My Bunny 5.

316 29 9
                                    

"Jadi seperti itu, aku tidak tahu bahwa Nongku begitu benci dengan Aktor tampan itu". Ucap Prem saat dirinya baru saja mendengarkan cerita Chen.
"Aku juga tidak mengerti, oh ya. Sudah jam berapa ini? Bukan kah Nong manisku harus mengisi perutnya". Ucap Chen dengan khawatir.

"Sepertinya kita sudah terlambat, tapi tidak apalah toh sekarang aku juga merasa sangat lapar, Phi Chan urusan dapur aku serahkan padamu. Aku akan membujuk Nong kita". Ucap Prem lalu beranjak pergi meniggalkan Chen yang juga mulai beranjak pergi meniggalkan ruang tengah menuju dapur mini malis milik Prem.

Sementara Noeul sendiri juga masih tertidur. Matanya yang bengkak kini masih tertutup dengan rapat.
" Eul.. ". Panggil Prem pelan. bola mata kecil Prem berputar untuk mencari keberadaan Noeul yang masih di posisi yang sama.

Kamar ini terlihat sangat sepi, apa Noeul sedang tidur?
Prem mendekat pada Noeul yang wajahnya tertutup dengan selimut.
Prem dengan hati-hati menghela nafasnya dan dengan perlahan tangan Prem terulur untuk membuka selimut itu. Terlihat sangat jelas. Bahwa wajah itu sangat pucat dan matanya juga bengkak.

Prem merasa kasihan dengan keadaan Noeul sekarang. Bahkan hal ini lebih parah dari pada Noeul marah karena kehilangan jelly nya.
Prem menyentuh pipi merah Noeul, matanya terbuka lebar. Saat tangannya menyentuh kening Noeul setelahnya.

"Sia... Kau demam bagaimana ini". Panik Prem.
Prem sangat menghindari saat-saat seperti ini. Prem harus mencari cara agar Noeul tidak melihat siapapun saat dirinya bagun pertama kalinya.
Anak ini akan sangat manja jika hal itu terjadi.

Prem ingat dia masih ada jadwal besok, terlebih lagi janjinya dengan teman-teman kampusnya juga sudah di rencanakan. Bisa gawat jika Noeul sakit sekarang.
Prem harus pergi, oh astaga sebaiknya Prem harus cepat pergi memanggil Phi Chan.

"Phi, Nongku demam bagaimana ini". Beritahu Prem pada Chen.
Chen membulatkan matanya demam?  Gawat bagaimana dengan besok?
Mame?  Dan Project nya?

Astaga bencana apa lagi sekarang ini, sangat tidak tepat sekali.
"Phi Chen, phi Chen.. Phi Chen.. Cepat temui Nongku.  Aku akan memanggil dokter untuknya". Ucap Prem pada Chen yang sempat melamun.

Prem mulai mencari dimana letak ponselnya berada. Sementara Phi Chen mulai menyiapkan pertolongan pertama pada saat demam seperti ini.

🦊🐰🦊

"Sangat manis, tetapi terlalu menjijikan jika harus aku yang melakukannya". Ucap Pria itu dengan pisau kecil di tangan kirinya.
Ekspresi  wajahnya datar, tetapi senyumnya terlalu kejam untuk di puji sangat tampan.
"Kau terlalu baik kawan. bagaimana, Tiger mu pasti sangat menyukainya". Ucap seseorang lagi yang masih menatapnya tampa minat.

"Cih, tidak perlu. Aku pergi". Ucapnya dengan dingin tampa berpamitan Pria itu dengan tegas berjalan pergi begitu saja meniggalkan Pria yang lainnya.
Yang juga tidak menganggap serius perilaku anak itu. Jika saja anak itu bukanlah anaknya mungkin saja. Anaknya itu sudah tidak bersamanya  sekarang.

"Apakah dia masih marah, aku rasa tidak ada gunanya. Makanan yang ku berikan jauh lebih berharga dari apapun bukan". Gumanya lalu beralih memutar kursinya untuk menatap langit-langit dan atap gedung-gedung yang megah di depan.
Senyumnya terlalu baik.
"Bahkan jika kau tau aku melakukan ini hanya untuk menutupinya?  Lihat bahkan kau juga tidak perduli dengan posisiku".
"Serakah mu memang sama sepertiku, tetapi aku tidak akan menggali lubangku sendiri. Aku tidak menyangkal pilihanmu. Hanya saja pertaruhan nyawamu akan lebih berat jika kau tahu siapa dia sebenarnya". Ucapnya membatin.

Toktoktok...

" Tuan Nyonya besar datang?". Ucap tangan kanannya.
Senyumnya terbit dengan tulus, pria itu lalu beranjak dari kursi kerjanya.
Tampa berkata apapun pada bawahannya, keduanya hanya langsung pergi begitu saja meniggalkan Pria yang masih menatap mayat dengan darah segar itu di hadapannya.

"Aku tidak akan berkomentar Ayo bekerja". Ucapnya dengan semangat yang tinggi.
Sudah biasa baginya melakukan hal ini. Asalkan bayarannya besar, Kenapa tidak.

🦊🐰🐰

Kini Noeul sudah di periksa oleh dokter Pribadi dari keluarganya, tidak lupa juga setelah dokter Pribadi itu pergi datanglah sepasang kekasih yang dimana kedua orang ini adalah kedua orang tua dari Anak ini.

"Chen, apa yang terjadi?". Tanya Mew sang ayah pada Chan yang memang bertanggung jawab akan anak itu.
Sementara Pria cantik yang bersamanya sudah menghampiri anak semata wayangnya.

Gulf tidak bisa menahan tangisnya saat itu juga, untung saja. Dirinya dan suami tidak melakukan perjalanan yang panjang untuk bisnis kali ini. Jadi keduanya bisa menemui anak satu-satunya ini secara diam-diam.
Tangan halus Gulf tidak berhenti mengelus pipi dan tangan anaknya ini secara bergantian.
"Sayang jangan seperti ini.  Buna tidak suka jika seperti ini". Ucap Gulf dengan lirih.

"Buna, Nong tidak apa. Mungkin dia akan tertidur sangat lama akibat efek obat yang di berikan oleh dokter. Jadi tidak perlu khawatir sebaiknya biarkan Nongku beristirahat dengan tenang. Lagi pula Buna juga terlihat sangat lelah. Bagaimana jika Buna membersihkan diri terlebih dahulu". Ucap Prem penuh dengan perhatian.

Namun sepertinya Gulf tidak tertarik untuk meninggalkan anaknya ini sendiri.
"Terimakasih sayang atas perhatianmu, aku ingin di sini saja". Ucap Gulf dengan senyum memohon di wajahnya.

Huft..  Tidak apa, Prem tidak akan memaksa. Toh Gulf adalah orang yang melahirkan Nongnya. Jadi Prem memutuskan untuk pergi keluar untuk makan malam.
Dia sudah lapar, meskipun Prem juga khawatir terhadap Noeul. Tetapi anak ini juga tidak ingin menyakiti dirinya sendiri juga.

🦊🐰🦊

Fajar telah terbit, tirai kamar itu juga mulai di buka. Membiarkan cahya matahari masuk untuk memenuhi ke kamar yang di tempati oleh anak manis.
Noeul, Matanya memang masih tertutup, tetapi suhu tubuhnya sudah lebih baik dari kemarin malam. Syukurlah, setelah kedatangan Gulf anak ini bisa cepat membaik.

"Emmmm". Geliatan kecil yang di timbulkan oleh Noeul, tidak lepas dari pandangan Gulf sang ibu.
"Sayang, bagaimana?  Apakah sudah lebih baik". Tanya Gulf, tidak lupa tangan halus itu juga mengelus sayang pipi anaknya yang halus.
"Hemm.. Buna, eul sudah lebih baik sekarang". Ucapnya dengan manja. Lihatlah bukannya bangun Noeul malah memeluk pinggang Gulf dengan manja.

Dari arah pintu datanglah, Mew yang membawakan sarapan untuk Noeul.
"Sayang, sebaiknya kau cuci tangan dan gosok gigimu dahulu. Tadi sebelum Prem pergi dia sudah membuatkan bubur ayam ini untukmu". Ucap Mew menjelaskan.
Noeul hanya menganggukkan kepalanya.

Tubuhnya seperti enggan untuk beranjak, terlebih mengingat apa yang harus di lakukannya hari ini.
Rasanya Noeul ingin menghilang saja.
Ahhh kenapa rasanya sangat lemah sekali.
'Ayo Eul kau bisa'. Ucapnya membatin menyemangati dirinya sendiri.

🐰🦊🦊

MY BUNNY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang