya intens.

"Lama banget, ke mana dulu kamu?" tanya Alim selaku Papa dari Allium Sativum.

Alli tertawa kecil. "Tolonglah kalau tanya itu mikir dikit, Pa. Bayangin Alli pakai sepeda, loh, dari tempat kerja. Itu butuhin waktu berjam-jam."

"Papa dulu sering naik sepeda ke tempat yang lebih jauh dari tempat kerja, tapi Papa bisa pulang cepet," elak Alim.

Alli berdecak. "Itu cuma mimpi Papa kali. Lagian, udah pakai sepeda, sampai rumah dibilang lama, serba salah banget," keluhnya.

"Alli...." Risma yang berada di samping Alim terlihat menyela. "Lebih baik kamu ganti baju, terus ikut kami keluar," kata Mamanya.

Sang anak hanya mengangguk, lalu beranjak pergi ke atas—Menuju kamarnya sendiri.

Alim dan Risma menatap punggung anaknya yang semakin jauh dari pandangan.

Risma terdengar mengembuskan napas. "Pa ... mau sampai kapan Papa keras kayak gini sama Alli? Kasian dia, Pa. Mama nggak tega," ujar paruh baya itu.

Alim tersenyum. "Jangan bikin dia manja berkepanjangan. Dia udah mulai berumur, itu udah resiko yang harus dia dapat di hari menuju kedewasaan." Alim memegang tangan istrinya dengan erat.

"Jangan khawatir, dia akan terbiasa dengan itu. Percaya samaku, Sayang. Dia udah besar, bukan waktunya buat malas-malassan lagi," sambungnya.

Untuk kedua kali, Risma mengembuskan napas kasar. "Semoga dia bisa cepat berubah dan lebih mandiri ya, Pa."

"Aamiin. Kita juga nggak ada waktu lagi buat ngebiarin dia bergantung terus sama kita. Sebentar lagi kita bakal ke luar negeri untuk urusan pekerjaan, nggak mungkin juga kalau kita meninggalkan dia dengan kondisi dia nggak bisa apa-apa. Dia harus mandiri," ungkap Alim.

"Tuan, Nyonya .... "

Suara lain yang terdengar membuat keduanya menoleh. Mendapati Bi Ijah yang ternyata masih stand by di sana.

"Kalau boleh tau, Tuan sama Nyonya mau pergi ke luar negeri kapan? Dan berapa hari?" tanya Bi Ijah antusias.

Alim dan Risma saling melempar tatapan satu sama lain. "Tapi, kami mohon jangan beritahu Alli dulu ya, Bi," ucap Risma.

Bi Ijah mengangguk. "Baik, saya jaga rahasia ini."

Risma menghela napas panjang. "Untuk tanggalnya belum bisa kusebutkan, Bi. Tapi kami bakal di sama selama satu bulan penuh. Kami nggak bisa meninggalkan pekerjaan kami karena ini kesempatan besar buat kami. Brand di perusahaan kami lagi naik daun, sampai diajak kerja sama di Canada. Kami harap Bi Ijah tetap bungkam soal ini sebelum kami mengatakannya ke Alli," ungkap wanita itu.

Bi Ijah termenung sejenak. "Kenapa den Alli nggak diajak juga? Bukankah bagus kalau diajak bisa membantu Tuan sama Nyonya di sana?"

"Dan juga, seorang anak pasti butuh kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya," lanjut Bi Ijah.

Alim menggeleng. "Nggak bisa. Ini belum ada kaitannya sama dia. Kami yang bertanggungjawab penuh mengenai posisi ini. Jadi, tolong banget ya, Bi. Temenin Alli selama satu bulan penuh nanti," tambah Alim.

Caper Dikit Nggak NgaruhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang