My Bunny 12.

173 19 0
                                    

"Homm.. Lelah sekali". Ucap Noeul setelah kembali dari tempat latihan mereka.
Noeul sebenarnya sekarang sudah selesai melaksanakan ritual mandinya dan beralih akan tidur setelah mandi, karena jujur saja Noeul merasa masih sangat  kenyang sekarang.

Sebelum itu...

"Eul apakah kau akan langsung kembali?". Tanya Peat yang baru saja menyelesaikan sesinya bersama Fort, yap Fort pasangan Peat sama seperti Noeul dan Boss.
Noeul menoleh lalu menjawab..
"Sepertinya?". Jawab Noeul sambil memasukkan barang-barangnya kedalam tas yang memang di bawa oleh Noeul. Ini sebenarnya Phi Chen yang menyiapkan, Noeul tidak tahu jika didalam sana sudah ada barang-barang miliknya sendiri.

"Ada apa? Apakah ada sesuatu?". Tanya Noeul saat matanya menatap Peat cemberut mendengar jawaban darinya itu.
"Hehe.. Sebenarnya aku hanya ingin mengajakmu makan malam sebelum kembali". Jelas Peat pada Noeul.
Peat menatap Noeul penuh harap.. Sebelum Noeul menjawab.. Noeul terlebih dahulu menatap ponselnya untuk mengecek sesuatu..
Lalu menjawab..
"Baiklah aku ikut, sepertinya Phi Chen juga belum membalas pesanmu". Ucap Noeul, lalu lagi-lagi Noeul melirik ponselnya untuk melihat apakah Phi Chen membalas pesannya.

Seperti tidak.. Entah mengapa, Noeul merasa mengejarnya itu suka sekali mendekatkan dirinya pada Boss, entah apa maksudnya?  Yang jelas Noeul kesal jika di tinggal berdua begitu saja dengan Boss yang minim ekspresi itu.

"Yes.. Ayo ikut aku, aku yang akan menyetir malam ini". Ucap Peat lalu menggandeng Noeul pergi, sementara Noeul juga pasrah saja mengikuti kemana Peat membawanya.

15 menit kemudian, Noeul dan Peat sudah sampai di restoran favorit mereka di kota ini, yang pasti restoran ini tidak jauh dari tempat mereka latihan.
Setelah duduk.. Keduanya memutuskan untuk memesan makanan terlebih dahulu selagi menunggu, keduanya memutuskan untuk mengobrol sedikit.

Yang mana selama obrolan itu, Peat yang biasanya tidak banyak bicara ini, seketika menjadi sangat aktif berbicara. Di tambah lihatlah bahkan kerutan di dahi itu selalu turun saat bibir mungilnya memaki sesorang yang membuatnya kesal itu.

" Aku sangat kesal.. Oh ya, lalu bagaimana dengan kalian? Aku lihat sepertinya kalian sudah berbaikan ". Ucap Peat.
Noeul menatap Peat malas, berbaikan apanya, sampai sekarang saja Noeul masih kesal dengan Pria itu.
" Tidak ada kata baikan untuknya, ayo kembali? ". Ajak Noeul pada Peat, yang masih saja mengoceh sedari awal mereka datang sampai sekarang mereka akan kembali.

" Noeul, jawab aku?  Apa kau sudah berbaikan?". Paksa Peat.
"Aku tidak akan pernah berbaikan, ingat itu. Apakah kau mengerti?". Ucap Noeul dengan tegas.
Lihatlah bahkan bahkan wajahnya terlihat merah saat Peat terus saja bertanya tentang Boss itu.

"Benarkah?". Tanya Peat tidak yakin.
" Ayo buka kuncinya, aku sudah sangat mengantuk sekarang, dan ingin segera mandi setelah ini". Ucap Noeul.
"Huh, beruntung kau temanku, jika tidak sudah di pastikan kau sudah berada di rumah sakit sekarang. Peat sabarlah biar ketampanan mu semakin bertambah". Ucap Peat bergumam sambil menyusul Noeul yang sudah menunggunya.

10 menit kemudian, Noeul dan Peat sampai di depan gedung asrama mereka, disana.
" Terimakasih untuk makan malamnya, aku kembali ". Ucap Noeul yang berterimakasih.
" Tunggu?". Tahan Peat.
"Apa?". Tanya Noeul ketus.
" Apakah kau tidak ingin membuka hatimu kembali, Eul?"  Tanya Peat pelan tetapi masih bisa didengar oleh Noeul dengan baik.

"Tidak untuk sekarang, tidak tahu jika untuk nanti?". Ucap Noeul lalu pergi dari hadapan Peat yang menatapnya sendu.
" Aku harapan Boss bisa meluluhkan hatimu, Eul. Aku heran mengapa anak itu masih saja menunggu orang itu ya? Seolah dia benar-benar bisa menemui orang itu setelah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu". Ucap Peat pada dirinya sendiri.

"Ai aku pusing, tapi?  Mengapa aku merasa jika orang itu adalah Boss ya? Au.. Itu tidak mungkin bahkan Noeul sendiri saja tidak tahu siapa namanya yang dia tahu hanya wajahnya saja, bagaimana mereka bisa saling menemukan satu sama lain. Lagi pula Noeul itu aneh sekali mencintai orang yang dia sendiri saja tidak tahu namanya". Ucap Peat menggelengkan kepalanya heran.

" Mungkin takdir yang akan mempertemukan mereka ?". Peat sendiri saja tidak tahu.

Kembali ke sekarang..

"Ini rumuit, aku lagi-lagi meragukan perasaan ini?  Tapi jika aku mengingat tentang waktu itu?  Aku merasa.. ". Noeul tiba-tiba saja tersenyum tampa sebab. Bahkan jika di ingat-ingat lagi di saat waktu itu. Noeul tidak pernah tersenyum disaat pertemuan mereka. Tetapi mengapa setelah bertahun-tahun dan Noeul mengingat kembali. Noeul pasti akan tersenyum, seolah-olah mereka berdua sudah melalui banyak hal yang manis, padahal pertemuan itu adalah pertemuan pertama mereka. Jika dipikir-pikir lagi, kejadiannya juga bukan kejadian yang bagus.

Tetapi? Ah entahlah..
" Berhentilah Noeul, ada apa denganmu, huh apa-apaan otak ini?". Gerutunya kesal.
Entah sejak kapan perasaan kagum dan cinta ini tumbuh. Yang pasti yang Noeul ingat hanya sesuatu, gitar itu? Yap gitar yang hancur itu.

Noeul memutuskan kembali bangun, saat bangun Noeul tidak sengaja menangkap satu benda di depannya yang pastinya membuat otak Noeul, memutar kembali kilasan emosi yang hanya Noeul sendiri yang tahu.

"Itu?". Ucap Noeul menunjuk benda yang baru saja dilihat olehnya sekarang ini, sedangkan sebelum-sebelumnya Noeul tidak pernah melihat benda itu sebelumnya. Lalu mengapa tiba-tiba sekarang benda itu ada didepannya sekarang.

Ceklek...

Pintu terbuka, masuklah Boss dengan menenteng tas kecilnya pundak kanannya.
Boss masuk, melewati ruangan yang menjadi ruang tamu minimalis di kamar mereka, lalu masuk menuju kamar mereka?  Ya Kamar Boss bersama Noeul.

Yang tengah menunjuk sesuatu didepannya... Boss langsung maju untuk kembali menutup benda itu, yang membuat Noeul menatap marah pada Boss yang mengambil benda itu tiba-tiba.

" Apa yang kau lakukan, berikan gitar itu padaku?". Pinta Noeul yang ingin meraih Gitar klasik yang berada di belakang punggung Boss, yang berusaha menyembuhkan benda itu dari Noeul.
"Boss berikan, mengapa kau mengambilnya.  Aku ingin melihat gitar itu.. Boss?". Kata Noeul dengan kesal.

Tampa basa-basi, Boss langsung mendorong Noeul menjauh darinya.
Noeul yang didorong pun jadi mundur sedikit, untungnya dorongan itu tidak terlalu kuat, jika tidak sudah di pastikan tubuh belakang Noeul pasti akan sakit karena mengenai sisi ranjang mereka.

" Boss.. ". Kata Noeul dengan kagetnya.
Boss yang di panggil pun langsung menatap  Noeul, matanya melotot tajam, seolah Noeul akan melakukan sesuatu yang tidak-tidak kepadanya.
Oh Boss lihatlah, apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?

"Jangan pernah kau menyentuh benda ini". Ucap Boss dengan dingin kepada Noeul.
Noeul yang mendengar itu tentu saja langsung lemas.
Apa salah Noeul sebenarnya? Dia hanya ingin melihat gitar itu saja. Tapi mengapa Boss melakukan itu kepadanya.
Noeul rasa dirinya mengenal gitar itu, itu sebenarnya dia meminta hal itu kepada Boss untuk sekedar memastikan saja. Terlebih lagi di sana ada satu stiker yang membuatnya tidak bisa melupakan bentuknya.

Mengapa Boss harus marah kepadanya, dia saja tidak melakukan hal aneh pada gitar itu.

" Aku benci, orang-orang itu". Tegasnya tidak suka, lalu tampa mengucapkan kata-kata, Boss pergi. Meninggalkan Noeul yang menatap sendu kepergiannya.
"Kau benci kepadaku?". Lirih Noeul merasa sakit pada dadanya

🦊🐰🦊

MY BUNNY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang